Site icon SumutPos

Erry Ditinggal, Edy Panen

Erry Nuradi memberikan selamat kepada Edy Rahmayadi yang diusung Partai Nasdem sebagai Balon Gubsu.

SUMUTPOS.CO – MENGEJUTKAN! Peta persaingan Pilgub Sumatera Utara 2018 mendadak berubah. Calon petahana, Tengku Erry Nuradi, yang awalnya mengantongi dukungan dari 4 parpol dengan 29 kursi, dalam satu hari kehilangan dukungan tiga parpol. Partai Golkar (17 kursi DPRD), NasDem (5 kursi DPRD), dan PKPI (3 kursi DPRD). Golkar dan NasDem beralih ke Letjen Edy Rahmayadi yang mendadak panen dukungan. Sementara PKPI memilih mendukung JR Saragih.  Tinggallah PKB dengan 4 kursi DPRD, yang belum bersikap.

Letjen Edy bisa dibilang kini menjadi bakal cagub dengan armada ‘tempur’ yang cukup kuat. Sebelum Golkar dan NasDem, Edy telah mendapatkan dukungan dari Gerindra (13), PKS (9), dan PAN (6). Total 50 kursi DPRD didapatkan Edy dari syarat 20 kursi.

Sementara itu, Djarot, yang baru diusung PDIP, mentok di angka 16 kursi DPRD. Djarot memang belum mendapatkan tiket Pilgub Sumut, tapi PDIP sedang mengusahakannya.

Masih ada beberapa partai yang belum menyatakan diri secara resmi mengusung calon di Pilgub Sumut 2018. Mereka adalah Partai Demokrat (14 kursi), Hanura (10 kursi), dan PPP (4 kursi). Menarik untuk diikuti apakah partai tersisa ini akan ikut mendukung salah satu calon atau mengajukan nama alternatif.

Perubahan dukungan yang cukup mengejutkan datang dari Partai NasDem, yang bermanuver mencabut dukungan untuk Tengku Erry, yang adalah Ketua Nasdem Sumut, dan mengalihkannya ke Letjen Edy Rahmayadi.

Sekjen Partai NasDem Johnny G Plate telah mengumumkan dukungan NasDem untuk pencalonan gubernur Edy Rahmayadi dan cawagub Musa Rajeckshah. Dukungan ini disebut diputuskan lewat proses politik panjang.

“Keputusan diambil setelah melalui proses politik panjang dengan memperhatikan aspirasi masyarakat Sumut dan memperhatikan anatomi politik yang ada di Sumatera Utara dan di tingkat nasional. Dengan memperhatikan komunikasi-komunikasi politik yang dilakukan di antara pimpinan parpol,” Johnny dalam jumpa pers di kantor DPP NasDem di Jalan R.P. Soeroso, Gondangdia, Jakarta Pusat, Jumat (5/1).

Keputusan NasDem mengalihkan pencalonan dari semula mengusung Tengku Erry Nuradi, disebut Johnny, diambil dengan pertimbangan kepetingan Sumut.”Saya mengutip sedikit manifesto politik Partai Nasdem berbunyi pemilihan umum termasuk pemilihan kepala daerah tidak ditujukan hanya untuk sirkulasi kekuasaan saja. Tetapi bertujuan untuk menghasilkan pemimpin yang berkualitas, pemimpin yang dicintai rakyat dan masyarakatnya,” sambungnya.

DPP NasDem berpesan agar jajaran dewan pimpinan daerah NasDem di Sumut solid mendukung keputusan yang diambil. Jajaran pengurus NasDem Sumut juga diminta mengikuti proses tahapan pilkada.

“Kami menitipkan keputusan ini kepada Dewan Pimpinan Daerah Sumatera Utara Partai Nasdem untuk bersama-sama memenangkan kontestasi Pilkada Sumut. Malalui suatu proses demokrasi yang rasional dan memberikan kesempatan masyarakat Sumut untuk memilih pemimpinnya atas dasar program brilian demi kepentingan dan kebutuhan wilayah dan masyarakat setempat,” katab Johnny.

Sebelum memutuskan mengusung Edy, NasDem sebenarnya telah mendeklarasikan dukungan untuk Erry, Minggu (12/11) lalu. Deklarasi itu bahkan dihadiri langsung Ketum NasDem Surya Paloh. Deklarasi itu ditandai dengan diserahkannya surat dukungan Pilgub Sumut 2018 dari NasDem. Surat itu diberikan langsung oleh Paloh kepada Erry.

Sementara itu, Pangkostrad Letjen Edy Rahmayadi sendiri mengklaim mendapat dukungan Partai Golkar. Dia yakin, bergabungnya partai pimpinan Airlangga Hartarto ikut mengusung dirinya akan menambah kekuatan untuk memenangkan pertarungan.”Sudah pasti dong, dengan bergabungnya Golkar berarti memberikan energi yang lebih,” kata Edy di kantor DPP Partai Golkar, Jakarta Barat, Jumat (5/1).

Kedatangannya ke DPP Partai Golkar guna menerima surat rekomendasi dari Ketua Umum Golkar Airlangga Hartarto untuk maju dalam Pilgub Sumut 2018.

Semula Golkar mendukung gubernur petahana Tengku Erry Nuradi untuk maju dalam Pilgub Sumut. Namun Golkar merevisi dukungannya dan berpaling ke calon lain, yakni Letjen TNI Edy Rahmayadi. Ada sederet alasan yang mendasari perubahan sikap Golkar itu. “Kita memang dari awal membangun komunikasi lama dengan Pak Edy Rahmayadi. Lama dan kebetulan kita mencari sosok figur yang cocok untuk masyarakat Sumut,” kata politikus Golkar Nusron Wahid di kantor DPP Golkar, Slipi, Jakarta Barat, Jumat (5/1).

Nusron mengatakan, masyarakat Sumut butuh sosok yang punya kepemimpinan kuat, dan itu cocok dengan sosok Edy. Ada pula alasan historis.”Pak Edi Rahmayadi punya hubungan yang historikal dengan Partai Golkar,” ucapnya.

Menurut Nusron, perubahan dukungan ini merupakan hal biasa. Bahkan NasDem, yang merupakan partai tempat Tengku Erry bernaung, juga mengubah dukungan. “Tidak ada gejolak. NasDem saja, yang ketuanya Tengku Erry, akan dukung kita,” ujar Nusron.

Sekretris DPD Golkar Sumut Irham Buana Nasution mengatakan, Edy-Ijeck memiliki kedekatan khusus dengan Partai Golkar. Sebab, orang tuan Mantan Pangkostrad TNI AD tersebut adalah kader Partai Golkar. Begitu juga dengan orangtua Ijeck yang juga simpatisan partai Golkar.

“Dari situlah hubungan paslon ini tak terbantahkan memiliki kedekatan dengan Partai Golkar. Pada intinya mesin Partai Golkar faktor penentu pemenangan Edy-Ijeck,” kata Irham ketika dihubungi, Jumat (5/1).

Atas keputusan tersebut, Irham mengingatkan agar seluruh kader dan sayap partai taat dan patuh terhadap keputusan tersebut, dan yang lebih penting ikut memenangkannya.

Kata dia, DPP Partai Golkar telah secara resmi menyerahkan formulir B1KWK, selanjutnya DPD Golkar Sumut akan membuat surat agar pasangan Edy-Ijeck bisa mendaftar ke KPU bersama parpol pengusung lainnya.

Sedangkan Ketua Badan Pemenangan Pemilu dan Pilkada (BP3) DPW PKS Sumut Satrya Yudha Wibowo menyebut, Pilgubsu 2018 kurang menarik. Sebab, mayoritas parpol yang memiliki kursi di DPRD Sumut mendukung pasangan Edy-Ijeck yang sudah lebih dulu diusung PKS. “Pilkada yang tidak seru,” katanya ketika dikonfirmasi.

Satrya menyebut, yang paling berperan untuk membuat koalisi gemuk saat ini adalah Edy-Ijeck. Sebab, Pilkada merupakan koalisi antara parpol dengan pasangan calon.

“Yang paling berperan dalam menentukan parpai koalisi adalah pasangan calon. Sebab, pasangan calon yg berkomunikasi dengan parpol,” ujar Satrya.

Sementara itu, meski Tengku Erry batal dicalonkan NasDem, namun dirinya siap mendukung Edy. “Dari hasil suatu keputusan yang dilakukan oleh DPP Partai Nasdem, maka pada hari ini (kemarin,Red) DPP Partai Nasdem telah memberikan kepercayaan kepada kakak Edy Rahmayadi dan Musa Rajeckshah, untuk dapat dipergunakan dalam pemilihan Gubernur Sumatera Utara,” kata Tengku Erry dalam jumpa pers di kantor DPP NasDem, Jalan Gondangdia, Jakarta Pusat, Jumat (5/1).

Tengku Erry berharap agar amanah yang diberikan NasDem dapat dijalankan bersama bakal cawagub Musa Rajeckshah. Keduanya diharapkan bisa membangun Sumatera Utara dengan keberagaman masyarakat”Kami juga mohon agar kakak Edy bisa merangkul seluruh komponen masyarakat Sumatera Utara baik yang mendukung maupun juga yang menjadi rivalnya nanti setelah selesai pemilihan bentuknya untuk bersama-sama dirangkul menjadi kekuatan besar Sumatera Utara,” harapnya.

Inkonsistensi Politik

Berubahnya arah dukungan pencalonan sejumlah partai politik menjelang pendaftaran peserta Pemilihan Gubernur (Pilgub) Sumatera Utara (Sumut) 2018 dinilai sebagai inkonsistensi organisasi dan tentu akan membuat pertanyaan apa alasan penarikan dukungan yang sebelumnya sudah diberikan.

Pengamat Politk dan Pemerintahan dari UMSU, Rio Affandi Siregar mengatakan, tindakan menarik mengubah arah dukungan yang dilakukan sejumlah partai politik saat menjelang masa pendaftaran peserta menjadi pertanyaan terkait konsistensi sebuah organisasi besar. Sebab, dengan bergesernya keputusan mengusung seorang calon seperti Tengku Erry Nuradi, dinilai ketidak dewasaan partai politik mengambil kebijakan.

“Tentu keputusan tidak konsisten ini bisa dipertanyakan. Karena namanya politik itu tentu siap menang dan siap kalah, dan tentu hak memilih itu ada di partai politik. Tetapi secara etika tentu kita melihat tidak pantas, karena tentu calon yang mereka usung sejak awal itu sudah siap dan memohon untuk bisa dicalonkan dari partai politik,” ujar Rio, Jumat (5/1).

Hal seperti ini juga, lanjutnya, membuat orang lebih memilh jalur independen untuk maju di Pilkada. Sebab selain sikap inkonsistensi partai politik, mesin partai yang ada juga lebih sering terlihat tidak berjalan efektif. Ini dibuktikan dengan jumlah suara dan partisipasi pemilih pada beberapa Pilkada serentak yang lalu, meskipun seorang calon diusung oleh banyak partai dengan jumlah dukungan kursi legislatif cukup banyak.

“Perlakuan tidak santun seperti ini yang membuat orang tidak percaya partai. Harusnya sejak awal, ditegaskan. Apalagi tentu seorang calon seperti Tengku Erry tentu sudah membangun basis dukungan masyarakat. Tentu juga, wajar saja kalau  muncul dugaan negative tentang apa pertimbangan pemilihan calon yang akan diusung,” katanya.

Pengamat Politik, Warjio menilai hilangnya dukungan partai politik (Parpol) dari genggaman Tengku Erry Nuradi, menunjukkan bahwa keputusan parpol masih berada ditangan elit atau sentralistik.

Dia bilang, kandasnya peluang Tengku Erry Nuradi untuk berlaga di Pilgubsu 2018 karena beberapa hal. Di antaranya ada hubungan yang kurang harmonis antara Tengku Erry dan parpol pengusungnya.

Menurutnya, kesalahan utama Tengku Erry adalah mengabaikan Ngogesa Sitepu. Di mana ketika Partai Golkar masih dipimpin oleh Setya Novanto, Partai Golkar mengeluarkan rekomendasi untuk Tengku Erry – Ngogesa Sitepu. Kenyataanya, Tengku Erry mengabaikan keputusan tersebut. Dan pada akhirnya, terjadi pergantian nahkoda di Partai Golkar dari Setnov ke Airlangga Hartarto.

Kata dia, Airlangga yang menjabat Menteri Perindustrian itu ingin melakukan bersih – bersih di tubuh partai Golkar, salah satunya menganulir beberapa keputusan pendahulunya.

Disisi lain, Ketua DPD Golkar Sumut, Ngogesa Sitepu juga merupakan gerbong yang mendesak agar dilaksanakannya Munaslub dan mendukung pencalonan Airlangga.

“Menurut saya, bisa saja ada semacam balas dendam. Ngogesa berbicara kepada Airlangga untuk mencabut dukungan dari Tengku Erry,”bilangnya.

Akademisi asal USU itu pun menyebut kemampuan Tengku Erry dalam menjalankan roda pemerintahan juga kurang baik.  (boy/jpnn/bal/dik/ila)

Koalisi Parpol Pendukung Cawagubsu 2018

  1. TENGKU ERRY NURADI

PKB:                       3

 

  1. EDY RAHMAYADI

Gerindra:             13

PKS:                       9

PAN:                      6

Golkar:                 17

NasDem:             5

 

  1. DJAROT SAIFUL HIDAYAT

PDIP:                     16

 

  1. JR SARAGIH

Demokrat:          14

PKPI:                     3

 

BELUM MENENTUKAN DUKUNGAN

Hanura:                                10

PPP:                       4

 

 

 

 

 

 

Exit mobile version