Site icon SumutPos

Guru Daur Ulang Popok Bekas jadi Pot Bunga

TUNJUKKAN: Ateng menunjukkan pot bunga  dari daur ulang popok bekas di galeri keterampilannya. 
Teddy akbari/sumut pos
TUNJUKKAN: Ateng menunjukkan pot bunga dari daur ulang popok bekas di galeri keterampilannya. Teddy akbari/sumut pos

Tak semua barang bekas tidak bermanfaat lagi, sepanjang ada kemauan dan kreativitas yang kita miliki. Jika kotoran saja dapat didaur ulang menjadi pupuk, kali ini ada popok bayi ’disulap’ menjadi pot bunga.

Popok bayi bekas umumnya selalu menjadi langganan tempat sampah, yang dibuang oleh masyarakat. Namun bagi Ateng Supianto, popok bekas bayi disulapnya menjadi pot bunga. Bahkan kualitasnya pun telah diakui di atas rata-rata dari pot umumnya.

Siapa sangka, pria kelahiran 24 Desember 1977 ini, pot bunga dari popok bekas bayi itu laris manis di pasaran. Masyarakat yang jadi peminatnya pun mengaku, jika pot buatan Ateng tidak mudah pecah.

“Sebelum mencoba buat pot bunga dari popok bayi bekas ini, sudah banyak keterampilan lain yang sudah saya lakukan,” ujar bapak 3 anak ini membuka perbincangan, ketika ditemui Sumut Pos di galeri keterampilannya, Jalan Gunung Jaya Wijaya, Kelurahan Binjai Estate, Binjai Selatan, Kamis (5/12).

Dia menjabarkan, sejumlah keterampilan yang sudah dihasilkannya, seperti membuat sabun cuci piring dari daun pandan, tinta spidol berbahan dari dedaunan yang merupakan bahan alami, buat sabun dari minyak jelantah, dan yang paling aktif diterampilkannya membuat daun maupun bunga berbahan plastik.

“Sedang dipatenkan sekarang yang tinta spidol dari dedaunan bahan alami,” kata dia.

Ateng yang dikenal dalam kesehariannya sebagai seorang guru matematika, juga mengisi mata pelajaran keterampilan atau prakarya di Rausan Fikri Iskamic School, Desa Tanjung Jati, Langkat, Sumut.

Sejak kecil, Ateng sudah menunjukkan kebolehannya dengan berbagai bentuk keterampilan. Salah satunya membuat berbagai rajutan.

Muncul idenya melahirkan berbagai keterampilan, karena mata pelajaran yang diajarkannya. “Tentu kalau kita mau mengajar, harus kita yang membuat sendiri terlebih dahulu. Percobaan kita sendiri dulu,” kata dia. Ketepatan galeri keterampilan yang berbentuk rumah huni miliknya dijadikan Bank Sampah Rambutan Jaya. Karenanya, dia lebih mudah mendapatkan popok bekas untuk didaur ulang menjadi sebuah pot yang dapat ditanami bunga hias maupun hidup.

Juli 2018 lalu, Ateng mengawali kerajinan ini. Dia mengucap puji syukur karena keterampilan yang dilahirkannya mendapat perhatian dari masyarakat. “Masyarakat meminati keterampilan saya, setelah memperkenalkannya setiap hari Minggu, saat car free day. Sempat kewalahan juga mencukupi permintaan saat lebaran tahun lalu,” ujar pria jebolan Diploma 3 Jurusan Ilmu Komputer Politeknik Negeri Medan.

Harga jual yang dipasarkan Ateng tidak merogoh kocek terlalu dalam. Dia menjualnya sesuai ukuran yang diminta konsumen.

Dimulai dari harga Rp30 ribu sampai Rp80 ribu per satuan pot. “Alhamdulillah sampai sekarang ini ada 2 nasabah dari bank sampah yang selalu mengantarkan popok bekas ke saya,” ujar guru yang sudah mengajar sejak tahun 1999 lalu.

Setelah lulus D3, Ateng melanjutkan pendidikan keguruan jurusan matematika di STIKP Budidaya Binjai. Dia menunjukkan kepada Sumut Pos proses pembuatan popok bekas itu menjadi sebuah pot. Dengan menggunakan penutup mulut warna hitam dan sarung tangan plastik oranye menutupi 10 jarinya, Ateng mencuci 5 popok bekas yang berisikan kotoran air seni.

Aroma khas air seni tak membuat Ateng jijik. Kemudian, dia mencucinya dengan bersih menggunakan sabun hasil keterampilannya berbahan daun pandan hingga tiga kali bilasan. “Jel (kotoran) itu juga dikumpulkan dan dapat dimanfaatkan. Artinya didaur ulang jel itu tadi yang disterilkan lebih dulu menggunakan zat EM4,” ujar dia. “Semua dapat didaur ulang kalau memang terampil. Jel itu tadi dapat dimanfaatkan untuk membuat putik bunga. Bahkan pupuk tanaman. Tapi untuk tanaman yang jenisnya banyak menyerap air ya,” sambung dia.

Kreativitas tanpa batas yang dilahirkan Ateng ini bermodal hal sepele. Popok bekas. Sedikitnya tiga popok bekas paling dikit dapat dibuatnya untuk membuat sebuah pot. Setahun berjalan, sudah dua ratusan pot berbahan popok bekas diterampilkannya. Jika seandainya inovasi dan kreativitasnya itu dilirik seantero Nusantara dan mancanegara, Ateng akan membuat sebuah industri rumahan. Dia berharap, keterampilan inovativnya dapat diketahui masyarakat dunia.

“Ada satu murid saya kelas 7 yang sedang saya ajari juga. Pot bunga hias kalau ada yang minta sekalian bunganya, juga boleh. Bunganya juga daur ulang, bunga akrilik,” tandas guru yang pernah mengajar di Yayasan PABA ini. (*)

Exit mobile version