Site icon SumutPos

Tuktuk, Biarlah Keindahan Ini Selalu Bersamaku…

11-9-13-GINTING- Ritual KOrban Kapal Di Danau TOba1Wajah keluarga Sandi dan keluarga 3 korban  tabrakan kapal Feri Tao Toba I dengan  kapal penumpang Pariwisata KM Yola, Minggu, (8/9) lalu tampak sayu. Mereka ikhlas dengan kepergian Uji, Sandi, Susiono dan Ujangn
Mereka hanya mengharapkan jenazah korban dapat ditemukan, khususnya keluarga Sandi (23) yang sudah banyak melakukan doa dan salat gaib.
Keluarga Sandi tidak menduga ia akan mengalami kecelakaan dan hilang. Karena saat berada di kapal, Sandi yang merupakan warga Marelan ini masih mengirim SMS kepada keluarganya. “Tuktuk, biarlah keindahan ini selalu bersamaku,” inilah isi SMS Sandi kepada salah seorang saudaranya.
Tidak ada yang mengetahui pasti makna dari pesan singkat tersebut, namun pihak keluarga memaknai pesan tersebut sebagai penyataan pamit untuk pergi selamanya. Sebelumnya, pada Minggu (8/9) sekitar pukul 03:00 WIB, Sandi berpamitan kepada keluarga karena harus berangkat ke Samosir untuk menyaksikan pelaksanaan Festival Danau Toba (FDT) 2013.
Di tengah perjalanan penyeberangan menuju Tomok, Sandi mengirimkan pesan tersebut bersamaan dengan foto di atas kapal motor Yola sesaat setelah melaju meninggalkan Parapat. “Kami terkejut setelah beberapa saat kemudian kami mendapat informasi bahwa Sandi tenggelam saat peristiwa tabrakan kapal yang terjadi di perairan Tomok ini,” ujar salah seorang keluarga Sandi, Erwin Syaputra (40), sebelum melaksanakan ritual permohonan di Tomok.
Erwin yang merupakan paman korban menyebutkan bahwa dia mewakili pihak keluarga datang ke Tomok untuk melihat langsung proses pencarian terhadap Sandi. Erwin mengatakan bahwa pihak keluarga telah melakukan pengajian, salat gaib bahkan sampai ritual lainnya. Hal tersebut dilakukan sebagai bentuk harapan Sandi dapat ditemukan.
“Kalau persoalan hidup atau mati itu yang kedua, yang pasti kami lihat jasadnya biar bisa kami makamkan dengan wajar,” terangnya.
Di mata keluarganya, anak dari pasangan Mariono dan Rasmina ini juga sangat santun kepada orang tuanya. Selain sejumlah pesan melalui SMS dan BBM, Sandi menghubungi keluarga melalui seluler dan mengatakan bahwa dia membasahi sandal jepit yang digunakannya ke danau. Kemudian mengganti sandal tersebut dengan sandal lainnya. “Namun kami tidak tahu sandal tersebut di mana, itu yang dikatakannya saat nelepon terakhir,” terang kerabat lainnya, Arman Syaputra (42).
Sekadar untuk diketahui, Sandi merupakan salah satu korban hilang atas insiden tabrakan kapal pariwisata Yola dengan Fery penyeberangan Tao Toba pada Minggu (8/9) kemarin. Tabrakan tersebut mengakibatkan empat penumpang KM Yola terhempas dan tercebur ke Danau Toba serta dinyatakan hilang. Sampai saat ini, upaya pencarian terhadap empat orang korban tenggelam akibat tabrakan kapal penumpang di perairan Danau Toba belum membuahkan hasil sekalipun tim SAR telah memperluas kawasan penulusuran.
Melihat hal ini, pihak keluarga juga ikut membantu melakukan pencarian dengan melakukan ritual permohonan kepada leluhur agar dibantu secara spritual untuk menemukan empat korban hilang tersebut.
Sementara itu, Wakil Kepala Kepolisian Resort (Wakapolres) Samosir, Kompol Adel Samosir menyebutkan bahwa pihaknya bekerjasama dengan tim SAR, Dinas perhubungan Kabupaten telah melakukan pencarian secara maksimal. Namun tim gabungan masih disulitkan untuk melakukan pencarian sebab pihak kondisi cuaca buruk dan kedalaman danau yang sangat sulit dijangkau oleh tim penyelam.
“Info terakhirnya demikian, jadi kita juga telah memperluas jangkauan pencarian. Kita berharap empat orang yang kita nyatakan hilan dapat segera kita temukan,” jelasnya.
Di sisi alin, hari ke-4 Festival Danau Toba (FDT) 2013 diisi berbagai kegiatan diantaranya  World Super Swim, Paralayang dan Solu Bolon. Namun, dari ketiga acara tersebut, lomba perahu dayung tradisional suku Batak atau Solu Bolon menjadi satu-satunya perlombaan yang paling banyak mengundang penonton.
Namun, beberapa penonton sempat kecewa saat melihat perlombaan perahu dayung khas Batak berhias Gorga yang diadakan di dermaga Hotel Dumasari ini dihalangi oleh beberapa kapal penumpang yang lewat mendekati landasan. “Woi muter kalian, panitia tolong dulu itu,” ujar penonton bersorak.
Hal ini juga diakui oleh salah satu penonton asal Medan, Jane Gultom (26). Ia yang sengaja datang untuk menyaksikan World Drum Festival ini sangat tertarik saat melihat lomba Solu Bolon, namun saat melihat, ia menilai kalau panitia kurang persiapan. “Masak ketika acara berlangsung ada kapal lewat, bukan sekali malah berkali-kali. Berarti ‘gak ada kordinasi yah pihak kapal sama panitia,” katanya.
Hal yang sama juga diungkapkan oleh seorang peserta dari YONIF 133, Sumbar, Nadata Ramadani Damanik. Ia mengaku jika perahu yang dikendarai timnya hampir terbalik karena ombak dari kapal yang melintas di dekat arena lomba. Selain itu, kapal juga sering kali membuat konsentrasi mereka pecah.
“Kita juga heran, kenapa bisa ada kapal mau lewat pas kita lomba. Itu sangat buat pecah konsentrasi kita,” ujarnya sembari mengatakan pihaknya meraih juara kedua.
Solu Bolon ini melibatkan 20 tim masing-masing adalah Angkasa Pura 1, Simalungun, Batubara, Sergai, Bintang Marlumba, Aquafarm, KND, Lugahon, Lant 1, Lanal Sibolga, Ambarita, Angkasa Pura 2, Tobasa, Ya-Sop, Tanjungbalai, Tebingtinggi, YONIF 133, HKBP Pangkot, Popsir, dan Kumbahas.
Tim Lugahon berhasil meraih tempat pertama dan membawa pulang hadiah piala, piagam dan uang pembinaan sebesar Rp 50 juta. Sementara tempat kedua dan ketiga masing-masing diraih oleh tim YONIF 133 Padang yang mengantongi uang pembinaan sebesar Rp 30 juta dan tim HKBP Pangururan Kota yang membawa pulang uang pembinaan sebesar Rp 20 juta. Tempat ke 4, 5 dan 6 yang mendapatkan masing-masing hadiah uang sebesar Rp 5 juta adalah tim Lantamal 1 Belawan, Tobasa dan Tanjungbalai. (*)

Exit mobile version