Site icon SumutPos

Luncuran Awan Panas Sinabung Capai 3 Km

FOTO: DESI ELVETINA/SUMUT POS- Erupsi Gunung Sinabung terlihat dari dari Desa Lingga, Kabupaten Karo,Rabu, (16/6).
FOTO: DESI ELVETINA/SUMUT POS-
Erupsi Gunung Sinabung terlihat dari dari Desa Lingga, Kabupaten Karo,Rabu, (16/6).

KARO, SUMUTPOS.CO – Gunung Sinabung terus mengeluarkan awan panas guguran. Rabu (17/6) kemarin, jarak luncur guguran awan panas bisa mencapai antara 1.000 hingga 3.000 meter ke arah lereng bagian timur (yang merupakan wilayah Kota Medan, kemudian 2.000 meter ke arah lereng bagian selatan. Sedangkan tinggi kolom bisa antara 500 hingga 1.500 meter dari puncak gunung.

Petugas Pos Pemantau Gunung Sinabung, Gery mengatakan, erupsi dan luncuran awan panas masih terus mengalami fluktuasi. Tercatat, sejak pagi hingga Rabu siang, Sinabung sudah 29 kali guguran larva, serta 9 kali gempa tremor low frekuensi dengan amplitudo 0,5 hingga 5 mili.

“Berdasarkan pengecekan beberapa waktu lalu, debu yang terdapat pada Gunung Sinabung termaksud kategori cukup tinggi, terakhir diukur mencapai 3,3 juta meter kubik. Dan setiap hari mengalami pertumbuhan. Bisa sampai 4,1 juta meter kubik per hari. Sedangkan suhu debu vulkanik Sinabung bisa sampai 300 derajat celcius,” katanya.

Berdasarkan catatan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho mengatakan status Gunung Sinabung saat ini dinaikkan menjadi status AWAS, disertai dengan bertambahnya area yang harus dikosongkan yaitu 7 km di sisi tenggara dan selatan dari puncak kawah Sinabung menyebabkan jumlah pengungsi terus bertambah.

“Jumlah pengungsi sebanyak 7.549 jiwa (1.986 KK) warga Desa Jaraya, Kutatengah, Sigarang garang, Mardingding, Kutagugung dan Kutarayat. Kondisi ini menyebabkan jumlah pengungsi saat ini menjadi 10.714 jiwa (2.882 KK). Pengungsi tersebar di 10 pos penampungan,” katanya.

Terpisah, pengamat kesehatan Sumut DR Dr Umar Zein DTMH&H SpPd KPTI mengatakan debu vulkanik dari letusan Gunung Sinabung bisa membahayakan bagi tubuh manusia. Debu tersebut dapat menimbulkan berbagai penyakit seperti penyakit saluran pernapasan, kulit, dan mata.

“Selain menyebabkan polusi udara, debu vulkanik baik yang halus dan kasar dapat menyebabkan iritasi mata, infeksi saluran pernapasan dan sangat berbahaya bagi penderita asma. Bahkan, bisa memicu datangnya asma dan kanker kulit,” katanya.

Menurutnya,debu vulkanik atau pasir vulkanik atau jatuhan piroklastik berupa bahan material vulkanik jatuhan yang disemburkan ke udara saat terjadi erupsi, sangat bervariatif. “Ada yang mengandung batu-batuan serta pasir halus dan kasar. Semuanya sangat berbahaya bagi kesehatan,” ujarnya.

Secara umum, lanjutnya, efek abu vulkanik pada paru akan menyebabkan iritasi karena bersifat asam. Iritasi yang terjadi dari saluran pernapasan atas hingga bawah, seperti batuk-batuk atau bersin. Jika di biarkan lebih lama tanpa antisipasi akan menimbulkan penyakit paru-paru dan dapat mengakibatkan kanker kulit, khususnya bagi anak-anak yang lebih sensitif.

“Pada anak-anak akan lebih parah dampaknya, karena daya tahan tubuhnya lebih rendah dibandingkan orang dewasa,” ungkapnya.

Untuk itu, Umar mengimbau masyarakat agar menggunakan masker dan kacamata, seperti kacamata renang yang bisa menutupi seluruh mata. “Sebaiknya juga menggunakan baju yang menutupi seluruh tubuh,” ujarnya sembari berharap pemerintah membantu mengontrol makanan para pengungsi. (put/rbb)

Exit mobile version