Site icon SumutPos

Edy-Ijeck Bakal Bangun Disabilitas Center

Cawagubsu Musa Rajekshah menyalami ibu-ibu penyandang tuna netra saar bersilaturahim dengan pengurus dan anggota Pertuni Sumut di Medan, Senin (9/4).

SUMUTPOS.CO – Penyandang disabilitas membutuhkan perhatian serius dari pemerintah. Pasalnya, tanpa disadari banyak juga hak-hak mereka yang terabaikan, termasuk soal kemandirian ekonomi mereka. Karenanya, pasangan Calon Gubernur Sumatera Utara Edy Rahmayadi dan Calon Wakil Gubernur Sumatera Utara Musa Rajekshah berencana mendirikan Disabilitas Center jika kelak memimpin Sumatera Utara lima tahun ke depan.

Berawal dari sebuah dialog on air di salah satu stasiun radio, Musa Rajekshah akhirnya bisa bersilaturahmi dengan Persatuan Tuna Netra Indonesia (Pertuni) Sumut di Medan, Senin (9/4).

Bersama para penyandang tuna netra, Musa Rajekshah yang akrab disapa Ijeck ini banyak berdialog tentang sejumlah persoalan di Sumatera Utara, di antaranya soal kemandirian ekonomi penyandang disabilitas.

“Jumat pagi kemarin saya mengisi talkshow di radio, saat on air ada penelepon dari Pak Fardijon Tanjung (Penasihat Pertuni Sumut). Pak Fardijon mengundang saya untuk berdialog dengan kawan-kawan Pertuni. Alhamdulillah saya akhirnya bisa silaturahmi di sini,” kata Ijeck.

Ijeck mengakui, banyak sekali persoalan yang membutuhkan perhatian serius dari pemerintah. “Dan salah satu hal yang jadi perhatian saya bersama Pak Edy adalah soal hak-hak penyandang disabilitas,” kata Ijeck.

Karenanya, Ijeck mengaku, bersama Edy Rahmayadi akan mendirikan Disabilitas Center. “Disabilitas Center ini tentunya penting bagi semua saudara-saudara kita penyandang disabilitas. Di rumah itu nanti juga bisa jadi tempat diskusi tentang berbagai hal khususnya kemandirian ekonomi penyandang disabilitas,” ungkap Ijeck.

Di tempat yang sama, Anggota DPRD Sumut yang juga donatur Pertuni Sumut, Ikrimah Hamidy mengatakan, Disabilitas Center diharapkan dapat mendorong kemandirian warga Pertuni. “Warga Pertuni inikan juga ada yang atlet, ada yang pedagang. Mudah-mudahan Disabilitas Center nanti bisa terealisasi,” harap Ikrimah.

Ketua DPD Pertuni Sumut Khairul mengungkapkan, keberadaan Pertuni di Sumatera Utara ada sejak 1977. “Ada pengurus DPC di 17 kabupaten/kota yang kurang lebih beranggotakan 878 orang se-Sumut,” kata Khairul.

Namun, belakangan ini tidak ada lagi kepedulian pemerintah kepada mereka. “Terakhir yang peduli itu Gubsu era Tengku Rizal Nurdin. Semoga nanti kami diperhatikan Eramas. Kami bukan untuk dikasihani tapi harus diperhatikan,” pinta Khairul.

Cawagubsu Musa Rajekshah saat bersilaturahim dengan pengurus dan anggota Pertuni Sumut di Medan, Senin (9/4).

Tuna Netra Lakoni Jual Beli Online

Dalam silaturahmi tersebut, Ijeck juga banyak mendapat informasi penting. Salahsatunya, aktivitas warga Pertuni Sumut yang belum banyak diketahui public, yakni mengembangan ekonomi kreatif dengan jejaring media sosial. “Meski kurang mendapat perhatian pemerintah, cukup banyak warga Pertuni yang terus mengembangkan kreativitasnya. Ada juga warga kami yang berjualan online,” ungkap Khairul.

Menurutnya, berjualan via jejaring media sosial itu berawal dari warga Pertuni mendapat pelatihan dalam menggunakan smartphone umum, bukan menggunakan keypad braile. “Jadi androidnya itu android umum bukan khusus. Jualan kerupuk secara online. Pesen ojek online juga bisa,” jelas Khairul.

Menanggapi hal itu, Ijeck mengaku kagum. Menurutnya, banyak persoalan yang memang membutuhkan perhatian serius pemerintah. “Di Tim Eramas ada Tim Ekonomi Kreatif Eramas. Mudah-mudahan tim ini bisa bersinergi demi kemandirian saudara-saudara kita di Pertuni dan penyandang disabilitas lainnya,” harap Ijeck.

Sementara dalam sesi dialog, warga Pertuni banyak mengharapkan Eramas bisa banyak menciptakan lapangan kerja dan beasiswa bagi anak-anak mereka. “Anak-anak kami ini Pak, ibarat anak ayam kehilangan induk. Orangtua mereka tuna netra, tapi anak-anak kami yang sehat mau bersekolah. Mohon ini jadi perhatian,” kata Suhardi Tanjung, warga Pertuni.

Menjawab itu, Bang Ijeck mengupayakan mencari jalan ke luar untuk mengatasi itu. “Kalau dari saya pribadi, nanti dibilang money politic. Tapi yakinlah kita bahwa ini akan diperhatikan. Tapi secara bertahap ya pak, bu,” kata Ijeck. (rel)

Exit mobile version