Site icon SumutPos

Eramas dan Djoss Sama-sama Pede

SUTAN SIREGAR/SUMUT POS
PASLON_Kedua pasangan calon gubernur dan wakil gubernur Sumut yakni Edy Rahmayadi- Musa Rajeckshah (kanan) dan Djarot Saiful Hidayat- Sihar Sitorus (kiri) bergandengan tangan usai pencabutan nomor urut Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Sumut 2018 di Hotel Grand Mercure Medan, Februari lalu.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Dua pasangan calon gubernur dan wakil gubernur Sumatera Utara, Edy Rahmayadi-Musa Rajekshah (Eramas) dan Djarot Saiful Hidayat-Sihar Sitorus (Djoss) sama-sama telah turun ke daerah-daerah di Sumut sejak 15 Februari lalu. Tim kampanye kedua pasangan calon sama-sama percya diri menyebut jagoannya disambut antusias oleh masyarakat sebagai calon pemimpin baru di Sumut.

Sesuai jadwal yang telah ditetapkan KPU, masa kampanye Pilkada serentak 2018 digelar sejak 15 Februari hingga 23 Juni 2018. Sedangkan untuk kampanye akbar atau pengerahan massa digelar sebanyak dua kali, dan KPU juga sudah menetapkan waktu pelaksanaannya. Yakni pada 22 April untuk pasangan Eramas, 29 April bagi pasangan Djoss di Kabupaten Asahan.

Sementara di putaran terakhir, tepat 23 Juni, kedua paslon secara bersamaan diperkenankan menghelat kampanye akbar pada zona Medan A dan zona Medan B. Di samping itu pada Mei mendatang KPU bakal menggelar debat kandidat untuk mendengarkan visi misi kedua paslon, yang turut disiarkan di berbagai stasiun televisi.

Selama dua bulan masa kampanye, tim pemenangan Eramas dan Djoss sama-sama yakin sosok yang mereka usung sangat disenangi masyarakat dan mampu membawa perubahan Sumut ke arah lebih baik.  “Sosok Pak Edy dan Ijeck (sapaan akrab Musa Rajekshah) membawa harapan baru bagi masyarakat Sumut. Keduanya punya kualitas dan kemampuan membawa perubahan Sumut yang sudah jauh tertinggal dari provinsi lain,” kata Wakil Ketua Tim Pemenangan Eramas, Irham Buana Nasution kepada Sumut Pos, Selasa (17/4).

Dia menjelaskan, hasil Pilgubsu 2018 sangat menentukan arah masa depan Provinsi Sumut. Sebab pihaknya mengklaim, saat ini merupakan masa transisi terbaik bagi Sumut untuk dapat mengimbangi pembangunan dari provinsi lain. “Kita sudah melihat bahwa dari sisi faktual, Sumut memiliki sedemikian banyak sumber daya baik alam, manusia dan sosial yang sesungguhnya cukup luas buat dikembangkan dan dipakai untuk sebesar-besar masyarakat Sumut,” katanya.

Namun fakta yang ada selama ini, kata dia, belum tampak kepemimpinan yang kuat, efektif dan tepat melakukan pengelolaan kekayaan sumber daya tadi. Oleh karenanya hal itu bukan malah menjadi kekuatan melainkan titik lemah bagi Sumut. “Jangan heran kalau Sumut sekarang bukan lagi menjadi salah satu provinsi terpenting dan strategis di Indonesia. Justru kita tertinggal dari berbagai aspek itu,” katanya.

Hal itu pula menjadi motivasi lahirnya kepemimpinan baru untuk masyarakat Sumut, lanjut Irham, dalam pesta demokrasi 2018 ini. “Dan pilihan yang tepat itu adalah Edy Rahmayadi,” tuturnya.

Pada konteks sosialisasi yang dilakukan Eramas sejauh ini, kata dia, masyarakat Sumut belum sampai di tingkat apatis memilih pemimpin, melainkan masih pesimistis. Dimana masyarakat sesungguhnya ingin turut serta dalam pembangunan, kepentingan sosial lain namun tidak mendapat ruang yang cukup baik.

“Dan itu sangat dipengaruhi oleh tata kelola pemerintahannya. Sehingga ke depan antara pemprov dan pemda di Sumut harus ada relasi kuat yang terbangun. Semata-mata untuk mensejahterahkan masyarakat Sumut. Inilah yang kami dengar langsung dari masyarakat saat Pak Edy dan Ijeck menyapa mereka di berbagai daerah di Sumut saat kampanye,” pungkasnya.

Ketua Tim Kampanye Djoss, Djumiran Abdi juga mengaku demikian. Dikatakannya, kalau masyarakat Sumut tidak senang akan kehadiran Djarot-Sihar saat kampanye, tidak mungkin kehadiran warga begitu ramai saat keduanya menghampiri masyarakat.

“Sambutannya tentu sangat bagus dan positif. Kami merasa sambutan masyarakat itu luar biasa. Bahkan di satu titik yang kami rencanakan mampir, justru molor lebih dari satu jam. Itu artinya masyarakat sangat antusias dengan pasangan Djoss,” katanya.

Pihaknya juga mengklaim, di banyak daerah saat blusukan masyarakat mendambakan sosok Djarot dan Sihar yang dinilai mampu membawa perubahan baru bagi Sumut lima tahun ke depan. “Dan itu tidak direkayasa dan dibuat-buat. Bayangkan saja saat kami hadir di satu daerah, masyarakat sudah menunggu ramai di pinggir jalan. Mereka senang menyambut kedatangan calon pemimpin baru mereka,” katanya. (prn)

Exit mobile version