Site icon SumutPos

Atasi Demam Babi di Sumut, Kementan Gelontorkan Rp5 Miliar

EVAKUASI: Lurah Damar Sari, B Hutagaol saat mengevakuai bangkai babi untuk dikuburkan. sopian/sumut pos

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Demam Babi Afrika atau African Swine Fever (ASF) menyerang ribuan babi di Sumatera Utara (Sumut) hingga menyebabkan kematian. Dalam menanggulangi wabah tersebut, Kementerian Pertanian (Kementan) gelontorkan dana Rp5 miliar yang berasal dari APBN.

“Pemerintah telah menyiapkan anggaran APBN sebesar Rp5 miliar, dengan alokasi mendukung kegiatan operasional gabungan penanganan kasus di lapangan,” kata Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Kementan dilansir dalam keterangan resminya, Minggu (22/12).

Upaya dalam penanganan ASF adalah penerapan prinsip-prinsip biosekuriti seperti disposal, penguburan, standstill order, disinfeksi, pengawasan lalulintas ternak babi dan produknya, pelarangan swill feeding, sosialisasi dan pelatihan. “Untuk semua daerah yang terdampak, Kementan telah memberikan bantuan berupa desinfektan, mesin sprayer, alat pelindung diri dan kantung bangkai. Semua bantuan ini dan pendampingan kepada peternak diberikan melalui posko darurat, disemua tingkatan mulai dari pusat, provinsi, kabupaten/kota, bahkan tingkat kecamatan,” ungkap Ketut.

Posko darurat tersebut telah ditugaskan tenaga medik dan paramedik terlatih. Menurutnya, masyarakat dapat langsung melaporkan bila dijumpai babi dengan gejala ASF dan segera ditangani.

Selain itu, pemerintah juga telah melaporkan kejadian Penyakit ASF kepada Badan Kesehatan Hewan Dunia (OIE) pada tanggal 17 Desember 2019. “Kita upayakan tidak menyebar lagi sesuai SOP kesiagaan darurat veteriner Indonesia untuk ASF,” imbuh Ketut.

Berharap Ekpor Babi Tak Ganggu

Sebelumnya, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengkhawatirkan ekspor babi dari Indonesia akan terganggu akibat adanya wabah flu babi Afrika yang menjangkit populasi babi di kawasan Sumut. Meski begitu, ia berharap hal tersebut tidak mengganggu ekspor karena pasokan babi ekspor tak hanya berasal dari Sumatera Utara saja, namun ada juga dari daerah lain.

“Katakanlah negara lain tidak salah prediksi kan bisa jadi bisa berakibat 10 tahun mereka enggak bisa terima ekspor kita. Tapi di mananya kan daerah Indonesia luas banget Saya berharap enggak menganggu ekspor,” ujarnya.

Syahrul mengatakan, pihaknya telah mendeklarasikan kawasan tersebut telah terjangkit wabah demam babi Afrika atau African Swine Fever (ASF). Syahrul pun mengatakan, pihaknya telah meminta 16 pemerintah kabupetan dan kota di Sumatera Utara yang terjangkit wabah demam babi untuk mengisolasi sejumlah tempat. “Tapi tidak seluruh Indonesia, hanya kabupaten-kabupaten tertentu di Sumatera Utara dan sudah dalam penanganan yang sangan serius termasuk mengisolasi daerah-daerah itu,” ujar Syahrul.

Dia pun memaparkan, untuk babi-babi yang sudah positif terdampak akan dimusnahkan. Selain itu, bangkai babi pun harus dikubur sesuai dengan prosedur. Harapannya, wabah demam babi tak meluas. “Kalau sudah terjangkit berarti di daerah itu harus dimusnahkan. Dikubur dengan cara-cara yang sudah dilakukan,” jelas dia.

Seperti di diberitakan sebelumnya, hingga 11 Desember, jumlah babi mati di Sumatera Utara (Sumut) akibat virus hog cholera atau kolera babi sudah mencapai 27.070 ekor di 16 kabupaten. Matinya puluhan ribu babi itu terjadi sangat cepat. Dalam satu hari, angka kematian yang terlapor rata-rata 1.000 – 2.000 ekor per hari. Balai Veteriner Medan sudah menyatakan babi yang mati selain terjangkit hog cholera, juga terindikasi virus demam babi afrika atau African Swine Fever (ASF).(dtc/kpc)

Exit mobile version