Site icon SumutPos

Hubungan Kapolres & Ketua DPRD Binjai Memanas

Usai Amuk Massa di Kota Rambutan

BINJAI-Setelah amuk massa dengan mengobrak-abrik dua ruko milik Ahwan, hubungan Kapolres dan Ketua DPRD Binjai pun memanas. Keduanya memang terlibat tegang urat di lokasi kejadian, sesaat sebelum Wali Kota Binjai HM Idaham tiba di lokasi.

RICUH: Warga Lingkungan IV, Jalan T Imam Bonjol, Kelurahan Setia, Kecamatan Binjai Kota saat mengobrak-abrik dua (ruko) milik Ahwan (kiri) dan barang-barang milik Ahwan yang dibakar massa (kanan), Minggu (2/9)dini hari.//bambang/posmetro binjai/smg

“Sebenarnya berawal saat saya diundang oleh tokoh Tionghoa untuk turun ke lapangan guna membantu mengamankan atau mewujudkan situasi yang lebih kondusif,” ujar Ketua DPRD Binjai, Zainuddin Purba, kemarin.

Tegang urat terjadi saat para petinggi di Kota Rambutan tersebut duduk bersama di sebuah ruko yang membuka usaha bengkel. Menurut Zainuddin, Kapolres Binjai AKBP Musa Tampubolon langsung emosi saat dia berkoordinasi atau berkomonikasi seputar kejadian tersebut. “Saudara apa urusannya di sini? “ kata Zainuddin Purba mengulangi ucapan Kapolres Binjai kepada dirinya.

Menyikapi ucapan Kapolres tersebut, Zainuddin Purba merasa tidak terima dan langsung berang. “Saya ini Ketua DPRD Binjai, masak seorang Kapolres melarang saya turun ke lapangan. Yang menelepon saya untuk turun ini langsung dari tokoh etnis Tionghoa kok,” tegas Zainuddin Purba.

Hubungan memanas ini tampaknya berlarut. Pasalnya, kemarin, Zainuddin juga memberi pernyataan yang ‘menyerang’ Musa Tambubolon. Tampaknya dia sangat tidak terima dengan apa yang diucapkan Kapolres Binjai itu terhadap dirinya. Sehingga ia menyatakan dengan tegas, kalau Kapolres Binjai tidak mampu menjaga kekondusifan di Kota Binjai.

SERBU: Warga saat menyerbu Mapolres Binjai, Sabtu (1/9).//bambang/posmetro binjai/smg

“Kita minta agar Kapolres Binjai ini diganti dengan orang yang lebih bijaksana. Agar kekondusifan di Kota Binjai ini dapat terjaga,” tegas Zainuddin dengan nada lantang.

Selain meminta agar Kapolres Binjai di ganti, Zainuddin juga menilai kalau prosedur penangkapan terhadap tersangka sudah menyalahi aturan. “Menurut Polres Binjai penangkapan itu sudah sesuai prosedur. Tapi menurut saya prosedur penangkapan itu salah. Kalau sesuai prosedur, tangkap tersangka dengan baik-baik di rumahnya, diborgol, lalu dibawa ke Polres Binjai,” tegasnya.

Setelah berada di Polres Binjai, sambung Zainuddin, tersangka menjalani pemeriksaan dan dikenakan pasal sesuai kesalahan yang dilakukan. “Kau dikenakan pasal ini tentang pencurian, penganiayaan dan sebagainya. Sehingga tersangka mengerti. Bukan main tangkap lalu ditembak seperti itu,” ucapnya.

Untuk itu Zainuddin berharap agar pihak kepolisian dapat lebih meningkatkan kekondifan Kota Binjai. “Kita tidak ingin kejadian ini terulang lagi. Selain itu saya juga harapkan, agar masyarakat jangan sampai menyangkut pautkan persoalan ini sebagai persoalan antaretnis,” harap Zainuddin.

Di sisi lain, Wali Kota Idaham saat berada di lapangan mengatakan, kalau persoalan ini hanya disebabkan kesalahan miskomonikasi. Sehingga hal ini, menurutnya, dapat diselesaikan dengan cara baik-baik. “Saya hanya meminta, agar persoalan ini diselesaikan dengan baik. Karena tidak ada masalah yang tidak dapat diselesaikan. Selain itu, saya minta agar masyarakat tidak terprovokasi atas kejadian ini,” harap Idaham.

1 Pleton Brimob Disiagakan

Sementara itu, bentrok yang terjadi antara polisi dan warga Imam Bonjol, Kelurahan Binjai Kota, yang terjadi malam Sabtu hingga Minggu dini hari berangsur pulih. Namun hingga kini, sedikitnya 1 pleton Brimob dan 1 pleton polisi dari Polres Binjai, masih terlihat berjaga di lokasi kejadian guna mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan, Minggu (2/9).

Meski dijaga polisi, warga berdarah Tionghoa tampak cemas dengan bentrok susulan. Pasalnya, sempat terjadi bentrok antara warga sekitar dengan warga Tionghoa bernama Ahwan. Apalagi, ratusan massa yang sebelumnnya ‘menyerang’ Mapolres Binjai mendatangi rumah pelapor dalam kasus pemukulan yang terjadi sekitar sebulan lalu.

Dalam kasus itu, Djunet diduga telah melakukan pemukulan terhadap Ahwan. Hal itu dilakukan Djunet karena saat itu Ahwan, yang membuka usaha warnet di ruko berlantai 3 di Jalan Imam Bojol, Kelurahan Setia, Kecamatan Binjai Kota, melakukan tidak kekerasan terhadap adiknya dengan cara memukul.

Kekhawatiran warga berdarah Tionghoa ini sempat dilontarkan Anggota DPRD Binjai, dari komisi C, Petrus. Dijelaskannya, dirinya selaku warga negara Indonesia tidak ingin terjadi hal-hal yang tidak diinginkan menimpa negara ini. “Oleh sebab itu, kita meminta pihak kepolisian lebih bijak lagi menyelesaikan permasalahan ini. Saya menilai, ini murni tindakan kriminal. Jadi ini tidak ada sangkut pautnya dengan permasalahan ras ataupun keturunan. Jadi, meski kita berlain-lainan suku, namun kita ini tetap satu dan harus saling bahu-membahu membangun negara ini,” kata wakil rakyat yang berdarah Tionghoa itu.

Bahkan, dirinya mengaku, akan melakukan mediasi dengan pemuka masyarakat. “Dalam waktu dekat ini kita akan melakukan pertemuan dengan seluruh tokoh masyarakat yang ada di Binjai. Yang pasti, saya tekankan jika kejadian ini bukannya perang antara suku dan lainnya. Ini memang murni tindakan kriminal. Dan oleh sebab itu, kita meminta Kapolres Binjai dapat menyikapi permasalahan ini dengan serius,” terang politisi asal PDIP tersebut.

Ahwan diungsikan

Di sisi lain, untuk mengantisipasi kejadian yang tidak dinginkan, Ahwan yang menjadi salah satu pelapor terhadap tersangka dengan tuduhan melakukan pencurian, akhirnya diungsikan pihak kepolisian di rumah keluarganya.

“Untuk sementara ini akan diadakan perbaikan terhadap ruko yang dirusak warga. Dan, saat ini pemilik ruko juga sudah kita amankan di rumah keluarganya yang lain agar lebih aman,” kata Kapolres Binjai, AKBP Musa Tampubolon.

Namun menurut seorang warga Tionghoa, yang bekerja di bengkel tak jauh dari ruko milik Ahwan, pemilik ruko tersebut masih ada di rumahnya. “Dua ruko itu milik dia (Ahwan, Red). Dan, dia masih ada di dalam bersama keluarganya yang lain,” cetus warga Tionghoa itu.

Lebih jauh dikatakannya, keluarga Ahwan ada di sekitar rukonya tersebut. Satu keluarganya yang lain berada di sebelah usaha bengkel tempat ia bekerja. “Dua ruko itu punya dia (Ahwan, Red) dan satu ruko lagi di sebelah bengkel ini punya kakaknya,” terang warga Tionghoa yang memiliki rambut tipis tersebut.

Menurutnya, sebelum Ahwan membuka usaha butik, terlebih dahulu ia membuka usaha warnet. Selain itu, Ahwan juga seorang pengusaha yang terbilang sukses. “Kalau usaha butiknya sekarang ini bisa kita katakan hanya untuk anaknya. Sebab Ahwan ini memiliki usaha angkutan umum seperti truk,” bebernya.

Melihat kejadian ini, sambungnya, warga Tionghoa sekitar memang merasa was-was. Namun, rasa trauma yang mendalam tentu dirasakan oleh Ahwan dan keluarganya. “Kalau kami sebenarnya takut juga. Tapi kalau menurut saya Ahwan yang paling trauma atas kejadian ini. Maunya, masyarakat jangan main hakim sendiri. Kalau bicara dengan baik-baik ‘kan lebih enak,” sarannya.

Pantauwan di lokasi pembakaran sejumlah barang-barang ruko tersebut, terlihat petugas terus melakukan penjagaan dengan bersenjata lengkap. Bahkan dua ruko yang diobrak-abrik oleh warga sudah diberi police line atau garis polisi. (ndi/mag-12/bam/smg)

Dua Warga Ditangkap

Dua orang warga akhirnya ditangkap polisi terkait amuk warga Lingkungan IV, Jalan T Imam Bonjol, Kelurahan Setia, Kecamatan Binjai Kota, dengan mengobrak-abrik dua buah rumah toko (ruko) milik Ahwan. Mereka yang ditangkap adalah G (17) warga setempat dan S (17) warga Kelurahan Mencirim, Binjai Timur.

Kedua pemuda ini diamankan langsung oleh Kapolres Binjai, AKBP Musa Tampubolon, saat asik mengobrak-abrik ruko milik Ahwan. Sementara, ratusan warga yang ikut melakukan pengerusakan tersebut berhasil melarikan diri.

“Keduanya sudah berada di Polres untuk menjalani pemeriksaan lebih lanjut. Nama kedua tersangka itu inisialnya saja saya beri ya yakni G dan S,” ujar AKBP Musa Tampubolon, kemarin.

Musa Tambubolon membantah ketika dikatakan kalau pihaknya melakukan pembiaran saat warga mengobrak-abrik hingga pembakaran barang-barang ruko tersebut. “Tindakan kita sebenarnya ada. Tapi situasi malam itu ada beberapa titik yang rawan keributan. Mulai dari RSU dr Djoelham Binjai, Polres dan ada juga ke Ramayana. Nah begitulah ceritanya, jadi saat itu kita harus membagi personel,” kata orang nomor satu di jajaran Polres Binjai ini.

Menyangkut permintaan keluarga agar tersangka, Junaidi alias Djuned (31), dikembalikan ke RSU dr Djoelham Binjai, Musa Tampubolon dengan tegas mengatakan, pihak rumah sakit yang tidak mau. “Pihak rumah sakit tidak mau sembarangan. Karena takut terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Sekarang tersangka masih berada di RS Brimob (RS Bhayangkara) Medan,” ucapnya.

Disoal kenapa dilakukan penembakan terhadap tersangka, Musa Tampubolon menjelaskan, dalam pasal 48-49 KUHPidana, setiap personel polisi dapat melakukan atau menembak tersangka karena melakukan perlawanan saat akan diamankan. “Hal ini dibenerkan karena ada dalam pasal 48-49 KUHPidana,” jelas Musa Tampubolon.

Menyikapi bahwa penembakan tersebut dilakukan saat tersangka sudah tidak dapat melakukan perlawanan karena tangan dalam keadaan diborgol, Musa Tampubolon berkilah, tersangka masih dapat melarikan diri. “Yang diborgol itu ‘kan tangannya, sementara kakinya tidak diborgol,” kilah Musa Tampubolon sembari tersenyum.

Kapolres juga membantah, kalau peluru yang ditembakkan kepada tersangka itu dibayar oleh Ahwan. “Peluru dibayar itu bukan belum jelas, tapi memang tidak ada,” tegas Musa Tampubolon dengan lantang.

Sementara itu, Kabid Humas Kepolisian Daerah Sumatera Utara (Polda Sumut) Kombes Pol Raden Heru Prakoso mengatakan, Djunet alias Robin Hood merupakan daftar pencarian orang (DPO) Polres Binjai sejak Desember 2011. Penetapan DPO kepada Djunet, dikatakan Heru karena sudah banyak laporan korban ke Polres Binjai tentang kejahatan yang dilakukan Djunet.

“Pada Desember 2011, Djunet melakukan kasus penganiayaan dan pemberatan (anirat). Bulan Maret 2012 kasus pencurian dengan kekerasan (curas) yang mana korbannya berinisial M. Bulan April kasus pengancaman yang mana korbannya berinisial CH,” ujar Heru.
Dikatakan Heru, catatan kriminal yang dilakukan Djunet juga terjadi pada bulan Mei 2012 di mana korbannya berinisial EW dengan kasus pengancaman dengan kekerasan. “Dan yang terakhir Juli 2012, Djunet melakukan kasus pengancaman dengan kekerasan terhadap korbannya beriinisial D,” beber Heru.

Heru menyebutkan, dari lima laporan tersebut, Polresta Binjai kemudian melakukan identifikasi. Setelah Polresta Binjai melakukan identifikasi, ternyata ada 10 laporan kejahatan yang mana pelakunya adalah Djunet. “Sejak itulah Djunet masuk daftar DPO Polres Binjai, karena sejumlah kasus yang dilakukannya,” sebut Heru.

Robin Hood Asal Binjai Dijaga Ketat

Djunet, yang dianggap sebagai Robin Hood masih dirawat di RS Bhayangkara Jl KH Wahid Hasyim pascadirujuk dari RS Djoelham Binjai akibat luka tembak di kaki kiri serta kepala bocor. Djunet tiba di RS Bhayangkara sekitar pukul 03:00 WIB minggu dini hari. (2/9)

Pantauan di sekitar RS Bhayangkara, tampak Djunet mendapatkan pengawalan ketat dari sekitar belasan petugas kepolisian yang dilengkapi dengan senjata. Tak hanya pihak keluarga, beberapa kerabat Djunet pun tampak menjaga pria yang kerap melakukan aksi pencurian terhadap etnis Tionghoa di seputaran Binjai ini.

Seorang kerabat keluarga Djunet, Anto (34), mengatakan kondisi Djunet sangat memprihatinkan. Menurutnya Djunet masih terbaring lemah di salah satu kamar tahanan di RS Bhayangkara tersebut. “Tadi saya lihat kondisinya masih melemah, tidak bebas masuk untuk menjenguk dia. Karena dijaga ketat sama Polisi. Kaki kirinya membengkak dan kepala bocor, bagian tubuh lainnya juga terlihat memar dan bengkak,.” katanya.

Masih menurut Anto, jika Djunet merupakan sosok yang baik dan ramah. Ia juga dikenal warga murah hati dan selalu menolong warga yang susah. Kisah hidup Djunet memang hampir sama dengan tokoh Robin Hood dari Inggris yang kerap mencuri untuk membantu orang yang membutuhkan. Hal itu pula yang membuat warga langsung melakukan aksi penolakan atas penangkapan dan perlakuan yang dialami Djunet dari Polisi. “Kalau dia itu tidak dikenal baik, tidak akan mungkin warga mau langsung berkumpul dalam jumlah ribuan gitu. Dari situ kan bisa dinilai kalau dia itu sosok yang baik,” terang Anto.
Sementara itu, saat wartawan koran ini berusaha menemui Djunet, polisi yang berjaga langsung menghalangi. “Maaf Bang, tidak bisa bertemu sama dia. Kalau saya izinkan Abang masuk, nanti saya yang kena marah sama atasan. Karena dia masih dalam penjagaan Bang,” jelas petugas itu. (ndi/mag-12/wel/smg)

Exit mobile version