Site icon SumutPos

Panah Beracun Berterbangan

Konflik Lahan Eks HGU PTPN 2 Sei Semayang Kembali Memanas

BINJAI-Konflik lahan eks Hak Guna Usaha (HGU) PTPN 2 Sei Semayang, tepatnya di Kelurahan Tunggurono, Kecamatan Binjai Timur, kembali memanas. Tiga kubu yang terdiri dari pihak PTPN 2 Sei Semayang, dan dua kubu warga tani terlibat bentrok di atas lahan eks HGU PTPN 2 Sei Semayang, Sabtu (3/2), sekitar pukul 11.30 WIB.

Dalam bentrok fisik tersebut, puluhan anak panah beracun yang dilepaskan salah satu kelompok. Sehingga, Remi (22), seorang warga tani terluka di bagian bahu kirinya akibat terkena anak panah beracun tersebut. Remi kemudian dilarikan ke Klinik Lena, KM 18, Binjai Timur, guna mendapatkan perawatan.

Menurut keterangan Remi yang ditemui saat terbaring di Klinik Lena, sebelum kejadian, ia dan puluhan warga tani lainnya ingin menanami batang ubi di atas lahan eks HGU PPN 2 Sei Semayang. “Kami berangkat dengan mengendarai mobil Pick Up BK 8631 BP yang mengangkut batang ubi, serta sejumlah sepeda motor. Namun, belum lagi sampai di lokasi lahan yang akan kami tuju. Kami terlebih dahulu bertemu dengan ratusan karyawan PTPN 2,” ungkapnya.

Ratusan karyawan PTPN 2 itu, lanjutnya, datang menggunakan tiga mobil Cold Diesel warna putih, yang biasa diturunkan saat melakukan okupasi atau pembersihan tanaman warga tani di atas lahan eks HGU PTPN 2 Sei Semayang itu. “Kami gak tahu apa tujuan karyawan PTPN 2 itu. Mungkin ingin melakukan okupasi, karena jumlah mereka terlihat begitu banyak. Bahkan, kami memilih untuk mundur dari pada berhadapan dengan mereka. Sebab, jumlah kami sudah kalah banyak,” terang Remi.

Begitu Remi dan puluhan warga tani lainnya mundur, dari arah belakang datang puluhan pemuda dengan menggunakan 5 unit sepeda motor melakukan penyerangan dengan senjata tajam (sajam) dan panah. “Karena posisi kami sudah terkepung. Saya dan warga tani lainnya terpaksa berpencar demi menyelamatkan diri. Sementara, pemuda yang berjumlah sekitar 10 orang itu, langsung menyerang kami dengan panah. Karena jarak yang cukup dekat, akhirnya saya terkena panah di bagian bahu kiri ini,” ujarnya sembari menahan rasa sakit luka panah yang dideritanya itu.

Remi yang didampingi sejumlah temannya, juga mengungkapkan, puluhan pemuda yang menyerangnya itu tak lain adalah Cetut, warga yang diduga bekerja sama dengan PTPN 2. “Memang selama ini, Cetut selalu menjadi kendala saat kami melakukan penanaman. Sebab, ia kerap mengusir kami dan ia seakan sudah bekerja sama dengan pihak PTPN 2,” cetusnya.

Sebelumnya, Jumat (3/2), pihak PTPN 2 juga melakukan penyerangan terhadap warga tani yang melakukan penanaman di lahan eks HGU PTPN 2, tepatnya di Korem. “Mereka (PTPN 2-red) menyerang kami agar keluar dari lahan eks HGU PTPN 2. Karena jumlah kami kalah banyak, akhirnya kami membubarkan diri. Namun, dalam aksi itu tidak ada korban jiwa,” bebernya.

Sementara itu, Syahrul Efendi, supir yang mengangkut batang ubi untuk ditanam, mengaku nyaris dibacok puluhan pemuda itu. “Saya dan ibu-ibu yang ingin menanam batang ubi dikepung. Beruntung, saat saya dibacok, jendala kaca mobil langsung saya tutup. Sehingga kelewang yang sudah disabetkan ke arah saya meleset,” kata Syahrul.

Tak hanya itu, ketika berada di dalam mobil, Syahrul juga mengaku sangat ketakutan. Pasalnya, puluhan pemuda yang menyerang mereka, terus melayangkan anak panah. “Saya menundukan kepala sembari menjalankan mobil secara perlahan. Anak panah terus dilayangkan kearah mobil saya. Lihatlah itu, dua buah anak panah yang dilayangkan mereka melakat di mobil saya,” ujar Syahrul sembari menunjuk anak panah yang melekat di mobilnya tersebut.

Setelah bentrok fisik ini usai, petugas kepolisian Polres Binjai dan Polsek Binjai Timur, tiba dilokasi dan berkumpul sejenak di persimpangan Jalan Gajah Mada, dan kantor Rayon C PTPN 2, di Jalan P Ponogoro, Kecamatan Binjai Timur, guna mengantisipasi kejadian ini terulang kembali.

Kapolres Binjai, AKBP Musa Tampubolon, saat dikonfirmasi via selulernya terkait bentrok ini, mengatakan, pihaknya akan tetap melakukan penyelidikan guna mengamankan orang-orang yang terlibat dalam bentrok tersebut. “Siapa yang terlibat akan kita amankan. Kalau dari hasil laporan, orang yang terlibat bentrok tadi pihak Cetut dan Suyono,” kata AKBP Musa Tampubolon.

Kapolres mengakui Cetut pernah diamankan di Polres Binjai karena kasus pengancaman petugas polisi yang sedang tugas pengamanan di Tunggurono. “Kasus Cetut tetap berlanjut, tapi untuk saat ini dia (Cetut-red) kita tangguhkan,” ujar Musa Tampubolon.
Kapolres tak mau menyebut siapa yang menangguhkan penahanan Cetut. “Itu rahasia. O, yang menjaminnya keluarga, istri Cetut itu sendiri,” kata Kapolres.

Kalau nanti dalam penyelidikan ini Cetut kembali terlebibat, sambungnya, maka polisi akan kembali mengamankannya. “Untuk orang yang telah menjaminya, akan kita periksa sebagai saksi dan tidak akan pernah kita izinkan untuk menjaminnya kembali,” ucap Musa Tampubolon.

Warga Sandera Truk TBS

Di Langkat, ratusan warga Dusun Pembangun Leukirik, Desa Bekiun, Kecamatan Kuala, Langkat, berunjuk rasa di lahan perkebunan milik PTPN II Bekiun yang kini statusnya dikontrak PT LNK. Aksi tersebut merupakan protes warga sekitar terhadap keputusan sepihak dari PT LNK yang tetap memanen hasil perkebunan di lokasi tersebut. Padahal, sebelumnya sudah ada kesepakatan antara warga dengan pihak perkebunan untuk tidak beraktivitas di areal seluas 150 hektar yang statusnya masih sengketa. Warga yang emosi menyandera tiga unit truk pengangkut sawit.

Areal seluas 150 hektar di perkebunan PTPN I Bekiun diklaim pengunjuk rasa sebagai milik mereka. Sekitar tiga pekan yang lalu, pihak perkebunan akhirnya sepakat dengan warga untuk tidak melakukan aktivitas diareal tersebut menunggu hasil keputusan sengketa kepemilikan yang sah. Namun, belakangan ini pihak perkebunan diketahui kembali melakukan aktivitasnya dengan cara memanen hasil perkebunan.

Ir Zulkarnaen Sembiring, ketua Kelompok Tani Leukirik menjelaskan kalau pihaknyatetap akan menduduki lahan perkebunan sampai persoalan ini  diselesaikan.

Kapolsek Kuala, AKP SR Tambunan mengaku sudah berupaya melakukan mediasi dengan pengunjuk rasa. “Sampai hari ini kita masih melakukan pengawalan ketat dilokasi tersebut,” tegas Tambunan. (dan/wis/smg)

Exit mobile version