Site icon SumutPos

Dokter: Bayi Sudah Beberapa Hari Meninggal di Rahim

Foto: Edwin Garingging/Metro Asahan/JPNN Jenazah bayi yang lahir dengan kepala putus di Kisaran, Asahan. Menurut dokter, si bayi sudah beberapa hari meninggal di rahim ibunya.
Foto: Edwin Garingging/Metro Asahan/JPNN
Jenazah bayi yang lahir dengan kepala putus di Kisaran, Asahan. Menurut dokter, si bayi sudah beberapa hari meninggal di rahim ibunya.

SIANTAR, SUMUTPOS.CO – Saksi ahli, dr Binsar Sitanggang yang sempat menangani proses kelahiran lanjutan bayi malang tersebut mengatakan, sesuai kondisi yang ditemui pihaknya, disimpulkan jika bayi malang tersebut telah meninggal beberapa hari sebelum lahir. Dalam istilah medis, kasus semacam ini dikenal dengan istilah Distosia Bahu yang pada akhirnya membuat tubuh sang bayi yang telah meninggal menjadi rapuh.

“Karena sudah meninggal maka, tubuh si bayi rapuh. Nah, karena itu pula saat dalam proses kelahiran, bisa terjadi luka,” jelas dokter ahli kandungan itu. Keterangan dr Sitanggang dikuatkan juga oleh keterangan dr Reinhard JD Hutahaean, SH, Sp.F. Dokter forensik yang bertugas di RSUD dr Djasamen Saragih Pematangsiantar yang mengotopsi jenazah bayi itu menegaskan, sebelum lahir bayi itu telah meninggal di dalam kandungan, dan proses pembusukan tubuhnya telah dimulai.

“Sesuai hasil pemeriksaan kita, bayi tersebut sudah meninggal saat dalam kandungan,” kata Reinhard.

Amatan METRO, kondisi tubuh bayi malang tersebut, secara kasat mata memperlihatkan bukti, bahwa kematian terjadi sebelum proses kelahiran. Ini dapat dilihat dari kondisi tubuhnya yang sebagian besar sudah menghitam karena proses pembusukan. Di beberapa bagian tubuhnya juga didapati luka pecah, akibat proses pembusukan yang tengah berlangsung.

Mengenai kematian janin dalam kandungan (KJKD) ini, M br Sibagariang seorang bidan yang juga tenaga pengajar pada salah satu Akademi Kebidanan,saat diwawancarai menyebutkan, kasus kematian janin dalam kandungan (KJKD) adalah sesuatu yang biasa tejadi dalam kehamilan.

Menurut dia, sesuai disiplin ilmu yang dia miliki, setidaknya, ada 21 kemungkinan yang bisa memicu terjadinya kematian janin di dalam kandungan. Ke­21 kemungkinan itu kata wanita asal Tapanuli ini, antara lain ; Masalah Genetik Bayi, Bentuk Rahim Tidak Normal, Hamil Di Usia Tua, Obesitas, Pola Hidup Tidak Sehat, Mengkonsumsi Obat Sembarangan, Diabetes, Pengaruh Narkoba, Riwayat Kehamilan, Diabetes, dan Infeksi, yang mencakup dua kemungkinan lain, yakni Toksoplasmosis, atau Infeksi Menular Seksual.Kemudian, Pre Eklamsia atas kondisi kehamilan beresiko tinggi, Pendarahanberlebih, Kelainan Plasenta, Cairan Berlebihan Pada Janin, Ketidak Cocokan Darah antara ibu dan Bayi, Gerakan Janin Hiperaktif, Kehabisan Air Ketuban, Kelebihan Hari Perkiraan Persalinan (HPL), Demam, Kelainan Jantung, serta Pertumbuhan Bayi yang Terhambat.
Dari 21 kemungkinan penyebab kematian janin dalam kandungan ini, tanpa bermaksud mereka­reka, mengacu informasi yang dia peroleh dari berbagai media, baik media online, cetak, dan elektronik, kuat dugaan kemungkinan terbesar penyebab kematian janin yang di kandung Farida adalah Kelebihan Hari Perkiraan Persalinan (HPL). “Ketepatan dari semalam, sebelum ito telepon ini, aku baca juga di online, liat di TV dan baca koran. Katanya orangtua bayi itu tinggal di desa, daerah yang jauh dari pusat kesehatan. Bisa saja selama hamil, si ibu tidak maksimal memeriksakan kandungannya. Mungkin, karena alasan jarak ya. Hingga usia kehamilan tidak bisa diprediksi, dan akhirnya terlalu lama dari kondisi normal. Tapi untuk lebih jelasnya memang, tentu harus diperiksa laboratorium,” ujar bidan berambut sebahu ini.

Mengenai HPL ini katanya, kematian bisa terjadi karena bayi dilahirkan lewat dari waktu maksimal HPL. Umumnya jelas bidan yang memiliki lesung pipi ini, bayi harus dilahirkan paling lambat dua minggu dari HPL. Jika lebih, janin bisa meninggal karena kondisi plasenta akan menua dan fungsinya berkurang. Plasenta yang tua kata dia, ditandai dengan adanya lubang­lubang kecil di dalamnya, yang bisa dimonitor lewat manfaat USG kehamilan. Plasenta yang menua ini, bisa menyebabkan air ketuban mengental, dan berwarna hijau. Hal itu sangat membahayakan janin di dalam kandungan. Karena, bisa memicu keracunan yang berujung kematian jika sampai masuk ke tubuh si bayi. (ing/smg/deo)

Exit mobile version