Site icon SumutPos

Bayi Sudah Bisa Menipu

Bayi menangis ternyata bisa menipu.
Bayi menangis ternyata bisa menipu.

SUMUTPOS.CO – Ternyata bukan hanya remaja dan orang dewasa saja yang pintar menipu. Studi peneliti Jepang menemukan bayi juga sebenarnya sudah mampu menipu orang tuanya dengan tangisan palsu mereka.

Peneliti mengatakan kecenderungan tangisan palsu ditunjukkan karena bayi ingin mencari perhatian orang terdekatnya. Potensi tangisan palsu itu semakin besar, apabila bayi itu memiliki saudara yang banyak.

Ahli perilaku percaya, anak-anak dapat mulai berbohong dari sekitar usia enam bulan. Awalnya, kebanyakan psikolog percaya anak-anak tidak memiliki kemampuan cukup untuk mulai berbohong sampai mereka berusia empat tahun.

Tetapi sebuah penelitian di University of Portsmouth di Inggris pada 2007 menunjukkan bahwa bayi mampu menggunakan tangisan palsu pada usia dini.

“Bayi berpura-pura menangis adalah salah satu bentuk paling awal dari penipuan muncul dan bayi menggunakannya untuk mendapatkan perhatian dari orangtuanya,” kata Dr. Vasudevi Reddy, seperti dikutip laman Medicaldaily, Senin (10/3).

Peneliti Jepang Hiroko Nakayama baru-baru ini menerbitkan sebuah studi menganalisis kapan dan bagaimana bayi menangis palsu, dan apakah hal itu memiliki fungsi positif. Selama enam bulan, Nakayama mengawasi kebiasaan menangis bayi dengan fokus terutama pada hal positif dan negatif yang mempengaruhi atau emosi yang terjadi sebelum dan setelah menangis.

Peneliti University of the Sacred Heart, Tokyo, Jepang itu merekam tangisan bayi selama satu hingga dua kali sebulan dalam periode penelitian. The British Psychological Society melaporkan, peneliti memberi kode video-video berdurasi lima detik untuk mendokumentasikan 68 episode rekaman video ‘Bayi R’ berusia tujuh bulan.

Begitu pun bayi lain berusia sembilan bulan, ‘Bayi M’, didokumentasikan dalam 34 rekaman video. Melalui rekaman itu, peneliti berusaha mengetahui kehadiran emosi sebelum bayi menangis. Ternyata, Bayi R ternyata mengangis tanpa sebab negatif atau kondisi tertekan.

“Bayi R menangis dengan sengaja hanya untuk mendapatkan perhatian dari ibunya. Bayi tersenyum setelah ibunya mendekat dan menenangkannya,” kata Nakayama.

Studi menunjukkan,keberadaan saudara si bayi punya kontribusi memunculkan tangisan palsu. Dalam sebuah studi analisis, Bayi R memiliki dua saudara kandung sedangkan Bayi M merupakan anak tunggal.

Lebih lanjut dari hasil penelitian tersebut para peneliti mengatakan bahwa tangisan palsu itu berhasil menarik perhatian orang tua mereka dan itu berkontribusi pada pembangunan emosional serta sosial si bayi.(fny/jpnn)

Exit mobile version