Site icon SumutPos

Pesawat Kecil Takut Terbang dari Kualanamu

Penerbangan dari Bandara Kualanamu terganggu akibat erupsi Gunung Sinabung. Pesawat kecil takut terbang, Jumat (10/10/2014).
Penerbangan dari Bandara Kualanamu terganggu akibat erupsi Gunung Sinabung. Pesawat kecil takut terbang, Jumat (10/10/2014).

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Debu vulkanik dari hasil erupsi Gunung Sinabung di Kabupaten Karo hingga kini masih mengancam penerbangan di Kualanamu Internasional Aiport (KNIA). Setidaknya, pesawat kecil jenis Cessna C208B Grand Caravan yang mampu menampung penumpang maksimal 12 orang belum berani terbang pada Jumat (10/10) pagi.

Jasirin selaku Manager Airport Duty PT Angkasa Pura (AP) II kepada Sumut Pos mengungkapkan meski kemarin pagi debu vulkanik tak lagi menutupi KNIA, namun diakuinya beberapa pesawat kecil masih belum berani take-off. Ia juga mengatakan sekitar pukul 05.45 WIB pagi, Lion Air (JT 210) tujuan Jakarta berhasil terbang dari Bandara Kualanamu.

“Untuk hari ini (kemarin, Red) debu vulkanik sudah bersih. Tadi saja ada penerbangan pertama yang sudah berangkat. Sebenarnya debu vulkanik sudah tidak lagi menyebar,” ujar dia.

Lebih jauh, mantan Manager Security PT AP II itu mengatakan beberapa maskapai yang menggunakan pesawat kecil masih membatalkan penerbangannya. Dirincikannya, Susi Air yang memiliki 5 penerbangan itu menyatakan tidak ada penerbangan pada Jumat (10/10) pagi. “Mereka mungkin masih takut dari erupsi Gunung Sinabung. Kan mereka juga menghitung risiko, setiap maskapai berbeda-beda cara menghitung keamanannya,” kata dia sembari menambahkan jarak pandang di KNIA dapat dikatakan normal.

Pantauan Sumut Pos, sejak pukul 08.00 WIB pagi masih tampak partikel sisa-sisa debu vulkanik. Bahkan, sore harinya runway (landasan pacu) di depan Gedung Terminal Cargo lini 1 masih terlihat jelas debu abu vulkanik. Hal tersebut terlihat saat pesawat Boeing 777 (pesawat haji) mendarat di runway Bandara Kualanamu.

Desi, Staff Forecaster Bandara Kualanamu mengakui bahwa sisa-sisa partikel debu vulkanik masih berterbangan di kawasan bandara. Namun menurut dia, hal tersebut belum bisa dikatakan mengganggu penerbangan. Saat ini, arah angin masih sama seperti hari sebelumnya yakni bergerak dari arah Barat ke Timur yang lebih condong ke Bandara Kualanamu dengan kecepatan angin berada di angka 9 Knot atau setara dengan 18 Km/jam.

“Kalau untuk sekarang visibility (jarak pandang) itu normal yaitu mencapai 4.000 meter. Kalau untuk awan sekarang ini berkabut kering tidak basah dan debu vulkanik juga masih ada sisa dari kemaren juga,” jelasnya.

Foto: Gatha Ginting/PM
Gunung Sinabung mengeluarkan larva pijar disertai awan panas yang menggumpal keudara setinggi 4500 meter ke arah timur, terlihat dari Desa Sibintun, Kec. Simpang Empat Kab. Karo.

IDI Kirim Tim Dokter

Di sisi lain, Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Cabang Medan segera kirimkan tim dokter ke Tanah Karo. Ketua IDI Cabang Medan dr Ramlan Sitompul SpTHT mengatakan, pihaknya pada tahap awal akan mengirimkan tim dokter berjumlah sekitar 10 dokter, pada Sabtu (11/10). Di sana pihaknya akan melayani masyarakat membutuhkan pelayanan kesehatan.

“Kita sudah terus berkoordinasi dengan IDI di sana (Tanah Karo). Rencananya, besok kita akan kirimkan tim yang pada tahap awal 10 dokter dan ambulans. Kita cukup berduka cita atas kembalinya erupsi Gunung Sinabung, maka kita akan memberi pertolongan semampu kita,” terangnya pada wartawan, Jumat (10/10).

Sementara itu, Dinas Kesehatan (Dinkes) Sumatera Utara (Sumut) juga telah mengirimkan sebanyak 16 ribu masker ke kabupaten Karo dan juga mengirimkan tim untuk melihat kondisi di wilayah yang terkena erupsi gunung Sinabung.

Namun, kata Kadinkes Sumut dr RR SH Surjantini, sekalipun adanya erupsi gunung Sinabung, belum ada terjadi peningkatan jumlah kasus Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA). “Belum ada meningkatnya data ISPA di Sumut. Obat-obatan itu juga masih cukup. Masker saja sudah kita salurkan sebanyak 16 ribu. Terus, untuk 3 sampai 5 Km dari Gunung Sinabung itu sudah meninggalkan tempat. Mereka sudah ada di posko-posko yang sebelumnya memang sudah ada,” katanya.

Seperti diketahui, aktivitas Sinabung makin tidak menentu. Beberapa hari terakhir, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mencatat jika Sinabung berkali-kali mengalami erupsi. Termasuk, erupsi yang terjadi seharian kemarin.

Data PVMBG yang dirilis oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menunjukkan jika dua hari terakhir hingga kemarin sore Sinabung erupsi lebih dari 18 kali. “Erupsi-erupsi tersebut selalu disertai luncuran awan panas yang mengarah hingga dua kilometer ke selatan,” ujar Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho di Jakarta kemarin.

Rata-rata, erupsi berlangsung selama empat sampai lima menit. Selain menghasilkan awan panas, Sinabung menyemburkan abu vulkanik hingga ketinggian 2.000 meter. PVMBG memperkirakan erupsi akan terus terjadi dalam beberapa waktu ke depan. Hal itu ditandai dari sejumlah kejadian gempa. Kemarin misalnya, terjadi 10 kali gempa hybrid, tremor menerus, 38 kali guguran, dan gempa vulkanik.

Hingga saat ini, lanjut Sutopo, tidak ada korban jiwa akibat letusan Sinabung. “Kami telah membagikan 100 ribu masker untuk warga dan pengungsi di sekitar gunung Sinabung,” lanjut peneliti senior BPPT itu. untuk mengurangi dampak letusan, debu vulkanik dibersihkan dengan penyiraman rutin tiga kali sehari.

Foto: Gatha Ginting/PM
Sejumlah siswa pulang sekolah di SD Suka Ndebi, Kab. Karo, Jumat (10/10). Akibat aktifitas Gunung Sinabung dalam seminggu ini, sejumlah sekolah yang berada di wilayah terkena dampak debu diliburkan.

Sekolah Libur

Selain itu, Pemkab Karo juga meliburkan sejumlah sekolah yang terdampak abu vulkanik. “Kemungkinan proses belajar mengajar akan dipindahkan ke lokasi yang aman untuk sementara waktu,” tuturnya.

Saat ini, Pemkab Karo telah menetapkan status tanggap darurat bencana hingga 18 Oktober mendatang. status tersebut berpeluang diperpanjang, karena jumlah pengungsi yang bertahan di kantong-kantong pengungsian masih banyak. Mereka memerlukan penanganan darurat.

BNPB mencatat jumlah pengungsi saat ini mencapai 3.287 jiwa atau 1.019 KK yang tersebar di 16 titik. Sementara, masih ada 6.179 jiwa (2.053 KK) yang tinggal di hunian sementara yang disewa oleh pemerintah. Mereka adalah warga desa Sukameriah, Bekerah, Simacem, Kutatonggal, Gamber, Berastepu, dan Gurukinayan.

Untuk keperluan sewa rumah plus lahan pertanian tersebut, BNPB mengucurkan dana siap pakai Rp 10,3 miliar. Khusus untuk warga desa Sukameriah, Simacem, dan Bekerah akan segera direlokasi begitu lahannya siap. “Relokasi bagi pengungsi masih dalam proses perijinan lahan relokasi,” tambahnya. (ted/nit/byu/jpnn/rbb)

Exit mobile version