Site icon SumutPos

Petahana Harus Gerak Cepat

Erry Nuradi

SUMUTPOS.CO  – Dalam setiap kontestasi pemilihan kepala daerah (Pilkada), calon petahana selalu memiliki nilai lebih. Sebab, dengan status petahana akan lebih mudah menjalin komunikasi dengan parpol politik (parpol) lain untuk berkoalisi.

Banyak hal yang bisa dipergunakan calon petahana untuk menarik minat parpol lain untuk berkoalisi. Posisi gubernur petahana, Tengku Erry Nuradi juga menarik untuk dibicarakan, khususnya parpol mana yang ingin berkoalisi untuk bertarung di Pilgubsu 2018 mendatang.

Tengku Erry saat ini menjabat sebagai Ketua DPW Partai Nasdem Sumut yang memiliki 5 kursi di DPRD Sumut. Artinya, butuh 15 kursi tambahan dari parpol lain untuk bisa melengkapi syarat minimal 20 kursi agar bisa menjadi peserta pilgusbu 2018.

Pengamat Politik, Sohibul Anshor Siregar menyebut, kerja Tengku Erry Nuradi untuk mencari parpol koalisi yang memiliki 15 kursi tambahan bukanlah pekerjaan mudah. “Saya pikir Golkar, Demokrat, PDIP, Gerindra akan sulit diajak berkoalisi oleh calon petahana. Empat parpol dengan perolehan suara terbanyak pada Pemilu 2014 lalu itu pasti menginginkan agar bisa mengusung calon terbaiknya,” kata Sohibul kepada Sumut Pos, kemarin.

Ajang Pilgusbu 2018, diyakininya dijadikan persiapan atau pemanasan jelang pagelaran pemilihan umum (Pemilu) dan pemilihan presiden (Pilpres) serentak 2019. Kata dia, Golkar saat ini memiliki sosok Ngogesa Sitepu yang digadang-gadang bakal maju pada Pilgubsu 2018. Sedangkan Demokrat mempunyai JR Saragih yang juga Bupati Simalungun.

Sementara itu, Gerindra punya Gus Irawan Pasaribu. “Sejauh ini hanya PDIP yang belum memunculkan jagoannya. Memang sejauh ini belum ada sosok yang kuat dari PDIP,” bilangnya.

Karenanya, dia menilai, peluang petahana (Nardem, Red) untuk berkoalisi dengan PDIP ada, tapi itu sangat kecil. “Bukan tidak mungkin PDIP menunjuk kadernya atau yang dianggap mampu bertarung di Pilgubsu 2018. Kalau itu terjadi bisa terancam posisi gubernur petahana,” sebutnya.

Alternatif lain, kata Sohibul, peluang petahana menggandeng Ketua DPD Hanura Sumut, Tuani Lumban Tobing. Meski Nasdem dan Hanura sepakat, masih butuh 5 kursi tambahan karena Hanura hanya memiliki 10 kursi.

“Tuani tidak mungkin tidak ingin maju di Pilgubsu 2018, karena untuk mendapat kursi Ketua Hanura Sumut pasti butuh perjuangan dan pengorbanan. Mungkin Tuani realistis, meski tidak dapat kursi Sumut 1, tetap bersedia ditempatkan di kursi Sumut 2,” paparnya.

Sedangkan PKS, bilang Sohibul, berpeluang besar untuk menggandeng Gerindra. “Mungkin PKS memunculkan nama Tifatul Sembiring, dan Gerindra ada nama Gus Irawan. Tergantung kesepakatan siapa yang di kursi Sumut 1 dan siapa yang di kursi Sumut 2. Kalau saya boleh berpendapat, Gus Irawan dijadikan calon gubernur dan Tifatul menjadi calon wakil gubernur, itu koalisi yang sulit dan berpeluang besar untuk menang,” jelasnya.

Artinya, yang tersedia tinggal kursi milik PAN (6 kursi), PPP (4 kursi), PKPI (3 kursi), dan PKB (3 kursi). “Kalau PPP diambil Golkar, PKPI dan PKB di gandeng PDIP. Sementara PAN diambil Demokrat. Maka Hanura dan Nasdem tidak cukup untuk berkoalisi, bahaya posisi petahana,” bebernya.

“Tapi itu masih kalkulasi kasat mata, politik itu dinamis. Petahana harus bergerak cepat agar tidak tertinggal,” tambahnya.

Oleh karena itu, dia menyarankan agar Tengku Erry untuk mencari alternatif lain agar tetap bisa maju pada Pilgubsu 2018. “Jalur perseorangan bisa dijadikan alternatif oleh Tengku Erry. Dia bisa mendekati organisasi-organisasi untuk mencari dukungan seperti KNPI, Muhammadiyah, NU dan yang lain,” katanya.

Muhammadiyah, lanjut dia, memiliki basic yang kuat sampai ke tingkat bawah. “Muhammadiyah itu punya musala, masjid, universitas, rumah sakit, dan sekolah. Jadi Muhammadiyah bisa dijadikan gandengan oleh Tengku Erry agar bisa maju dari jalur perseorangan,” bebernya.

Disebutkannya, calon petahana memiliki peluang 85 persen untuk bisa kembali bertarung pada kontestasi Pilkada. Sebab, calon petahana memiliki kekuasaan yang bisa dipergunakannya. “Petahana itu sangat mudah berkampanye, cukup dia menunjukkan kinerjanya, maka itu sudah bisa menarik perhatian masyarakat,”bebernya.

Sebelumnya, Sekretaris DPW Nasdem Sumut, Iskandar menyebut, pihaknya masih memprioritaskan Tengku Erry Nuradi sebagai calon Gubernur Sumut. Meski begitu, Iskandar mengakui bahwa partainya belum menjalin komunikasi apapun dengan parpol lain. “Dengan semua parpol kita terbuka, hubungan juga baik,” kata Iskandar.

Ketua PKPI Sumut, Juliski Simorangkir mengatakan, sampai saat ini partainya juga belum ada didekati parpol lain untuk menjajaki peluang berkoalisi di Pilgubsu 2018. “Saya tidak tahu apakah karena PKPI hanya memiliki 3 kursi, makanya kurang dilirik atau kurang begitu diperhitungkan,” bilang Juliski.

Sampai saat ini, dikatakan Juliski, belum ada sosok dari kalangan parpol yang menyatakan diri secara resmi akan maju di Pilgubsu 2018.

“Semua kan masih arus bawah, belum ada yang resmi. Kita tunggu saja, siapa kandidat yang punya rencana membangun Sumut 5 tahun kedepan,” akunya.

Hal yang sama disampaikan Ketua DPW PPP Sumut, Yulizar Parlagutan Lubis. Dia menyebut masih terlalu dini berbicara pilgubsu 2018. “Belum ada komunikasi dengan parpol manapun, dengan seluruh parpol kita membuka diri. Tidak musti Pilkada DKI dijadikan patokan, semua tergantung kondisi daerahnya. Setiap daerah pasti berbeda peta koalisinya,” kata pria yang akrab disapa Puli ini. (dik/adz)

Exit mobile version