Site icon SumutPos

Sahril : Saya Sudah Siapkan Cost Politik

ANDIKA/SUMUT POS
DIALOG: Sahril Tumanggor berdialog dengan Komunitas Pendeta Interdenominasi Indonesia Sumut Bersama Tokoh Muda di Restoran Kenanga, Senin (17/7).

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Bakal calon (Balon) Gubernur Sumut (Gubsu) Sahril Tumanggor terus menggalang kekuatan dalam rangka menghadapi perhelatan Pilgubsu 2018 mendatang. Kali ini Sahril bertemu dan berdialog dengan Komunitas Pendeta Interdenominasi Indonesia Sumut Bersama Tokoh Muda di Restoran Kenanga, Senin (17/7).

Pada pertemuan itu, Sahril mengutarakan niatnya untuk maju di Pilgubsu 2018. Dia juga meminta dukungan serta doa agar niatannya itu bisa terealisasi. Di hadapan para puluhan pendeta, Sahril mengaku memiliki konsep pemerataan pembangunan. Dimana kawasan pedalaman dan daerah perbatasan akan dijadikan prioritas utama.

“Selama ini daerah pinggiran, pedalaman, perbatasan terkesan diabaikan, luput dari perhatian pemerintah. Kondisi ini yang sebenarnya membuat gejolak, sehingga muncul desakan untuk pemekaran,” ujar Sahril.

Menurutnya, wajar ketika desakan itu muncul. “Contohnya Nias, terlalu sedikit pembangunan di sana. Potensi wisata Nias itu luar biasa, kalau dikembangkan maka akan meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan lokal maupun manca negara,” terangnya.

Belum lagi daerah perbatasan, kata dia, yang kondisi infrastrukturnya sangat menghawatirkan. Buruknya infrastruktur juga membuat masyarakat kesulitan menjual hasil pertaniannya. “Ini mempengaruhi harga jual tentunya,” terangnya.

Oleh karena itu, Sahril juga meminta maaf kepada masyarakat Kota Medan. Apabila, dirinya terpilih menjadi gubernur Sumut, karena pembangunan dimulai dari daerah pinggiran, pedalaman serta pembatasan.

“Saat ini investor hanya melirik Medan dan Belawan untuk berinvestasi. Kenapa terjadi seperti ini, karena tidak adanya pemerataan pembangunan. Saya ini tahu wilayah mana saja yang infrastruktur buruk, saya ini anak gunung, anak pedalaman,” bilangnya.

Dia juga menyinggung promosi wisata oleh Pemprovsu, menurutnya sangat minim. Sehingga, dia tidak terkejut ketika jumlah kunjungan wisatawan ke destinasi wisata di Sumut seperti Danau Toba, Brastagi, Nias sangat sedikit.

“Kedepan akan kita buat spanduk besar-besar di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, Bali tentang wisata di Sumut,” cetusnya.

Tentunya untuk menjalankan hal itu, lanjut dia, butuh biaya yang tidak sedikit. Maka dari itu, Sahril akan berupaya menggenjot penerimaan pendapatan asli daerah (PAD).

Berdasarkan hitungan-hitungan di atas kertas, Sahril memprediksi jumlah PAD Sumut minimal Rp11-12 triliun per tahun. “Coba hitung berapa banyak kendaraan di Sumut, berapa banyak pabrik mulai dari Langkat sampai Labuhan Batu. Ada lagi Inalum, potensi wisata juga banyak. Ini masih hitungan di atas kertas, bulan depan saya akan berikan pemaparan dan data mengenai prediksinya mengenai jumlah PAD. Kalau saat ini saya tidak tahu berapa jumlah PAD Pemprovsu,” tuturnya.

“Bapak – Ibu sekalian tidak usah khawatir, saya sudah siapkan cost (biaya) politik. Saya ingin jadi gubernur bukan untuk mencari uang, karena Insya Allah tabungan sampai saya tua, pakai tongkat, begitu juga untuk anak istri sudah ada,” tukasnya.

Ketua Komunitas Pendeta Interdenominasi Indonesia Sumut, Pdt Anthonius Putra Surbakti, tertarik dengan konsep pembangunan dari daerah perbatasan yang ditawarkan oleh Sahril Tumanggor.

Pdt Anthonius menilai saat ini Sumut perlu pemimpin yang muda dan bebas dari praktik korupsi. “Seperti yang disampaikan oleh Pak Sahril tadi, beliau ingin jadi Gubernur bukan karena uang. Sosok muda, dari kalangan pengusaha perlu kita dorong dan dukung untuk bisa merebut kursi Sumut 1,” akunya.

Perbedaan agama dan keyakinan, diakui Pdt Anthonius bukanlah hal yang perlu diperdebatkan lebih jauh. “Inilah sistem demokrasi kita, tidak pandang suku, agama maupun ras. Walaupun saya Kristen, saya bersedia mendukung calon yang beragama muslim,” akunya. (dik/yaa)

 

 

Exit mobile version