Site icon SumutPos

Diteriaki Maling, Dihabisi Warga 2 Kampung

Foto: Sutrisno/Metro Langkat/JPNN Niat mencuri dengan membobol jendela rumah orang, Rico Ginting tewas dihakimi warga dua kampung, Kamis (4/9).
Foto: Sutrisno/Metro Langkat/JPNN
Niat mencuri dengan membobol jendela rumah orang, Riko Ginting tewas dihakimi warga dua kampung, Kamis (4/9).

LANGKAT, SUMUTPOS.CO – Tepergok sembunyi usai diteriaki maling, Riko Ginting (22) akhirnya tewas mengenaskan dengan kondisi tubuh bersimbah darah, tangan dan kaki terikat serta lehernya disayat. Aksi maut warga dua kampung ini terjadi di Dusun Sembilan Karang Anyar, Desa Namotongan, Kec. Kutambaru, Langkat, Kamis (4/9) dini hari.

Info dihimpun dari lokasi kejadian, sekitar pukul 03.00 WIB itu, terdengar teriakan maling dari kediaman Edi Suparwan alias Iwan (42). Ya, kala itu Iwan terbangun setelah mendengar suara mencurigakan dari jendela rumah.

“Ketahuan mau masuk rumah saya, dia mencongkel jendela kamar anakku si Aldiansyah (14). Anakku langsung membangunkan aku. Pas kulihat, jendela rumahku sudah terbuka 6. Saat itu juga aku beserta anak istriku mengambil senter. Saat aku keluar, kulihat ayam milikku beterbangan, tepatnya di garasi mobil. Saat itu juga pelaku lari. Aku langsung teriak maling,” jelas Iwan.

Nah di garasi itupula, Iwan menemukan sarung serta baju yang diduga milik pelaku. Namun, karena tak ada barang yang hilang serta pelaku belum sempat masuk karena jendela berjerejak besi semua, Iwan akhirnya tak ambil pusing. Dia tak mengejar pelaku. Namun warga lain dan petugas ronda malam itu, yang mengetahui kediaman Iwan coba dimasuki maling, tetap mencari.

Iwan sendiri tak ikut mengejar. Dia berdiam di rumah dan berniat shalat. Nah, usai salat tahajud, Iwan justru saat seorang warga desanya datang. Salimin namanya.

Salimin mengaku memergoki maling yang coba masuk ke rumah Iwan. Bahkan sudah ditangkap warga. Iwan akhirnya datang ke lokasi. Tepatnya di belakang SMP Panca Budi, sekitar pukul 04.00 WIB. Padahal, jarak antara kediaman Iwan dan lokasi ditemukannya Riko sembunyi, hanya sekitar 300 meter. Namun ratusan warga yang terus mencari, sempat tak menemukannya. Padahal, ada yang mencari lebih jauh dari lokasi persembunyian Riko.

Maka begitu Riko ditemukan, amarah massa tak terbendung. Bertubi pukulan, tendangan dan hantaman sajam serta benda tumpul, mendarat di tubuhnya.

Bahkan dia diseret dengan tangan terikat di belakang dan kaki juga terikat. Akhirnya, Riko tewas dengan kondisi mengenaskan. Lehernya mendapat luka seperti sayatan. Kades Desa Namotongan, Suharto mengakui dapat kabar usai salat subuh.

“Saya sampai TKP setelah sholat subuh. Ratusan warga sudah berkerumun. Mungkin warga saya juga warga Desa Perkebunan Turangi, Kec. Bahorok, berang. Karena dalam satu bulan ini maling terus merajalela. Hampir tiap malam. Akibatnya seperti inilah jadinya pelampiasan para warga tertuju padanya,” ucapnya.

“Lembu, mesin doorsmeer juga hilang di desa saya ini. Makanya ronda tetap ada. Namun aksi nekat pencuri, ini akibatnya, seperti ini,” tambahnya.

Kapolsek Salapian, AKP Jono Sirait SH didampingi Kanit Reskrim Ipda Doni Gunawan, ketika ditemui di ruangannya menuturkan, kondisi korban tewas dalam keadaan tangan dan kaki terikat menggunakan tali plastik jenis tambang berwarna kuning. “Ada luka sayatan di bahagian leher serta luka lecet serta jari tangan patah. Kalau kita lihat dari luka, lecet korban akibat diseret. Ya kita masih dalam penyelidikan ya,” jelasnya, belum bisa memastikan berapa tersangka pembantaian Riko.

 

BERTAHUN IDAP GANGGUAN JIWA

Kematian Riko Ginting, warga Desa Pancurido, Dusun Pancurido, Kec. Salapian, membuat keluarga tak kalah kaget. Saat ditemui kemarin (4/9) sore, mereka melihat jasad Riko terbujur kaku di instalasi jenazah RS Pirngadi Medan. Informasi dihimpun, Riko tewas dengan kondisi luka memar di sekujur tubuh, pecah pada bagian kepala serta luka sayatan di bagian leher.

Tenang Ginting (55), ayah kandung Riko tak pernah menduga jika anak ketiganya itu meninggal dunia dengan cara tragis.

Dikatakan bapak beranak 5 ini, jika Riko sudah bertahun-tahun menderita gangguan kejiwaan. Bahkan sejak hari raya ke-3, dia membawa putranya itu ke kawasan Karang Rejo, Kab. Langkat untuk berobat kampung.

“Tak mungkinlah dia mencuri, dia pun ada gangguan kejiwaan. Mana mungkin itu, kalau pun punya musuh tak mungkin juga karena dia pun di rumah-rumah ajanya,” katanya.

Dijelaskan oleh Tenang, jika anaknya itu berobat pada seorang tabib di Langkat. Namun, ia mendapat kabar jika putranya itu kabur dari lokasi pengobatan tersebut.

“Dia itu tinggal sama tabib karena mau berobat, tapi memang dikabarin dia kabur. Tapi ketemu malah sudah meninggal begini dia,” kata Tenang yang tampak mencoba tegar. Ia sendiri belum mengetahui pasti soal penyebab kematian putranya itu. Ia hanya mendapat kabar jika putranya tergeletak di salah satu lapangan dan sudah dalam keadaan tak bernyawa. (wel/ris/trg/deo)

 

Exit mobile version