Site icon SumutPos

Inilah Tiga ‘Dosa Besar’ saat Berpidato di Depan Umum

Presiden Bush menggunakan "poros setan", metafora keagamaan yang tepat dipakai dalam dunia politik.
Presiden Bush menggunakan “poros setan”, metafora keagamaan yang tepat dipakai dalam dunia politik.

SUMUTPOS.CO – Mac Macdonald, pelatih dan konsultan perusahaan di Seattle, Washington, Amerika Serikat, melakukan kesalahan di panggung. Dan ini tak pernah ia lupa. Para hadirin kemungkinan juga tidak bisa melupakannya.

Pada permulaan kariernya, Macdonald memberikan seminar kepada pegawai Salvation Army di Los Angeles, California. Dia memakai mikrofon yang dipasang di dasinya dan berdiri di panggung yang tidak begitu tinggi, dekat dengan para penonton, tulis wartawan BBC Rhea Wessel.

“Saya membicarakan berbagai tujuan dan saya tidak bisa memutuskan apakah akan mengatakan,’Saya ingin Anda memusatkan perhatian pada tujuan Anda’ atau ‘Saya ingin Anda pertama-tama memusatkan perhatian pada tujuan Anda’. Yang akhirnya saya katakan,’ Saya ingin Anda kentut’,” kata Macdonald.

Kesalahan seperti ini memang jarang terjadi, tetapi ‘dosa’ penyampaian pidato sering terjadi.

Hampir semua orang yang naik panggung dapat berbicara secara meyakinkan dengan tampil tidak dibuat-buat dan rendah hati. Mereka juga dapat menjadi diyakini hadirin dengan menggunakan metafora yang sesuai, kata para ahli pidato.

Kepalsuan
Dalam sebuah pidato pada saluran online TED yang ditonton 1,2 juta orang, seorang wanita berbicara tentang bagaimana penyandang cacat dijadikan objek dan menegaskan bahwa dirinya tidak ingin dijadikan inspirasi hanya karena ia cacat.

Karena dia duduk di kursi roda saat di panggung, hadirin tidak dapat memahami mengapa hal ini dipermasalahkan.

Penonton yang peka akan selalu waspada terhadap pembicara yang berpura-pura.

Karena itulah untuk menarik perhatian penonton, Anda harus benar-benar tertarik dengan topik yang disampaikan dan memberikan pemahaman kepada hadirin mengapa hal ini penting bagi Anda, kata Andreas Franken, pelatih dan konsultan pidato dan pembuat naskah pidato di Bonn, Jerman.

Orang bukan hanya mendengarkan kata-kata Anda, mereka juga menyerap apa yang terjadi di panggung sebelum memutuskan apakah akan mendukung pandangan Anda atau menerapkan sebagian dari pemikiran Anda.

Jika para hadirin dibuat bertanya-tanya tentang hubungan Anda dengan topik yang dibicarakan atau merasa kehadiran pribadi yang terlalu percaya diri, mereka akan mulai menanyakan diri mereka sendiri tentang alasan sebenarnya dibalik kata-kata Anda.

“Mengapa saya harus mempercayai apa yang dikatakan pembicara?” pikir para hadirin.

Kesombongan

Eropa tidak menganggap penting skandal seks mantan ketua IMF, Dominique Strauss-Kahn.

Tidak ada hal yang paling dianggap sebagai kesombongan selain tidak mengetahui hadirin Anda atau mengacu kepada mereka sepatutnya.

Coba Anda bayangkan pesan yang dikirim seorang eksekutif perusahaan yang berbicara pada sebuah pertemuan jarak jauh secara global dengan kata-kata “selamat pagi”, padahal ada bagian dunia yang tidak sedang mengalami pagi hari, kata Joan Detz, penulis pidato internasional dari Pennsylvania dan penulis buku How To Write & Give A Speech.

Janganlah lupa, Anda ingin mempengaruhi hadirin, terapkan cara baru berpikir atau picu pendekatan tertentu. Jika penonton merasa dikesampingkan karena Anda merasa lebih penting, Anda justru mempersulit usaha untuk mempengaruhi orang lain.

Judy Gould, konsultan kesehatan nirlaba di Albi, Prancis dekat Toulouse, teringat seorang pembicara utama dari sebuah universitas bergengsi Amerika yang pandangannya ditolak mentah-mentah karena dia tidak mengenal mentalitas Eropa.

Profesor tersebut dipuji karena pemikiran dinamisnya terkait kepemimpinannya, tetapi dia berulangkali menggunakan latar-belakang yang salah.

Gould mengatakan,”Semua contohnya tentang para politikus Amerika yang terlibat skandal seks. Sebagian besar hadirin tidak memahami apa yang dia bicarakan dan yang benar saja (menggunakan) skandal seks sebagai contoh kepada hadirin warga Eropa?” kata Gould.

“Orang Eropa tidak menganggap penting skandal seks.”

Metafora yang tidak tepat
Ketika Chris Parry, mantan perwira Angkatan Laut Kerajaan Inggris, diterima sebagai pimpinan asosiasi sekolah Inggris (Independent Schools Council), dia menyadari pekerjaan sebelumnya mempengaruhi kata-kata yang dipakainya ketika menjelaskan reformasi sekolah.

Tetapi dia segera menemukan metafora militer tidak begitu cocok dipakai para pengajar. Tidak lama setelah pidato tahun 2008, Chris berganti pekerjaan.

Dosa utama Parry adalah menggunakan metafora yang salah.

Profesor Jonathan Charteris-Black, ahli bahasa di Inggris mengatakan metafora mempengaruhi bawah sadar manusia untuk membantu orang mengatasi ketidakpastian karena perubahan.

Menggunakan kata-kata yang salah, khususnya untuk hadirin tertentu, hanya akan menimbulkan kekacauan.

Dan kemungkinan untuk melakukan kesalahan cukuplah besar. Orang menggunakan enam metafora dalam satu menit, kata Simon Lancaster, penulis pidato di Inggris dan penulis “Speechwriting: The Expert Guide.”
Jika Parry menggunakan metafora alam, seperti “perubahan arah angin,” “gambaran suram” atau “tunas hijau,” dia mungkin akan lebih dipahami para hadirin.

Dalam dunia perdagangan, metafora seringkali mengingatkan orang akan perjalanan bisnis. “Laut yang bergolak” dapat menjadi metafora masa sulit.

Di dunia politik, metafora yang umum dipakai berasal dari agama dan moralitas. Anda masih ingat metafora “poros setan” yang dipakai mantan Presiden George W Bush? (BBC)

Exit mobile version