Diadopsi Keluarga Berbeda, Bertemu berkat YouTube, Facebook, dan Skype

Ana Bordier dan Samantha Futerman.
Ana Bordier dan Samantha Futerman.

DUA tahun lalu menjadi hari yang bersejarah bagi Ana”s Bordier. Saat itu hari Sabtu dan sedang turun hujan. Tiba-tiba saja dia mendapat kiriman screenshot dari seorang teman yang diambil dari YouTube. Isinya adalah gambar seorang perempuan asal Amerika Serikat (AS) yang wajahnya benar-benar mirip dengan Bordier.

‘Saya kaget sekali saat itu. Saya tidak mengerti siapa dia sebenarnya,’ ujar Bordier. Dia langsung berusaha mencari tahu siapa gadis tersebut. Tetapi, informasi yang dia peroleh sangat sedikit. Bordier akhirnya melupakan gambar itu.

Selama ini Bordier memang diadopsi dari Korea Selatan (Korsel) sejak bayi oleh orang tua angkatnya. Dirinya besar di Paris dan Brussels. Bordier tidak tahu apa pun soal ibu kandungnya. Dalam surat adopsinya, dia tercatat lahir sendiri. Karena itulah, Bordier tidak berpikir bahwa gadis dalam screenshot yang dikirim temannya tersebut adalah saudara kembarnya. ‘Tapi, kemiripannya begitu kuat. Saya pikir, dia mungkin sepupu saya atau semacamnya,’ ucapnya.

Temannya yang mengirim screenshot itu kembali menemukan sebuah trailer film berjudul 21 & Over yang dibintangi gadis dengan wajah seperti Bordier. Gadis tersebut bernama Samantha Futerman, aktris pendatang baru di AS. Kali ini Bordier menetapkan hati untuk benar-benar mencari tahu. Hasilnya, mereka sama-sama anak adopsi, tanggal lahir, serta kota dan negara kelahiran mereka sama persis. Keduanya lahir di Busan, Korsel, pada 19 November 1987.

Setelah mengetahui kenyataan tersebut, tiba-tiba saja Bordier teringat film The Parent Trap yang dibintangi Lindsay Lohan. Film itu berkisah tentang gadis kembar identik yang terpisah sejak lahir. ‘Saya pikir, kami mungkin kembar. Anak kembar memiliki ikatan kuat. Jadi, saya membuat keputusan tiba-tiba untuk mengirim pesan kepadanya (Samantha Futeman Red),’ kata Bordier menceritakan kisahnya.

Pada 21 Februari 2013, dia mengirimkan permintaan pertemanan dan pesan di akun Facebook milik Futerman. Pesan itu baru dibalas beberapa hari kemudian. ‘Rasanya ganjil menerima pesan dari dirimu sendiri di Facebook. Ini benar-benar pengalaman yang aneh,’ ungkap Futerman. Orang tua angkat Futerman sempat skeptis dan takut dia menjadi korban penipuan. Namun, dalam hati kecilnya, pemeran Satsu dalam film Memoirs of Geisha tersebut yakin bahwa Bordier adalah saudaranya.

Mereka kemudian memutuskan untuk berbicara kali pertama lewat Skype pada 26 Februari tahun lalu. Saat itu Bordier berada di London, Inggris. Dia berkuliah di jurusan desain fashion di Central St Martins. Sementara itu, Futerman adalah aktris yang berdomisili di Los Angeles. Pembicaraan yang seharusnya hanya berlangsung selama 90 menit tersebut berakhir setelah 3 jam. Lewat obrolan itu, hidup mereka berubah selamanya. Futerman tidak tahan untuk memberi tahu teman-temannya bahwa dia punya saudara kembar.

‘Melihat Ana”s di Skype rampaknya tidak nyata. Saya belum pernah melihat orang lain yang benar-benar mirip. Dia seperti refleksi cermin dari diriku sendiri. Dia memiliki tawa dan bintik wajah yang sama denganku,’ jelas dia.

Bukan hanya itu, mereka baru tahu, meski mereka dibesarkan dalam keluarga yang berbeda, saat kecil, potongan rambut mereka sama. Bahkan, hingga dewasa, model rambut keduanya masih sama. Bordeir dan Futerman sama-sama tidak menyukai wortel, harus tidur 10 jam per hari, dan cara bicaranya sama. Foto mereka ketika masih kecil pun sama persis. Saat kali pertama bertemu di apartemen Bordier di London, keduanya hanya bisa terpaku beberapa lama melihat masing-masing seperti sesuatu yang tidak nyata.

Mereka lantas menjalani tes DNA. Hasilnya sesuai dengan yang diperkirakan. Keduanya dinyatakan kembar. Orang tua angkat mereka sangat senang dengan kenyataan tersebut. Namun, mereka marah pada lembaga adopsi di Korsel yang telah membohongi mereka serta membuat Bordier dan Futerman terpisah selama 25 tahun.

Pada 1980-an, di Korsel stigma buruk pada perempuan single yang hamil masih tinggi. Mereka biasanya menghilang beberapa bulan dari lingkungannya dan tinggal di tempat yang diberi nama rumah melahirkan. Anaknya akan diambil untuk diadopsi.

Bordier dan Futerman berupaya mencari tahu ibu kandung mereka. Berdasar hasil penelusuran, keduanya lahir di sebuah klinik di Busan. Sayangnya, klinik itu telah tutup dan dokter yang membantu mereka saat dilahirkan sudah meninggal. Seorang pekerja sosial berusaha menghubungi perempuan yang terdaftar sebagai ibu kandung mereka. Tetapi, si perempuan menyatakan tidak pernah melahirkan Bordier dan Futerman.

‘Saya tidak kecewa, tapi juga tidak lega. Saya tidak tahu siapa ibu saya dan apa yang dia lakukan. Saya berupaya mengesampingkannya dan kami akan melihat apa yang terjadi pada masa depan. Mungkin dia akan menghubungi kami, mungkin juga tidak akan pernah,’ terang Futerman.

Namun, tidak demikian halnya dengan Bordier. ‘Saya merasakan kesedihan yang besar untuknya. Dia (ibu kandungnya Red) pasti merasa sangat bersalah, sedih, atau sakit sehingga harus menyangkal keberadaan kami. Saudara saya dan saya benar-benar mencintai ibu kandung kami karena dia telah memberikan kami hidup,’ tutur Bordier.

Dalam buku yang baru dirilis tersebut, kembar identik Bordier dan Futerman memaparkan mulai ketika mereka dipisahkan, tidak saling mengenal, hingga bertemu. Keduanya juga membikin film dokumenter. Buku dan film itu diharapkan bisa menginspirasi anak-anak adopsi lainnya untuk bisa menemukan keluarga kandung mereka. (CNN/New York Post/sha/c14/ami)