Site icon SumutPos

Drakula yang Pernah Tak Mampu Beli Sepatu Bola

Oleh: Syaifullah

Harian Belanda, De Telegraaf membuat judul ‘Cannibal of Ajax’ sehari setelah insiden Luis Suarez menggigit bahu pemain PSV Eindhoven, Otman Bakkal 20 November 2010 lalu. Reaksi soal gigi Suarez yang tajam bergulir lagi setelah dia memaksimalkan ketongosan giginya itu ke lengan Branislav Ivanovic.

Luiz Suarez mungkin kurang nyaman jika tak membuat keanehan setiap musim. Di awal kebersamaan bersama Liverpool musim lalu, Suarez langsung jadi trending topic setelah memaki Patrice Evra dengan makian rasis. Musim ini prestasinya membobol gawang lawan dilupakan sejenak pasca insiden pengiggitan ke lengan Ivanovic.

Saat Liverpool menjamu Chelsea dini hari WIB kemarin, Suarez bahkan layak jadi bintang redup terang. Pertama dia sengaja menghentikan bola dengan tangannya di kotak penalti sendiri. Eden Hazard maju jadi algojo dan membuat The Red ketinggalan. Setelah kejadian tak terpuji itu, Suarez memperparah keadaan dengan menggigit lengan Ivanovic setelah kalah adu body. Ivanovic pun menjerit dan tak menyangka bakal jadi keganasan gigi Suarez. Mungkin Ivanovic sudah pernah dengar Suarez gemar menggigit. Tapi dia tak menyangka bakal jadi santapan sang ‘drakula’.

Supaya tak meminjam bahasa De Telegraaf, saya memilih julukan drakula saja untuk Suarez. Walau tak sampai menghisap darah selayaknya drakula, tapi drakula hobi menggigit. Miriplah dengan hobi Suarez, hehehe.

Tapi uniknya, Suarez menjelma pahlawan di detik-detik terakhir laga. Tandukannya sukses masuk gawang Peter Cech setelah memaksimalkan crossing Daniel Sturridge.

Setelah laga itu, Suarez berulang kali mengontak Ivanovic lewat telepon. Tapi tampaknya Ivanovic tak sudi mengangkat teleponnya. Walhasil Suarez memilih meminta maaf lewat akun Twitter-nya. “Sedih dengan kejadian ini. Aku minta maaf kepada Ivanovic juga kepada manajer tim dan pemain. Aku menyesali perbuatanku,” tulis Suarez.

Suarez memang suka usil. Umur 14 tahun dia main di klub Uruguay, Nacional. Dan pada usia 15 tahun dia mendapat kartu merah setelah menanduk wasit. Karena jago dia tak butuh waktu lama main di kompetisi lokal. Umur 19 tahun dia dipinang Groningen, tim asal Belanda. Prilaku mencetak gol sama saja, tetap subur. Prilaku menyimpang pun tak berubah. Kartu kuning dan kartu merah kerap diterimanya.
Tak lama, bakatnya akhirnya diinginkan raksasa Belanda, Ajax Amsterdam. Di sana Suarez menjelma dewa. Dia bahkan masuk daftar legenda klub bersama Marco van Basten, Denis Bergkamp, Frank de Boer dan Henk ten Cate. Dalam 159 laga bersama Ajax, El Pistolero mencetak 111 gol. Tapi ya sifat usilnya tetap jalan. Di Ajax dia mulai gemar menggigit. Korbannya si Otman Bakkal.

Lalu kehebatannya membuat Liverpool ikhlas mengeruk rekening sebesar 22,8 juta euro. Tak butuh lama, Suarez langsung nyetel dan doyan bikin gol. Tapi lagi-lagi tingkah menyimpangnya membuat namanya berkibar. Pemain yang pernah mencetak gol ke gawang Timnas Indonesia itu dihukum tak boleh merumput cukup lama setelah terbukti menyebut Patrice Evra negro.

Well, sama dengan pemain berbakat asal Amerika Latin, Suarez seorang pekerja keras. Masa kecilnya cukup suram. Usia sembilan tahun, Suarez harus menerima kenyataan pahit setelah orang tuanya bercerai. Dalam kondisi kurang perhatian, dia dan empat saudaranya harus pindah ke kota kelahiran ibunya. Ayahnya yang asli Montevideo tetap tinggal di sana. Untuk mendapat dukungan main bola, Suarez kerap menelpon ayahnya. Setiap perkembangan latihannya di jalanan dilaporkan kepada ayahnya.

Suarez belajar main bola memang dari jalanan. Sama seperti yang dilakukan kebanyak bintang sepak bola kelas dunia semisal Zinedine Zidane atau bahkan Pele.

Masa suramnya saat belia berlanjut di usia 11 tahun. Saat itu pemerintah Uruguay punya program membina pemain muda berbakat.
Suarez terpantau bakatnya dan boleh masuk camp pelatihan. Syaratnya pemain yang dipanggil harus punya perlengkapan sendiri. Suarez dengan sedih harus merelakan tawaran itu karena dia tak mampu beli sepatu bola. Kisahnya itu terangkum dalam ulasan James Pearce dengan tulisan “Luis Suarez’s rise from the streets of Montevideo to Liverpool FC hero – part one”. Yang dimuat Liverpool Echo Agustus 2011.
Tapi itu cerita lama. Kini Suarez masuk daftar pemain bola paling kaya. Terakhir pesan saya kepada Suarez hanya satu: makanlah sebelum bertanding, jadi tak perlu ‘memakan’ pemain lawan. Hehehe. (*)

Exit mobile version