Site icon SumutPos

14 Hari Sepulang dari Malaysia, Dinkes Pantau 80 Warga Sumut

SUMUTPOS.CO – WARGA Sumut yang mengikuti acara tabligh akbar di Masjid Petaling Kualalumpur, Malaysia mulai 28 Februari hingga 1 Maret 2020 lalu, ternyata tidak mencapai 350 orang seperti informasi awal. Melainkan hanya sekitar 100-an. Dari jumlah itu, 80 orang sudah teridentifikasi dan masuk dalam kriteria Orang Dalam Pemantauan (ODP).

“Informasi awal 300-an. Tapi setelah ditelusuri dari komunitasnya, ternyata hanya sekitar 105 orang. Sudah ketemu 80 orang. Mereka tinggal di kawasan Medan sekitarnya, Binjai, Deliserdang, dan Langkat. Kondisi mereka sehat, tetapi tetap dipantau untuk memastikan mereka tidak sedang dalam masa inkubasi dan tidak menjadi pembawa penularan,” ungkap Kepala Dinas Kesehatan Sumatera Utara, Alwi Mujahit Hasibuan, Senin (16/3).

Pemantauan ke-80 orang dilakukan dari rumah ke rumah maupun ke tempat komunitasnya, yakni sebuah masjid di Marelan. “Kita lakukan pemantauan terus menerus. Dicek kondisi kesehatannya secara fisik, suhu tubuhnya, apakah ada tanda-tanda demam, batuk, pilek, dan sesak nafas? Hasilnya, sampai saat ini aman dan tidak ada,” jabar Alwi.

Rata-rata jemaah tabligh akbar masuk Indonesia pada 3 Maret. “Jadi besok, tepat hari ke-14, pemantauan selesai. Mudah-mudahan tidak ada apa-apa,” katanya.

Dijelaskannya, saat ini kondisi para jemaah tabligh akbar itu masih sehat. Namun jika besok atau setelah 14 hari mereka kedapatan menunjukkan adanya gejala sakit, maka mereka akan dirawat di rumah sakit. “Kalau kedapatan sakit ya masuk jadi pasien dalam pengawasan (PDP) lah,” katanya.

Sebelumnya diberitakan, dari 10 ribu peserta tabligh Akbar dari berbagai negara di Malaysia, belasan peserta dilaporkan positif corona pasca acara, yakni warga Malaysia dan Brunei.

Alwi menyarankan, bagi mereka yang mengikuti acara tabliqh akbar untuk sementara waktu membatasi aktivitasnya. Dan bagi peserta tabligh akbar yang belum ditemukan, Dinkes akan terus melakukan upaya pencarian. “Mereka ini ‘kan komunitas tapi agak tertutup. Tapi insya Allah dapat. Jadi, kita sedang carikan orang yang bisa membukakan ‘pintunya’,” kata Alwi.

Selain 80 jemaah tabligh akbar, Dinkes Sumut juga memantau 18 orang lainnya. “Mereka ODP karena ada kontak. Kendati begitu, dari hasil pemeriksaan yang dilakukan mereka sehat,” terangnya.

Jadi total ODP 98 orang. Hingga kemarin, kondisi mereka masih sehat semua.

Satu Lagi Pasien Diisolasi

Sementara itu, Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Haji Adam Malik kini sedang merawat pasien dalam pengawasan (PDP). Kassubag Humas Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Haji Adam Malik, Rosario Dorothy Simanjuntak mengatakan, jumlah pasien terkait Covid-19 yang dirawat di RSUP HAM saat ini berjumlah 3 orang.

“Statusnya pasien dalam pengawasan (PDP). Pasien PDP belum tentu positif Covid-19, masih menunggu hasil lab dulu,” katanya.

Ketiga orang PDP tersebut terdiri dari 2 orang laki-laki dan 1 perempuan. “Laki-laki usia 49 tahun dan 43 tahun. Perempuan usia 51 tahun. Satu pasien, laki-laki masuk 14 Maret dan 2 pasien, laki-laki dan perempuan masuk pada 15 Maret malam,” katanya.

Saat ini, ketiganya masuk ruang isolasi.

Kadis Kesehatan Sumut, dr Alwi Mujahit Hasibuan, menyatakan sampel dua PDP yang diisolasi telah dikirim ke Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbangkes) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI di Jakarta. “Sejauh ini kita tinggal menunggu bagaimana hasilnya saja,” ucap dia.

Menurutnya, dalam penanganan kasus COVID-19 ini, seringkali masyarakat mendapat tekanan dari informasi media sosial (medsos) yang belum tentu benar. Sebagai contoh, pasien asal Binjai yang sempat dirujuk ke RSUP HAM dan kini sudah dipulangkan.

“Pasien itu memang dirujuk ke sana, tetapi saya kurang tahu kenapa dirujuk? Terkadang karena heboh di medsos, sehingga dirujuk. Bukan karena indikasi kuat,” cetusnya.

Alwi mengaku, ketika pihaknya tegas mengambil langkah dalam persoalan wabah virus ini, malah dibilang takabur. Padahal faktanya Sumut bukan daerah yang terjangkit. “Sumut sampai sekarang belum ada yang positif (COVID-19),” tegasnya.

Ia menyatakan, sebetulnya virus corona ini tingkat kematiannya jauh lebih ringan dibanding SARS atau MERS. Namun terkesan lebih sulit karena di bawah tekanan informasi medsos.

“Dinas Pendidikan sempat bertanya kepada saya, apa perlu sekolah diliburkan? Saya jawab, untuk apa diliburkan dan tujuannya apa? Apalagi saat ini siswa-siswi SMK sedang ujian (Ujian Nasional Berbasis Komputer/UNBK) dan sangat penting bagi mereka,” paparnya.

UNBK bagi pelajar sekolah, sambung Alwi, sudah dipersiapkan jauh-jauh hari. “Ini (UNBK) mau ditunda karena hal tersebut? Tentu ini suatu kebijakan yang kurang tepat. Terkecuali, di Sumut sudah ada yang positif terjangkit, maka kemungkinan bisa saja ditunda. Tapi faktanya sampai sekarang Sumut belum ada yang positif,” tegasnya.

Dia meminta masyarakat agar tenang dan tetap menjaga diri serta keluarga. Karena meski Sumut belum di-lockdown atas pandemi virus corona ini, namun situasi sangat dinamis. “Jadi tergantung perkembangan situasinya, sehingga kita betul-betul siap. Namun apapun kemungkinan terburuk yang terjadi nanti, kita sudah siap,” tandasnya. (ris/bbs)

Exit mobile version