Site icon SumutPos

Semua CJH Sumut Sudah Berangkat ke Tanah Suci

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Sebanyak 3.777 orang calon jamaah haji (CJH) asal Sumut, yang terdiri dari 10 kloter, sudah diberangkatkan ke Tanah Suci. Kloter 10 berjumlah 320 orang jamaah asal Kabupaten Padanglawas Utara, Tapanuli Selatan, dan Kota Medan, menjadi kloter terakhir yang diberangkatkan dari Bandara Internasional Kualanamu, Selasa (21/6) dini hari tadi.

Koordinator Protokol dan Humas Pembantu Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (P3IH) Embarkasi Medan, M Yunus mengatakan, sebelumnya pada Senin (20/6) dini hari, Kloter 9 berjumlah 393 jamaah dari Kabupaten Deliserdang, Pakpak Bharat, Gunung Sitolin

Nias Barat, dan Kota Medan, dilepas secara resmi oleh Wakil Bupati Pakpak Bharat Mutsyuhito Solin, ke Tanah Suci. “Tidak ada jamaah dari Kloter 9 yang tertunda keberangkatannya, semua berangkat,” ujarnya kepada Sumut Pos, Senin (20/6) siang.

Sementara Kloter 10 yang menjadi kloter terakhir, kata Yunus, dilepas dari Bandara Kualanamu Internasional pada Selasa (21/6) dini hari tadi. Namun, kata Yunus, Kloter 10 ini akan bergabung dengan jamaah asal Aceh. “Jadi Kloter 10 akan ke Aceh lebih dulu, baru bertolak dari Aceh ke Jeddah,” sebutnya.

Lantas, bagaimana dengan jamaah yang sempat tertunda keberangkatannya karena sakit? Yunus menjelaskan, seorang jamaah Kloter 5 asal Labuhanbatu atas nama Nurlela Sari Rambe (56), sudah dinyatakan sehat dan sudah diizinkan berangkat ke Tanah Suci. “Nurlela terlah diizinkan kembali ke asrama haji, dan diberangkatkan bersama Kloter 10,” jelas Yunus.

Sementara Syahnal Busumad Sihombing (62), jamaah asal Labuhanbatu Utara (Labura) yang tergabung dalam Kloter 7, hingga kini masih menjalani perawatan di RSUD H Amri Tambunan Lubukpakam. Diketahui, Syahnal terpaksa diturunkan dari pesawat karena tiba-tiba sakit. “Yang di Kloter 7 masih dirawat di rumah sakit. Kalau masih sakit, terpaksa keberangkatan harus tertunda hingga tahun depan,” pungkas Yunus.

PPIH Siapkan Tenda Ber-AC di Arafah

Di bagian lain, kemarin PPIH melakukan pengecekan kesiapan menyambut puncak ibadah haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna). Meski belum 100 persen, menurut Kadaker Makkah Mukhammad Khanif, sudah banyak persiapan yang dilakukan. “Kita lihat sudah banyak AC yang baru dipasang. Belum semua, tapi memang saat ini sedang disiapkan,” katanya.

Dia menjelaskan, kondisi tenda-tenda di Arafah sangat bagus. Khanif pun berharap pelayanan kepada jemaah haji saat pelaksanaan wukuf akan lebih baik. Disinggung hal itu terkait dengan kenaikan biaya masyair yang ditetapkan pihak Saudi, Khanif tidak menampiknya.

“Salah satu kenaikan itu terkait dengan fasilitas juga,” ujarnya. Namun, dia belum bisa menjelaskan secara detail fasilitas yang dijanjikan untuk para jemaah haji.

Sebagaimana diketahui, biaya masyair untuk ibadah haji 2022 mengalami kenaikan drastis. Kenaikannya SAR 5.656,87 atau setara Rp 21,76 juta per jemaah. Pemerintah setidaknya menyiapkan tambahan Rp 1,5 triliun.

Imbauan Kemenag

Kepala Biro Humas, Data, dan Informasi (HDI) Kemenag Akhmad Fauzin menuturkan, CJH gelombang kedua diharapkan mengenakan pakaian ihram sejak di asrama haji. Mereka bisa miqat atau berniat menjalankan umrah sejak di embarkasi, di atas pesawat saat melewati Yalamlam, atau ketika sudah tiba di bandara Jeddah.

Ketika berada di pesawat, awak kabin akan memberikan informasi kapan waktu untuk mulai berniat ihram. Atau bisa juga mulai ihram sekaligus salat sunah di plaza Bandara King Abdul Aziz di Jeddah.

Fauzin juga menyampaikan perkembangan terkini kesehatan jemaah. Dia mengatakan, total ada 76 orang yang menjalani rawat jalan, 83 orang dirawat di Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI). Lalu, ada dua orang yang dirawat di RS Arab Saudi di Madinah. “Jemaah wafat bertambah satu orang. Sehingga total tiga orang,” tuturnya.

Fauzin mengingatkan CJH untuk tetap disiplin memakai masker. “Khususnya di tempat-tempat yang banyak kerumunan,” katanya. Termasuk di Masjidilharam maupun Masjid Nabawi. Petugas haji diminta untuk terus mengingatkan jemaah supaya menggunakan masker.

Sementara itu, proses penerbitan visa mujamalah atau visa haji undangan sudah resmi dibuka. Kabar tersebut disambut baik oleh sejumlah pengelola travel haji khusus atau penyelenggara ibadah haji khusus (PIHK). Mereka sebelumnya sempat khawatir karena hingga beberapa waktu lalu pengurusan visa mujamalah belum dibuka.

Salah satu yang sempat khawatir soal penerbitan visa mujamalah adalah Ketua Umum Kebersamaan Pengusaha Travel Haji dan Umrah (Bersathu) Wawan Suhada. Jumat (17/6) lalu Wawan masih menunggu kabar soal penerbitan visa mujamalah. Sampai akhirnya pada Sabtu (18/6) otoritas Saudi membuka pengurusan visa mujamalah secara online.

Seperti diketahui, visa haji mujamalah atau undangan memiliki banyak kelebihan. Antara lain, jemaah tidak perlu antre bertahun-tahun. Bayar tahun ini, berangkat tahun ini juga. Tetapi, harga paket haji mujamalah cukup mahal. Di sejumlah informasi yang tersebar secara online, tarifnya mulai USD 17.500 atau sekitar Rp 259 juta. Bahkan, ada yang mematok hingga USD 37.000 atau sekitar Rp 549 juta per jemaah.

Kemenag menegaskan, haji mujamalah merupakan kewenangan PIHK dengan mitra mereka di Saudi. Kemenag hanya menerima laporan pemberangkatan. “Kemenag berfokus pada penyelenggaraan haji reguler dan haji khusus,” kata Kasubdit Pemantauan Umrah dan Haji Khusus Kemenag Noer Alya Fitra. (man/jpc)

Exit mobile version