Site icon SumutPos

Putra DL Sitorus Bisa Dampingi Djarot

Bakal Calon Gubernur Sumatera Utara Djarot Saiful Hidayat (kanan) mencium tangan Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri (kiri) saat pengumuman rekomendasi pasangan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera Utara, Papua, Nusa Tenggara Barat, Maluku Utara dan Lampung di Kantor DPP PDI Perjuangan, Diponegoro, Jakarta, Kamis (4/1). PDI Perjuangan resmi mengusung Djarot Saiful Hidayat sebagai Bakal Calon Gubernur Sumatera Utara, serta pasangan Jhon Wempi Wetipo-Habel Melkias Suwae di Pilgub Papua, Herman Hasan Nusi-Sutono MM. Herman di Pilgub Lampung, Abdul Ghani Kasuba-M Al Yasin Ali di Pilgub Maluku Utara dan Haji Ahyar Abduh-Mori Hanafi di Pilgub NTB. FOTO:MIFTAHULHAYAT/JAWA POS

SUMUTPOS.CO – HITUNG-HITUNGAN potensi kemenangan jelang pertarungan Pilgubsu 2018, makin blak-blakan. Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri, secara terbuka mengumumkan Djarot Saiful Hidayat sebagai bakal calon gubernur Sumatera Utara (Sumut) dari PDIP. Alasan penunjukan Djarot, karena mantan wagub DKI Jakarta itu dinilai sebagai politikus muda penuh semangat. Selain itu, di Sumut banyak warga keturunan Jawa seperti halnya Djarot. Putra DL Sitorus, yakni Sihar Sitorus, digadang mendampingi Djarot.

“Memang tidak saya umumkan dahulu bersama wakilnya. Baru sebagian. Nanti saya umumkan resmi pada 7 Januari,” kata Megawati di kantor DPP PDIP, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (4/1).

Presiden Keempat RI itu berharap agar keputusannya menunjuk Djarot sebagai calon gubernur Sumut mendapat sambutan dari warga di provinsi yang beribu kota di Medan tersebut. “Mudah-mudahan rakyat Sumut bisa menerima Pak Djarot. Di sana juga banyak orang Jawa,” imbuh putri presiden pertama Indonesia ini.

Menurut Megawati, mantan wakil gubernur DKI Jakarta itu merupakan politikus muda yang penuh semangat. “Saya menilai, kok, sayang, ya, orang muda berkualitas nganggur,” kata Megawati.

Meski begitu, Megawati mengaku sempat pusing dan galau sebelum memutuskan mengusung Djarot.  Sebab, PDIP harus mengusung calon yang memiliki kualitas mumpuni.

Selain itu, Sumut merupakan provinsi strategis. Megawati bahkan berkaca pada sepak terjang Presiden Joko Widodo.

“Presiden Joko Widodo saja berjuang menjadikan Sumut  menjadi pusat kemajuan ekonomi nasional strategis,” kata Megawati.

Tidak hanya itu, beberapa gubenur yang memimpin Sumut juga tersandung kasus korupsi.  Megawati juga sempat berunding dengan Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto untuk menentukan calon yang akan diusung.  Saat itu, mereka berunding di mobil tentang kader PDIP yang bisa diusung.  Megawati langsung menyebut nama Djarot. Hasto pun mengamini ucapan Megawati.

Sekretaris Jenderal (Sekjen) PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto mengatakan, masyarakat di Sumut kebanyakan perantau. Karena itu, tak masalah jika Sumut juga memiliki gubernur yang juga perantau.

“Masyarakat Sumut itu open mind (berpikiran terbuka, red). Jadi memang masuk ke mana-mana sebagai perantau mereka open mind,” tambah dia.

Bacagub Sumatera Utara Djarot Saiful Hidayat (tengah) mengangkat tangan bersama Bacagub NTB Tuan Guru Haji Ahyar Abduh (kiri), Bacagub Lampung Herman Hasan Nusi (kedua kiri), Bacagub Papua Jhon Wempi (kedua kanan) dan Bacagub Maluku Utara Abdul Ghani Kasuba (kanan) usai acara pengumuman bakal calon gubernur dan wakil gubernur yang diusung PDIP di Jakarta, Kamis (4/1). PDIP secara resmi mengusung Djarot Saiful Hidayat sebagai Bacagub Sumatera Utara, pasangan Jhon Wempi dan Habel Melkias Suwae sebagai bacagub-cawagub Papua, pasangan Herman Hasan Nusi dan Sutono sebagai bacagub-cawagub Lampung, pasangan Abdul Ghani Kasuba dan M Al Yasin Ali sebagai bacagub-cawagub Maluku Utara dan pasangan Tuan Guru Haji Ahyar Abduh dan Mori Hanafi sebagai bacagub-cawagub Nusa Tenggara Barat. FOTO:MIFTAHULHAYAT/JAWA POS

Di sisi lain, masyarakat Sumut juga dikenal sebagai perantau. Bukan hanya merantau di darah lain di Indonesia, tapi hingga mancanegara. “Di seluruh Indonesia, bahkan di dunia. Sampai ada Presiden Simbolon Sedunia,” kata Hasto.

Mengenai bakal calon cawagubsu, Hasto mengatakan PDIP telah mengantongi nama bakal calon wakil pendamping Djarot Saiful Hidayat di pemilihan gubernur Sumatra Utara 2018.

Bakal calon pendamping Djarot merupakan sosok muda yang juga pecinta olah raga sepak bola.

“Pecinta olahraga sepakbola yang luar biasa, tapi beliau juga punya rekam jejak pendidikan yang sangat baik. Itulah yang nanti kami akan usung,” kata Hasto.

Dalam menentukan bakal calon wakil gubernur, Hasto mengatakan PDIP menyerap aspirasi masyarakat Sumatra Utara dan berpegang pesan Ketua Umum Megawati Soekarnoputri.

Salah satu pesan Mega berkaitan dengan aspirasi masyarakat Sumatra Utara yang menginginkan calon pemimpin bersih, dan berpengalaman. “Dan yang terpenting adalah pemimpin yang senapas dengan kebijakan dari bapak Joko Widodo. Itu yang akan kami dorong di Sumatera utara,” ujarnya.

Hasto menyebut PDIP telah berkomunikasi dengan sejumlah partai politik seperti PKB, Golkar dan PKPI demi menjalin koalisi. Megawati disebut langsung memimpin komunikasi itu dengan bertemu Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar dan Ketua Umum PKPI Hendropriyono.”Kemudian kami juga membangun komunikasi dengan bapak Airlangga Hartarto,” katanya.

Senada, Djarot Saiful Hidayat menambahkan, untuk posisi wakil, dia berharap akan mendapat calon yang siap bekerja keras. “Bersih, bekerja keras dan mendedikasikan untuk kepentingan Sumut dan membangkitkan Sumut,” ucap dia.

Djarot juga mengaku telah melakukan penjajakan dengan beberapa partai untuk menentukan calon wakil pendamping. PDIP di Sumatra Utara masih membutuhkan 4 kursi tambahan agar bisa mengusung pasangan calon.

“Kami dengan Hanura, dengan PPP sudah ketemu Pak Romahurmuziy bincang-bincang dan Hanura juga begitu. Memang melakukan komunikasi dengan partai yang belum menentukan calonnya termasuk juga dengan Golkar,” ujar Djarot.

Saat ditanya mengenai bakal calon pendampingnya, Djarot mengakui, Sihar Sitorus merupakan salah satu dari empat nama yang sedang diproses.”Sekarang masih diproses semua. Kemungkinan ada salah satunya ya itu (Sihar Sitorus). Ada tiga atau empat nama,” ujarnya.

Ketua DPC PDI Perjuangan Kota Medan Hasyim SE mengatakan, Djarot ini merupakan sosok yang telah direstui DPP terutama oleh Ketua Umum Megawati. “Jadi kami tak terkejut kalau sekarang sudah diumumkan beliau untuk ditugaskan ke Sumut,” kata Ketua DPC PDI Perjuangan Kota Medan Hasyim SE, Kamis (4/1).

Mengenai pendamping Djarot nantinya, Hasyim menyebut belum mengetahui siapa figur yang pantas untuk mendampingi mantan Gubernur DKI Jakarta tersebut. “Segala kemungkinan masih terbuka. Apakah itu dengan Nurhajizah, JR Saragih atau malah ada tokoh lain. Termasuk akan berkoalisi dengan siapa, saya pikir di detik-detik akhir sangat menentukan,” katanya.

Hasyim secara tegas mengatakan, seluruh kader akan sepenuhnya mendukung suksesi mantan pendamping Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) sehingga mampu meraih kursi Sumut 1. “Ya, kita akan bekerja all out untuk memenangkan Djarot di Pilgub Sumut, karena kekuatan mesin partai merupakan modal utama,” kata Ketua Fraksi PDI Perjuangan DPRD Medan itu.

Menurut dia, Djarot sudah terbukti bisa menjadi pemimpin yang kerja keras, bersih dan jujur. “Djarot sudah teruji di Blitar dan DKI. Jadi, kami yakin beliau bisa membawa Sumut lebih baik lagi,” harap Hasyim.

DJAROT-EDY SIAP BERTARUNG

Sementara itu, Djarot yang diusung oleh PDI Perjuangan mengaku siap berhadapan dengan Letjen Edy. “Persaingan ya enggak apa-apa. Semakin banyak calon semakin bagus,” kata dia di DPP PDIP, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (4/1).

Dengan banyaknya calon, masyarakat di Sumut bisa menentukan mana yang paling bagus untuk bisa menjadi pemimpin.

Kemudian ketika disinggung soal tantangan baru karena ini kali pertama berpolitik di luar Jawa, Djarot yakin masyarakat di Sumatera bisa menerimanya. “Orang Sumut itu terbuka legalitier explosif dan pekerja keras. Mereka juga kritis dan sangat toleran,” papar dia.

Panglima Kostrad Letjen Edy Rahmayadi juga mengaku tak gentar dengan keputusan PDI Perjuangan mengusung Djarot Saiful Hidayat di Pilgub Sumatera Utara.

Edy menegaskan, siap bersaing secara fair dengan mantan Gubernur DKI Jakarta tersebut. “(Djarot) teman saya, fair dong nanti. Pasti ada yang menang dan kalah,” kata Edy di Bidakara, Jakarta Selatan, Kamis (4/1).

Dia juga memuji sosok Djarot. Buat Edy, Djarot merupakan sosok yang hebat. Namun Edy yakin bersama calon wakil gubernur Sumut Musa Rajekshah akan lebih hebat dari Djarot. “Djarot bagus, hebat, mudah-mudahan kami lebih hebat,” tegas alumnus Akademi Militer 1985 itu.

Dia tidak mempersoalkan Djarot pernah menjadi gubernur DKI Jakarta. Edy mengatakan dia sendiri merupakan pemimpin di lingkungan TNI yang memimpin dari Sabang sampai Merauke. “Saya kan pimpin dari Sabang dari Merauke. Bidang pemerintahan ini nanti kami pelajari. Tapi, saya orang Sumut, insyaallah saya tahu Sumut,” ujarnya.

Karena itu, Edy mengaku tidak ada strategi khusus jika nanti Djarot benar-benar maju lewat partai berlambang banteng moncong putih. “Tidak ada, Djarot maju, kami sama-sama (bertarung),” katanya.

Hal serupa dikatakan Gubernur Sumatera Utara Teuku Erry Nuradi, juga tidak gentar dengan kehadiran calon-calon penantangnya dalam pilgub Sumut. Dia yakin bisa memenangi pertarungan melawan penantang seperti Edy Rahmayadi dan Djarot Saiful Hidayat. Dia yakin karena sudah dikenal warga Sumut.

”Kita sudah lahir di sana (Sumut, Red), sekolah di sana, pernah jadi kepala daerah di sana, dan hampir setiap hari bertemu dengan ribuan orang di sana. Saya yakin akan menang, ya. Saya yakin sekali,” ujar Erry setelah bertemu dengan Wakil Presiden Jusuf Kalla.

Erry saat ini belum mendapatkan calon wakil gubernur yang akan mendampinginya. Sebelumnya, memang ada nama Ngogesa Sitepu, tapi ternyata mengundurkan diri lantaran alasan kesehatan. ”Kalau kita bicara wakil, tentu harus ada dukungan dari partai pendukung,” imbuh dia. Erry sudah mengantongi dukungan dari Partai Nasdem, PKB, dan PKPI.

Terkait dengan dukungan Partai Golkar yang belakangan dicabut, Erry menuturkan masih terus menunggu perkembangan hingga tanggal pendaftaran 8 Januari mendatang. Dia menilai, dukungan yang ditarik dan diberikan kepada calon lain adalah zig-zag politik. ”Ada zig-zag seperti itu. Saya kira itu bagian dari dinamika saja lah. Yang pasti, nanti tanggal 8, ketika pendaftaran, kita bisa tahu calon siapa didukung partai mana,” ungkap dia.

Erry Bisa Hilang

Pengamat politik Pangi Syarwi Chaniago menilai keputusan Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri memunculkan nama Djarot Saiful Hidayat sebagai calon Gubernur Sumetera Utara, tidak menguntungkan bagi Tengku Erry Nuradi yang diusung oleh Partai NasDem.

Kecuali jago Surya Paloh itu legawa menjadi cawagub Djarot. PDI Perjuangan sebagai pemilik 16 kursi di DPRD Sumut tentu tidak akan ikhlas mantan Gubernur DKI Jakarta yang jauh-jauh diturunkan ke Sumut, hanya diplot sebagai cawagub untuk cagub dari NasDem pemilik 5 kursi DPRD.

“Karena NasDem saja tidak cukup. Kemungkinan bisa hilang nama Tengku Erry dari bursa calon,” ucap Pangi saat berbincang dengan JPNN.com, Kamis (4/1).

Di Sumatra Utara, PDIP memiliki 16 kursi DPRD. Sementara itu, Golkar memiliki 17 kursi, Hanura 10 kursi dan NasDem 5 kursi.

Saat ini komposisi koalisi di Sumut terus mengerucut. Poros Gerindra, PKS, PAN telah mendeklarasikan mengusung Edy Rahmayadi-Musa Rajeckshah (Ijeck).

Bila tidak berubah, Golkar pemilik 17 kursi dan Hanura (10 kursi), juga akan mendukung pasangan ini. Untuk Hanura, pertimbangannya adalah Ijeck merupakan sepupu Ketua DPD Hanura Sumut.

Sementara, Tengku Erry yang diusung NasDem butuh 15 kursi lagi untuk bisa mendaftar ke KPUD Sumut. Angka itu tidak akan bisa dicapai bila tinggal tiga parpol yang belum bersikap, yakni PPP (4 kursi), PKB (3 kursi), dan PKPI (3 kursi).

Justru realistis bagi ketiga partai tersebut bergabung dengan PDI Perjuangan yang mengusung Djarot. Dengan tambahan 9 kursi dari PPP, PKB dan PKPI, Djarot dipastikan bisa mendaftar. “PDIP bersama koalisinya tinggal mencari wakil Djarot. Idealnya putra daerah,” jelas direktur eksekutif Voxpol Center ini.

Dia juga menilai keputusan PDI Perjuangan menurunkan Djarot cukup berdasar karena mayoritas pemilih di sana adalah etnis Jawa. Itu berkaca dari Pilkada DKI ketika Megawati mengusung Joko Widodo. Kemenangan mantan wali kota Solo tidak lepas dari dukungan etnis Jawa di Ibu Kota.

“Sentimen pemilih primordial masih besar pengaruhnya. Kan ketika Jokowi maju di Pilgub DKI yang paling banyak itu pemilih Jawa, kemudian Betawi dan seterusnya. Di Sumut saya kira gak jauh beda,” pungkas Pangi. (mg1/ gil/ boy/ fat/jpnn/ila)

Exit mobile version