Site icon SumutPos

Korban Ledakan Kembang Api di Binjai Meninggal

Foto: Bambang/PM Mispriadi, anggota Satpol-PP Pemko Binjai yang menjadi korban ledakan kembang api di sebuah vihara di Binjai, akhirnya meninggal, Senin (22/2/2016).
Foto: Bambang/PM
Mispriadi, anggota Satpol-PP Pemko Binjai yang menjadi korban ledakan kembang api di sebuah vihara di Binjai, akhirnya meninggal, Senin (22/2/2016).

BINJAI, SUMUTPOS.CO -Meski sempat dirawat beberapa hari di RSU Djoelham Binjai, tapi nyawa Mispriadi (46) tetap tak terselamatkan. Anggota Satpol-PP Pemko Binjai itu menghembuskan nafas terakhir di rumahnya Jalan Mayjend Sutoyo, Lingkungan II, Kelurahan Sukamaju, Kecamatan Binjai Barat, Senin (22/2) sekira pukul 06.30 WIB. Mispriadi adalah satu dari 17 korban ledakan kembang api saat mengikuti perayaan Sembahyang Tebu di Vihara Toa Thi Kong Berahrang, Binjai pada Selasa (16/2) lalu.

Esdilio (15), putra sulung korban yang ditemui kru koran ini mengaku sangat terpukul dengan kepergian ayahnya.”Saya kira waktu itu bapak sedang tidur. Tapi waktu saya mau cium tangan sebelum berangkat ke sekolah, saya terkejut, karena tubuh bapak sudah kaku,” lirih pelajar kelas X SMA itu dengan mata berkaca-kaca. Menyadari
sang ayah telah tiada, Esdilio lantas memberitahukan para kerabat dan tetangganya, untuk kemudian diteruskan ke pihak Satpol PP Pemko Binjai. Namun diakui Esdilio, sebelum meninggal, ayahnya tidak pernah mengeluhkan sakit. Bahkan sehari pasca menjalani perawatan di rumah sakit, ayah dua anak itu sudah beraktifitas normal.

“Saya nggak tahu bapak sakitnya apa. Sebab selama ini dia kelihatan sehat. Dia juga nggak pernah mengeluh sakit. Bahkan kemarin itu, bapak baru masuk kantor,” ujarnya. Pantauan wartawan di rumah duka, kediaman korban terlihat dipadati puluhan warga, dan rekan-rekannya sesama anggota Satpol PP. Bahkan, saat jenazah ayah dua anak itu dibawa ke Tempat Pemakaman Umum (TPU) Muslim Kelurahan Sukamaju untuk dimakamkan.
Kepala Satuan Polisi Pamong Praja (Kasatpol PP) Pemko Binjai, Syahrial dalam keteranganya mengaku, Mispriadi adalah 1 dari 9 anggota Sapol PP yang jadi korban ledakan kembang api saat mengamankan perayaan Sembahyang Tebu di Vihara Toa Thi Long Berahrang. Namun dia belum dapat memastikan penyebab kematian Mispriadi, mengingat pihaknya belum mendapat hasil rekam medis dari pihak RSUD Djoelham Kota Binjai.

“Belum bisa kita pastikan apakah dia meninggal karena ledakan kembang api, atau bukan. Sebab kita belum dapat laporan hasil rekam medis dari pihak rumah sakit,” jelasnya. Hanya saja diakui Syahrial, beberapa hari sebelum Mispriadi meninggal dunia, rekan-rekannya sesama anggota Satpol PP kerap mendengar keluhan korban, yang mengaku sering mengalami nyeri di telinga, pasca dirawat di rumah sakit.

Selain itu menurut rekan-rekannya sesama anggota Satpol PP, tiga hari terakhir ini Mispriadi bolak-balik berobat RSUD Djoelham. “Yang saya sesalkan, selama ini dia tidak pernah mau cerita langsung tentang keluhannya itu. Kalau saya tahu dia itu sakit, maka dia akan segera kita rujuk ke rumah sakit,” terang Syahrial.

Sebab lanjutnya, satu rekan Mispriadi lainnya, yakni Muhammad Ayub yang juga mengalami cedera di telingga, saat ini pun masih menjalani perawatan medis di rumah sakit. “Meski penyebab kematian korban belum bisa dipastikan, namun sampai saat ini kita masih menunggu respon dari panitia perayaan Sembahyang Tebu, terkait satu anggota kita yang meninggal,” pungkas Syahrial.

Perayaan Sembahyang Tebu (King Thi Kong) atau hari ke-9 Tahun Baru Imlek di Vihara Brahrang, Jalan Gatot Subroto Binjai, berubah jadi petaka. Sedikitnya 17 warga termasuk Pejabat (Pj) Walikota Binjai Riadil Akhir, mederita luka bakar terkena serpihan kembang api yang gagal meledak di udara, Senin (16/2) dini hari. Pejabat publik ini terkena letusan pada bagian wajah, hingga hidungnya terluka. Demikian juga dengan telinga dan beberapa titik pada tubuhnya.

Sayang, meski sudah menelan korban jiwa tapi pihak kepolisian seolah enggan mengusut kasus ini. Kapolres Binjai AKBP Mulya Hakim Solichi yang dikonfirmasi berdalih tak mengusut karena takut kasus ini menjurus ke SARA. Sebab dari tahun ke tahun perayaan kembang api selalu dilakukan dalam perayaan tersebut. (bam/deo)

Exit mobile version