Site icon SumutPos

Angkasa PuraII akan Beli Alat Pengusir Burung

KUALANAMU- PT Angkasa Pura (AP) II berencana membeli alat pengusir Burung Bangau yang kerap terbang di landasan pacu (runway) Kualanamu International Airport (KNIA).

Akibatnya, penerbangan pun sedikit terganggu karena banyaknya Bangau yang kerap terbang di sekitar landasan pacu itu. Namun begitu, Airnav selaku pengatur lalu-lintas udara di KNIA mengklaim sejauh ini penerbangan masih aman dan lancar.

Sebelumnya, General Manager (GM) T Said Ridwan saat memberikan keterangan pers di Satker Bandara Kualanamu beberapa hari lalu mengatakan, banyak Bangau yang terbang sehingga mengganggu penerbangan. Maka dari itu saat Lebaran 1435 H, ia pun berangkat ke Australia untuk membeli alat pengusir burung tersebut.

“Memang sedikit mengganggu burung-burung itu. Saya pun di Lebaran pertama ke Australia untuk beli alat pengusir burung itu. Agar penumpang dan yang lainnya lebih nyaman,” ucapnya.

Pernyataan GM PT AP II tersebut juga didukung Manager Airport Duty, Djamal Amri ketika dikonfirmasi. Djamal mengatakan, guna mengatasi hal tersebut, GM berangkat ke Australia dengan berniat membeli alat pengusir burung itu.

“Pak Said sedang pergi ke Australia untuk mengikuti paparan promosi alat khusus untuk mengusir burung. Untuk sementara ini saya belum mendengar kabar apakah alat itu sudah jadi dibeli, karena beliau belum kembali,” katanya.

Lebih jauh dikatakannya, Bandara Internasional Kualanamu sangat membutuhkan alat tersebut. Sebab, banyak burung Bangau putih yang berkeliaran di sekitar area landasan pacu tersebut.

“Kita khawatir burung tersebut akan mengganggu penerbangan,” bebernya.

Memang, burung Bangau kerap menghiasi landasan pacu 05 dan 23 Bandara Kualanamu yang memiliki panjang masing-masing 3.750 meter itu. Namun, Humas Airnav Bandara Kualanamu, Anton Perangin-angin mendukung langkah GM PT AP II T Said Ridwan untuk membeli alat pengusir burung tersebut. Namun, karena habitatnya memang di sekeliling Bandara Kualanamu maka menurutnya hal tersebut sulit diberantas.

“Apapun ceritanya, di dunia penerbangan itu burung memang sering mengganggu. Tapi habitatnya di situ, jadi tidak bisa diusir,” ungkapnya, Rabu (6/8).

Lebih jauh ia mengatakan, ada istilah Hajard dalam dunia penerbangan. Maknanya itu yakni potensi bahaya dalam dunia penerbangan dapat menimbulkan bahaya yang kecil. “Tidak bisa dibilang kecil juga, namun potensi itu bisa menimbulkan bahaya. Bisa saja besar akibatnya,” tandasnya. (ted/adz)

Exit mobile version