Site icon SumutPos

Target

Seorang yang diduga teroris dan masuk dalam kelompok Depok menyerahkan diri di Pangkalansusu. Namanya Rizaldi Yusuf. Dia menyerah di Pangkalansusu karena memang di sana rumah orangtuanya. Lalu, apa istimewanya dari kabar itu?

Nah, ceritanya, si Rizaldi Yusuf ini sudah menjadi target polisi pascadiketahui kalau bukan dia yang merupakan MR X yang menjadi korban bom di Depok beberapa waktu lalu. Identitas si MR X bernama Anwar, maka Rizaldi Yusuf pun langsung dianggap hilang dan harus dicari. Dengan kata lain, dia jadi target. Pasalnya, Rizaldi Yusuf dianggap tahu sesuatu yang tidak diketahui.

Seandainya saja polisi mengindentifikasi MR X sebagai Rizaldi Yusuf, maka tak akan ada cerita pe-nyerahan diri itu bukan? Sayang kita memang tak bisa berandai-andai, Rizaldi Yusuf tiba-tiba sudah menyerahkan diri. Polisi pun tersenyum, target mereka didapat tanpa harus ‘susah payah’. Ya, meski tidak ada satu pun polisi di Langkat maupun Poldasu yang mau buka suara tentang hal itu.

Yang jelas, target telah dapat. Jadi, apalagi?
Nah, keberhasilan polisi (target menyerah berarti berhasil juga kan?) tampaknya berbeda dengan kontingen Sumut dalam PON di Riau. Ini tentang cabang olahraga Wushu. Ya, mereka tak mencapai target pada laga kemarin. Andalan Sumut pewushu Aldi Lukman dan Susyana Tjan, gagal meraih medali emas dari nomor Changquaan putra dan putri, di Gedung Wushu Rumbai Sport Center.

Namanya andalan, kegagalan tentunya tidak diharapkan bukan? Meskipun Aldi dan Susyana telah berjuang keras, target tetap saja tak tergapai. Ujung-ujungnya harapan berprestasi pun bisa mundur. Padahal, PON masih terus berlangsung dan wushu masih cukup berpeluang untuk meraih emas.

Tapi, target telah gagal. Jadi, apalagi?
Beruntung, karate menunjukkan taringnya. Kemarin dua emas yang berhasil mereka sumbangkan untuk Sumut. Wow. Mereka mencapai target. Menariknya, mereka melakukan itu dengan penuh perjuangan. Dengan kata lain, apa yang didapat dan dilakukan karate beda dengan polisi dan wushu. Polisi mencapai target dengan menyerahnya sang target. Wushu tak mencapai target karena sang target begitu berat. Karate, berhasil mencapai target dengan usaha yang keras.

Nah, beda bukan?
Terus terang catatan ini bukan untuk memilah-milah usaha dan hasil yang dilakukan seseorang atau lembaga tertentu. Ini hanya soal target. Dengan kata lain, target tetap dibutuhkan untuk kelangsungan hidup. Orang bijak mengatakan, bermimpilah agar suatu saat bisa jadi kenyataan. Maka, buat targetlah agar suatu saat dia dapat teraih. Itu saja. Tidak salah kan?

Pemikiran tadilah yang membuat saya berpikir berulang kali dengan membanjirnya sepeda motor di Medan. Ya, apakah tidak ada target dari pemerintah kota atau lembaga terkait tentang jumlah sepeda motor? Ya, target tertinggi jumlah sepeda motor, misalnya. Kok malah sepeda motor terbiarkan, jumlahnya tak terkontrol. Ujung-ujungnya, jalan di Medan penuh bukan? Ya, macet. Jika sudah begitu, apalagi yang harus ditargetkan pemerintah kota, penambahan jalan? Mungkin ‘gak yah? (*)

Exit mobile version