Site icon SumutPos

Banjir Rendam 823 Hektare Lahan Pertanian, 140 Hektare Sawah Gagal Panen

NAIK PERAHU: Warga Werdangbedagai, Sumatera Utara naik perahu karet saat pemukiman mereka terendam banjir, kemarin.

SUMUTPOS.CO – Curah hujan yang terus mengguyur sejumlah kabupaten/kota di Sumatera Utara, berdampak banjir. Bukan hanya pemukiman penduduk, lahan pertanian seperti sawah masyarakat ikut terendam. Berdasarkan data dari Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Sumatera Utara, total sawah yang terendam banjir hingga Rabu (16/10), mencapai 823 hektare dengan 140 hektare diantaranya mengalami puso atau gagal panen.

ADAPUN data banjir yang merendam lahan pertanian masyarakat di Sumut diantaranya Kabuppaten Batubara 39 hektare, Deliserdang 83 hektare, Serdangbedagai 5 hektare, Langkat 25 hektare. Kemudian, Tapanuli Selatan 405 hektare, Mandailingnatal 30 hektare, Tapanuli Tengah 54.5 hektare, Nias Barat 170 hektare dan Nias Utara 11.5 hektare. Dengan total kecamatan yang terendam banjir sebanyak 51 kecamatan.

“Dari 3.317.5 hektare lahan tanaman padi di Sumut, terdapat 823 hektare yang terendam banjir dan 140 hektare terancam gagal panen,” kata Kepala Unit Pelayanan Tehnis (UPT) Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Sumatera Utara Marino kepada wartawan, Rabu (16/11).

Menurutnya, lokasi yang terendam ini hampir setiap tahun terkena banjir dan mereka sudah melakukan langkah-langkah untuk mengatasinya. Sementara itu, rata-rata tanaman padi yang mengalami puso atau gagal panen berusia 1 hingga 20 hari. Namun hingga kini UPT Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Sumatera Utara belum dapat memprediksi berapa kerugian yang dialami oleh para petani akibat dampak perubahan iklim.

Selain tanaman padi, Komoditas lain seperti jagung juga mengalami kerusakan tanaman akibat dampak perubahan iklim banjir. Sebanyak 8.5 Hektare tanaman jagung yang berada di beberapa kecamatan Nias Utara juga turut terendam banjir diantaranya kecamatan Famowua, Onanamolo, dan Danau Megoto.

Sementara itu, UPT Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Sumut telah melakukan berbagai upaya untuk membantu para petani yang tekena dampak banjir seperti mengajak para petani mendirikan posko-posko untuk pendataan banjir.

Kemudian, mengajak para petani membersihkan parit-parit agar air cepat mengalir, melakukan pompanisasi untuk mengurangi air dalam sawah, dan menginstruksikan kepada petani agar meminta bantuan benih bagi yang puso melalui Dinas Pertanian Kabupaten, Provinsi maupun Pusat. “Waspada terus sebab berdasarkan perkiraan dari BMKG bahwa bulan Oktober sampai dengan Desember 2022 curah hujan masih tinggi dan Kepada para petugas lapangan terutama POPT agar melakukan monitoring atau pemantauan terus di wilayah kerjanya dalam hal pemantauan banjir,” pungkasnya.

Meluas, 6 Kecamatan di Sergai Tergenang

Banjir yang terjadi di Kabupaten Serdang Bedagai (Sergai) semakin meluas. Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), banjir kini sudah menggenangi di 6 kecamatan dan menyebabkan 3.369 KK serta berdampak pada 13.294 jiwa.

“Sejauh ini banjir sudah meluas di 6 kecamatan seperti, Sei Bamban, Dolok Masihul, Tanjung Beringin, Sei Rampah, Sipispis, dan Kecamatan Tebing Tinggi. Saat ini banjir melanda 3.369 Kepala Keluarga dan berdampak pada 13.294 jiwa,” kata Plt Kepala BPBD, Kabupaten Serdang Bedagai, Frits Ueki Prapanca Damanik, Rabu (16/11).

Frits mengatakan, pihaknya pun terus melakukan pemantauan serta evakuasi terhadap korban banjir. Saat ini pihaknya terkendala persoalan kurangnya perahu karet untuk melakukan evakuasi korban banjir, karena luasan wilayah dampak banjir. Untuk itu, BPBD Serdang Bedagai melakukan koordinasi dengan sejumlah Kepala daerah termasuk Provinsi Sumatera Utara.

“Untuk tenda pengungsian terus kita dirikan di lokasi banjir. Memang sejauh ini kita mengalami kendala terbatasnya perahu karet untuk proses evakuasi warga. Tapi kita sudah berkoordinasi dengan pemerintah daerah lain dan pemerintah atasan,” katanya.

Damanik menjelaskan, disejumlah lokasi air telah berangsur-angsur surut. Meski begitu, ketinggian air khususnya di Kecamatan Sei Rampah masih terus mengalami peningkatan.

Hal itu disebabkan meluapnya sungai Bedagai karena banjir juga terjadi di hulu sungai. Terlebih saat ini kondisi hujan dengan intensitas tinggi masih terjadi disejumlah daerah. Untuk itu BPBD meminta agar masyarakat tetap dalam kondisi waspada, khususnya bagi mereka yang tinggal di bantaran sungai. “Memang kondisi hujan masih kemungkinan terjadi untuk itu kita menghimbau masyarakat agar tetap waspada jika ada banjir susulan yang terjadi,” tandasnya.

Bukan cuma Kabupaten Serdangbedagai, akibat curah hujan yang cukup tinggi juga mengakibatkan terjadinya banjir yang mengenangi dua perkampungan di Tapanuli Selatan (Tapsel), Rabu (16/11).

Kepala Desa Simataniari, Habibullah Harahap menyampaikan, banjir yang merendam permukiman warga tersebut di Kampung Muara Pardomuan (Sibara-bara) dan Kampung Setia Baru, Desa Simataniari, dan ketinggian air malah semakin bertanbah.

Menurut Habibullah, kedua Kampung yang merupakan anak Desa Simataniari, didiami sekitar 150 kepala keluarga, dan sudah langganan banjir setiap tahunnya. “Warga terpaksa memodifikasi tempat tidur dan tempat memasak yang posisinya tinggi, mengantisipasi bila banjir masih bisa bertahan bahkan bertambah. Kita berharap Pemerintah harus respon melihat kondisi warga di Desanya yang tertimpa musibah banjir ini,” ujarnya. (bbs/adz)

Exit mobile version