Site icon SumutPos

SBY Siap-siap ke Karo

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menjanjikan pada pekan depan akan berkunjung kembali ke Kabanjahe, Sumutn
Kunjungan ini bertujuan untuk melihat kondisi para pengungsi dan letusan Gunung Sinabung di Kabupaten Karo, Sumatera Utara.

LAVA: Warga melihat luncuran lava pijar Gunung Sinabung dari Desa Jeraya, Karo, Selasa (14/1) dini hari.

“Minggu depan, Insya Allah saya akan berkunjung kembali ke Kabanjahe, untuk pastikan penanganan Sinabung dan pengungsi berjalan baik,” kata Presiden SBY melalui akun twitternya @SBYudhoyono, Senin malam (13/1).

Pada awal September 2013 lalu, Presiden didampingi Ibu Negara Ani Yudhoyono telah meninjau para pengungsi korban letusan Gunung Sinabung. Saat itu, Presiden SBY dan rombongan mengunjungi dua lokasi pengungsian, yaitu Jambur Sempakata dan Jambur Tuah Lopati yang berjarak sekitar 25 kilometer dari kawasan Gunung Sinabung.

“Meskipun baik pusat dan daerah terus menangani permasalahan ini, saya memutuskan untuk meningkatkan pengendalian dan bantuan pusat,” tulis Presiden melalui akun twitternya @SBYudhoyono itu.

Sementra kalangan politisi di Senayan mendesak pemerintah segera menetapkan  status bencana Gunung Sinabung sebagai bencana alam nasional. Alasannya, Sinabung yang sudah ratusan tahun tidak aktif kini kembali beraksi itu, letusan dan erupsinya diperkirakan akan berlangsung lama hingga beberapa waktu ke depan.  Bahkan secara tipe dan karakteristik, letusan ini  mirip dengan letusan Gunung Merapi.

Anggota DPR Edy Ramly Sitanggang mengatakan, dengan adanya perubahan status tersebut, otomatis perhatian pemerintah hingga pihak swasta akan lebih banyak lagi dan intensif kepada pengungsi.

“Masyarakat sekitar pun jadi lebih peduli dengan kondisi mereka, yang diharapkan akan menstimuli munculnya gerakan bantuan spontanitas dari kalangan masyarakat,” ujar Edy dalam keterangan persnya, kemarin.

Politisi Partai Demokrat itu mengatakan, miripnya letusan Gunung Sinabung dengan Merapi bisa dilihat dari gulungan awan panas yang mirip dengan wedus gembel. “Dengan kondisi dan karakter letusan sudah bisa diprediksi bahwa letusan ini tidak kalah hebatnya dengan Merapi. Kita belum lupa seberapa besar kerugian baik secara material dan imaterial yang diderita korban Merapi,” kata anggota Komisi III DPR itu.

Terpisah, Ketua Komisi VIII DPR RI Fraksi Demokrat, Gondo Radityo Gambiro, mengingatkan kepada Pemkab Karo untuk tetap siaga dalam penanggulangan pengungsian. Meski belum ditetapkan statusnya sebagai bencana nasional, para korban bencana alam ini harus tetap mendapatkan perhatian yang sama dan tidak dibedakan.

“Jangan sampai ada diskriminasi penanggulangan bencana atas pengungsi Gunung Sinabung ini. Meskipun bukan atau belum ditetapkan sebagai bencana alam nasional, jangan sampai pengungsi merasa terbengkalai,” ujar Gondo.

Dia juga mnegingatkan, bantuan ke para pengungsi tidak boleh hanya sebatas makanan dan pakaian. “Kita harus memikirkan dampak psikologis dan traumatik, kesehatan, pendidikan, dan kesejahteraan para korban setelah bencana berakhir,” katanya.

Dari Karo, jajaran TNI telah siapkan kondisi jika erupsi gunung api Sinabung meluas. Tidak hanya pada hitungan radius 10 km, TNI telah melakukan serangkaian pembahasan bila nantinya ada kemungkinan lebih jauh lagi ke radius 15 km.

Penegasan itu dikemukakan Dandim 0205 TK, Letkol Inf Asep Sukarna kepada wartawan di Kabanjahe, Senin (12/1). “Kalau yang menyangkut praktek dari kontigensi sudah lama kita siapkan, mulai dari desa mana saja, ke mana mereka diungsikan hingga berapa kenderaan yang digunakan. Secara matematis kita telah lakukan hitung-hitungan, bahkan hingga radius 15 km,” ujar Asep.

Sedangkan untuk kondisi terkini, TNI lebih mengutamakan memberikan peranan dalam bentuk karya bakti terpadu yang dilangsungkan di jalur transportasi dan evakuasi vital yang dalam beberapa hari belakangan banyak tidak lagi berfungsi akibat timbunan material vulkanik Sinabung. Jalur jalan yang dibersihkan itu di jalur jalan Tiga Pancur, Sukandebi, dan Naman.

“ Kedua jalur ini begitu penting bagi langkah langkah mobilisasi dan evakuasi, karena menghubungkan banyak Desa, perlu langkah cepat dan sudah kita langsungkan,” terang Asep.

Sebelumnya, dalam menyahuti dampak luas dari Sinabung, Pemkab Karo mulai siapkan rencana kontigensi penanganan bencana erupsi gunung api Sinabung pada radius 10 km. Salah satu tindakan awal yang digelar adalah mengadakan rapat di Aula Kantor Bupati Karo, Jumat ( 10/1). Menurut Plt Sekdakab Karo, Dinasti Sitepu, rapat itu pada dasarnya untuk melakukan pendataan ulang terhadap beberapa aspek, diantaranya yang menyangkut jumlah penduduk, evakuasi dan lokalisasi warga jika kemungkinan terburuk dari gunung api Sinabung terjadi.

“ Ini baru tahap awal, namun perlu diketahui kita belum pada tahap melakukan evakuasi terhadap warga di radius 10 km. Ini hanya rapat persiapan agar didapatkan langkah langkah persiapan bila situasi tidak menguntungkan, “ ujar Sitepu.

Sementara itu, aktivitas Sinabung Selasa (14/1) sampai pukul 20.00 WIB sebanyak 44 kali erupsi dengan rata-rata ketinggian kolom debu 1.000-4.000 arah angin bergerak menuju Selatan-Barat Daya dan luncuran awan panas 1.500 – 4.500 m yang disertai dan lava pijar.

“Selama seminggu terakhir aktivitas kegempaan Sinabung belum memperlihatkan penurunan, Gempa Vulkanik Dalam ( Va) dan Tremor masih terus terekam,” ujar seorang Petugas PPGA Sinabung, Ahmad Nabawi.

Jumlah pengungsi korban bencana erupsi Sinabung sesuai data dari Humas Tanggap Darurat Penanganan Bencana Erupsi Sinabung hingga Selasa (14/1) berjumlah 26.088 jiwa atau 8.103 kk yang bertempat di 38 titik pos penampungan terpisah, yakni 37 di Kabupaten Karo dan 1 di Desa Telagah, Kabupaten Langkat.(flo/jpnn/nng/smg/sam)

Exit mobile version