Site icon SumutPos

Pengunjung Pantai Perjuangan Diusir, Jalan Diblokir Warga

BATUBARA- Ratusan warga Kampung Lalang, Dusun Masjid, Kecamatan Medang Deras, Kabupaten Batubara memblokir jalan masuk menuju daerah wisata Pantai Perjuangan atau Pantai Jono, Minggu (1/1) siang. Hal itu dipicu pihak pengelola Pantai Perjuangan mengusir pedagang dari areal pantai.

Aksi blokir jalan tersebut terjadi akibat pengelola pantai tersebut melarang pedagang berjualan di areal pantai. Larangan itu dimulai saat pengelola pantai merobohkan bangunan pada saat libur Hari Raya Idul Adha lalu. Kini, pada liburan Tahun Baru warga kembali dilarang berdagang.

Akibat hal itu, pedagang langsung emosi dan melakukan tindakan menutup jalan dengan mamajang kayu dan batu besar. Dampaknya, pengunjung yang hendak ke pantai tersebut tak bisa melalui jalan tersebut.

Kapolsek Medang Deras, AKP MH Sirait mengatakan penutupan jalan tersebut akibat ada permasalahan warga setempat dengan pihak pengelola wisata Pantai Perjuangan. “Tadi sempat digelar pertemuan dengan perwakilan warga dengan pihak pengelola pantai, tapi tidak ada kata mufakat. Maka polisi langsung mengambil alih lokasi wisata untuk mencegah terjadinya tindakan anarkis warga,” ucapnya kepada Sumut Pos.

Sementara itu, seorang perwakilan masyarakat, Erwan mengatakan selama 6 tahun dipegang oleh pengelola yang bernama OK Manan, hasil pendapatannya tidak jelas dan menimbulkan berbagai kekacauan, seperti pedagang di dalam diusir olah pihak keamanan pengelola daerah wisata.

“Kami sudah dua hari, Sabtu dan Minggu memblokir jalan akses masuk ke dalam pantai, kami minta OK Manan turun dari ketua sekaligus tidak lagi menjadi pengelola pantai perjuangan,” pintanya.

Lebih lanjut, dia menyatakan, izin pengelola tempat wisata hanya dari Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Pemkab Batubara, seharusnya yang boleh mengeluarkan izin Departemen Kelautan. “Pantai Perjuangan masih areal hutan mangrove yang dilindungi oleh negara,” paparnya.

Sedangkan kaum ibu-ibu yang kebanyakan melakukan pemblokiran jalan masuk dan mengusir pengunjung yang akan masuk ke pantai tersebut tetap enggan membuka jalan, hingga tuntutan warga dipenuhi. Para ibu-ibu tersebut meminta OK Manan turun dan tidak lagi menjadi ketua pengelola daerah wisata pantai perjuangan, masalahnya pengelola tidak mau berbagi dengan masyarakat setempat setiap hari libur besar dan selama 6 enam tahun tidak ada kontribusinya dengan warga setempat. “Kami berjualan sudah 7 tahun, tapi gubuk-gubuk jualan kami diruntuhkan oleh pengelola pantai,” ungkap warga sambil berteriak, “Kami sedang perang dengan pengelola pantai, silahkan pulang, jangan ke pantai,” ucap ibu-ibu yang memblokir jalan tersebut.

Seorang pengunjung, Najli Purba mengaku kecewa dengan tindakan yang diambil oleh warga setempat dengan meblokir akses jalan masuk ke dalam pantai. “Kami datang jauh-jauh dari Medan, malah diusir keluar oleh warga dengan alasan warga perang dengan pihak pengelola pantai,” ucapnya kesal.

Pihak pengelola tempat wisata pantai Perjuangan OK Manan saat hendak ditemui Sumut Pos tak bersedia, dengan alasan masih ada masalah dengan warga setempat.  (mag-3)

Exit mobile version