Site icon SumutPos

300 KK Bermalam di Tenda

PAHAE- Dua gempa tektonik menggetarkan Kabupaten Tapanuli Utara dan Kabupaten Tapanuli Selatan, Selasa (14/6) kemarin. Gempa pertama terjadi pukul 07:08:31 WIB, berkekuatan 5,5 Skala Richter (SR) berlokasi 1:79 Lintang Utara (LU)-99,13 Bujur Timur (BT), di darat 30 Kilometer Tenggara Tarutung, dengan kedalaman 10 Km. Gempa dirasakan Tapsel II-III Modified Mercalli Intensity (MMI).

Gempa kedua, yang dalam bahasa Batak disebut suhul, terjadi pukul 10:01:28 WIB berkekuatan 5,5 SR, lokasi 1.83 LU dan 99.07 BT, 22 Km Tenggara Tarutung dengan kedalaman 10 Km.

Getaran cukup kuat dirasakan di empat kecamatan, yaitu Pahae Julu, Pahae Jae, Simangumban, dan Purba Tua. Getaran gempa juga dirasakan warga Tarutung, sekira 25 km dari kawasan Pahaen.

Ratusan rumah dilaporkan mengalami kerusakan kecil hingga parah. Lokasi terparah akibat guncangan gempa yakni di Desa Nahornop Marsada, Kecamatan Pahae Jae. Di desa ini sedikitnya 30 unit rumah rusak. Umumnya kerusakan terjadi pada tembok-tembok rumah. Bahkan di desa tersebut, sedikitnya 20 unit rumah tidak layak huni lagi. Sebab konstruksi rumah cukup mengkhawatirkan. Warga yang rumahnya tidak layak huni memutuskan tidur di tenda darurat yang didirikan di depan rumah.

Desa terparah kedua, Pangaloan. Ada sekitar 20 unit rumah rusak. Hingga tadi malam, warga masih was-was dan takut ancaman gempa susulan.

Sedangkan di Kecamatan Simangumban yang berbatasan langsung dengan Sipirok, Tapanuli Selatan, dilaporkan sekitar 20 unit rumah warga rusak parah dan tak bisa lagi dihuni. Di kecamatan tersebut, warga juga mendirikan tenda darurat di depan rumah masing-masing untuk mengantisipasi terjadinya gempa susulan.
Di Kecamatan Purba Tua, dilaporkan puluhan rumah dan bangunan sekolah rusak. Warga berharap mereka segera mendapat bantuan dari pemerintah daerah.

Akibat gempa, diperkirakan lebih dari 300 kepala keluarga kehilangan tempat tinggal, sejumlah bangunan usaha hancur, sejumlah sekolah rusak berat dan ringan, demikian juga sejumlah rumah ibadah. Selengkapnya lihat grafis. Tidak ada korban jiwa tetapi kerugian diperkirakan mencapai ratusan miliar rupiah. Beberapa penduduk dilaporkan mengalami luka ringan, kebanyakan tersandung akibat lari lintang pukang saat gempa tiba.

Ratusan kepala keluarga yang kehilangan rumah bergabung dengan penduduk lain yang mengosongkan karena takut gempa susulan. Mereka memasang tenda-tenda darurat dan membangun dapur umum di sejumlah lokasi. Mereka bermalam di tenda-tenda dalam suasana diliputi rasa takut.

Gempa kedua yang terjadi saat ratusan pelajar dari tingkat sekolah dasar hingga SMA sedang belajar, membuat aktivitas mereka terhenti. Para guru dan kepala sekolah akhirnya memulangkan murid dan para pelajar.
Kepala Sekola SD di Siria-ria Drs M Simangunsong mengatakan, 10 dari 14 lokal di sekolah itu rusak berat dan tidak bisa digunakan lagi untuk proses belajar mengajar. “Keberlangsungan proses belajar mengajar belum dapat di tentukan melihat keadaan bangunan sekolah telah rata dengan tanah. Beton hancur, atap sekolah rata dengan tanah,” jelas M Simangunsong.

Kerusakan yang sama terjadi di SMP Negeri 1 Sarulla dan di sejumlah sekolah lainnya. Sekitar pukul 10.30 WIB, pihak Pemda Taput menerjunkan Pemadam Kebakaran untuk berjaga-jaga dan memberi pertolongan di sekitar lokasi kejadian.

Sekretaris Daerah Taput Sanggam Hutagalung mengatakan, pihaknya sudah melakukan beberapa langkah penanganan. Hal utama yang dilakukan adalah memberikan pertolongan secara medis kepada para warga yang umumnya shock atas kejadian ini. “Posko sudah didirikan, posko kesehatan,” kata Sanggam Hutagalung kepada wartawan.

Menurut catatan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), gempa yang melanda Tapaut itu merupakan gempa tektonik. “Gempanya bukan gempa vulkanik, tapi tektonik. Jadi, tidak berhubungan dengan pegunungan. Dari ukurannya II sampai III Mmi. Maksudnya, untuk II Mmi dirasakan oleh orang yang duduk atau di lantai atas bangunan. Kalau yang III Mmi dirasakan oleh hampir semua ruangan, gantung benda ayunan. Getaran seperti berlalunya truk ringan,” terang Kepala Sub Bidang (Kasubbid) Pelayanan Jasa Balai Besar Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BBMKG) Wilayah 1 Sumut, Heron Tarigan kepada Sumut Pos, Selasa (14/6).

Terkait kondisi kerusakan akibat gempa, BBMKG Wilayah 1 Sumut masih menunggu laporan resmi dari pemerintah daerah maupun pihak-pihak lainnya. “Kami belum dapat laporan, jadi belum bisa memastikan. Kalau peluang gempa susulan, diharapkan warga tetap waspada. Karena gempa datangnya tiba-tiba, tidak terdeteksi,” ungkap Heron.(smg/ari)

Exit mobile version