Site icon SumutPos

Bocah Hilang Digulung Ombak Ditemukan Tewas

pm/smg EVAKUASI: Warga dan petugas saat mengevakuasi salah seorang korban tewas dari Pantai Cermin, Minggu (17/5). Dari peristiwa ini delapan orang dinyatakan tewas.
pm/smg
Warga dan petugas saat mengevakuasi salah seorang korban tewas dari Pantai Cermin, Minggu (17/5). Dari peristiwa ini sembilan orang tewas.

PERBAUNGAN, SUMUTPOS.CO – Jasad Anggun Nurhasanah (11) akhirnya ditemukan Senin (18/5) sekira pukul 08.15, dengan kondisi telungkup di pasir. Bocah ini sempat hilang tergulung ombak, saat mandi-mandi bersama keluarganya di Pantai Indosat (dekat Pantai Cermin, red)), Minggu (17/5). Usai dibawa ke RS Sawit Indah, jasadnya langsung dibawa ke rumah duka di Lingkungan X Kel. Tualang, Kec. Perbaungan.

Di rumah duka, kedua kakaknya, Pujia Astria (22) dan Dila (14) juga terbujur kaku. Ketiganya tewas setelah digulung ombak saat mandi-mandi di Pantai Indosat di Dusun IV Desa Pantai Cermin Kiri, Sergai, Minggu (17/5).

Orangtua ketiga bocah, pasangan Asmin (54) dan Sri (54), terlihat terkulai lemah saat menyholatkan jenazah ketiga putrinya itu. Begitu juga dengan ketiga saudara kandung korban, Ayu Hidayah (26), Angger (16) dan Indah (15). Mereka tak kuasa melihat jasad kakak beradik itu terbujur kaku.

Sudarto (50), kepling setempat yang juga kerebat dekat korban, mengaku 9 korban tewas di Pantai Indosat itu merupakan saudara dekat. Pada hari nahas itu, 16 orang yang bertalian darah, memutuskan wisata ke lokasi kejadian meski baru pertama ke sana.

“Anak saya juga diajak mereka, namun saya tidak mengizinkan. Mereka semua tergolong saudara dan sering berkunjung ke rumah Asmin lalu berwisata bahari di pantai yang ada di Sergai ini,” paparnya.

“Tak bisa bicara apa-apa lagi kedua orangtuanya, hanya bisa menangis dan meratap. Ketiga anaknya itu semua baik-baik. Si Anggun juga anak pintar dan rajin ngaji, masih kelas IV SD dia,” tambahnya.

Amatan di lokasi, Asmin tak kuasa melihat pemakaman ketiga putrinya. Dia menunggu di rumah meski jarak pemakaman hanya sekitar 500 meter dari kediamannya. Hanya istrinya, Sri, yang mengikuti pengebumian anak mereka. Itupun harus dipapah. Ketiganya dimakamkan berdampingan.

Sementara, isak tangis juga pecah di kediaman Salbiah (75) di Desa Cinta Rakyat Gg. APDN, Percut Seituan, Senin (18/5) sekira pukul 10.00 WIB. Di sana, ada 6 jasad yang disemayamkan sebelum dikebumikan. Yakni anak dan menantu Salbiah, M Suriadi (46) dan Dewi Aisyah br Sembiring (38) yang menetap di Jl. Sidodame Medan Timur.

Ada juga jasad Jihan Chairunnisa (10), Sri Nani Utami (37), Nazwa (12) dan Laila Rianti. “Ada 6 jenazah dikuburkan di sini, 3 lagi di Perbaungan,” kata keluarga korban yang datang melayat dari Kabanjahe, ketika menyambut wartawan di rumah duka.

Suasana haru tampak terlihat di rumah duka saat melihat 6 jenazah dikumpulkan untuk dimandikan dan segera dikebumikan. Begitu juga dengan 3 jenazah keluarga lainnya yang dikebumikan di Perbaungan, Sergai.

“Yang meninggal ini semua keluarga dekat Nenek. Enam orang cucu saya, 2 anak saya dan 1 menantu saya,” katanya sembari menangis. Saksi mata yang selamat dan ikut di lokasi wisata maut tersebut, Zainal, mengaku sempat tak mau ikut karena capek dan jarak tempuh jauh. Namun karena didesak Suriadi, dirinya dengan berat hati ikut.
Setibanya di sana, Zainal tak langsung mandi. Dia masih di tepi pantai bersama beberapa keluarga lainnya. Nahas, keluarga dan saudaranya yang berada di pantai langsung disapu gelombang. Disitu, Zainal sempat menyelamatkan, salah seorang keluarganya, M. Bukori dengan pelepah pisang. Sementara 2 korban selamat lainnya diselamatkan para nelayan yang berada di lokasi.

“Waktu gelombang air datang dari arah samping, saya belum sempat mandi. Kulihat saudaraku tengah berkumpul dan langsung disapu air. Saya coba menyelamatkan semua, tapi sudah terlambat. Salah satulah yang bisa kuselamatkan, si Bukori. Itupun pakai pelepah pisang yang kulemparkan kepadanya. Dua lagi ibu-ibu diselamatkan orang-orang disana yang lagi mancing. Mereka pakai perahu,” terang Zainal yang terlihat masih syok.

Di rumah duka, juga terlihat seorang bapak berlobe putih yang terlihat amat berkabung karena kehilangan anaknya. Dia adalah Muharianto (48), anak tertua laki-laki Salbiah. Dia merasa terpukul atas tewasnya adiknya, Suriadi, keponakannya serta anak kakaknya hingga beberapa orang keluarga lainnya.

“Yang selamat anak saya Akmal, dan anak adik saya, si Bukori. Saya kebetulan abang dari laki-laki yang paling tua, makanya kami kumpul di sini, di rumah orangtua saya, Ibu Salbiah. Sebelum ke pantai, mereka singgah ke Perbaungan, ketempat kakak tertua, Sri Winarti. Tapi anak kakak saya, meninggal,” jelas Anto, sembari menunjukan adiknya, Ono yang menangis kelihangan anaknya yang masih kecil.

Terpisah, security PT. Indosat, M. Idris, mengaku pantai tersebut hanya untuk kalangan sendiri. “Pantai itu tidak dibuka untuk umum. Kita saja tidak tahu mereka berkunjung di ke pantai itu karena jaraknya cukup jauh ke dalam,” paparnya.

Dibeber Idris, pengunjung tersebut masuk melalui jalan alternatif yakni melalui pagar kecil dan berjalan kaki ke dalam pantai tersebut. “Mereka masuk dari pintu belakang, kami tidak tahu. Padahal jalannya lumayan jauh dan mereka berjalan kaki ke dalam pantai itu,” tambahnya lagi.

Kasubag Humas Polres Sergai, AKP Jasmoro mengaku semua korban sudah ditemukan. “Korban tewas ada 9 dan semua sudah ditemukan. Saat ini pihak Polres juga sudah memasang garis polisi,” ucap Jasmoro.

MIMPI ORANG TEGAP HITAM
Sehari sebelum liburan maut di pantai itu, Anggun, korban tewas yang terakhir ditemukan, sempat cerita mimpinya. Ini dibeber Isu, kerabat korban yang datang melayat.

“Anggun sempat cerita sama orangtua dan saudaranya, kalau dia mimpi dibawa orang yang hitam tinggi dan besar. Gini katanya, ‘Aku semalam jumpa sama orang yang badannya besar terus aku dibawanya ke tempat yang terang. Di situ aku sendiri, gak ada yang lain’ gitu katanya,” ucap Isu mengenang ucapan Anggun kala itu.

Anggun juga sempat menawarkan kepada teman-temannya untuk ikut ke pantai bersama keluarganya. “Besok aku ke Pantai Indosat, kelen mau ikut? Kalau mau ikut, gak usah bawa nasi dan duit, Mamak aku besok masak nasi sama ayam, kita ke sana naik mobil pikap, gitu katanya sama kawan-kawannya,” ulang Isu lagi. (cr7/mag3/gib/trg)

Exit mobile version