Site icon SumutPos

PLTA Batangtoru Dukung Pelestarian Ikan Jurung

ist
PEMIJAHAN: Hatchery indoor yang dikelola Marihot Anton Sihombing di Desa Padang Lancat Sisoma Kecamatan Batangtoru Tapsel.

TAPSEL, SUMUTPOS.CO – Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Batangtoru, yang dikelola PT North Sumatera Hydro Energy (NSHE) mendukung upaya pelestarian ikan jurung di Desa Padang Lancat Sisoma Kecamatan Batangtoru Kabupaten Tapanuli Selatan (Tapsel). Caranya, PLTA memfasilitasi petani ikan, Marihot Anton Sihombing mengikuti pelatihan di Balai Riset Perikanan Budidaya Ikan Air Tawar dan Penyuluh Perikanan Bogor baru-baru ini.

“Dalam pelatihan di Kota Bogor tersebut, Anton belajar tentang teknologi hatchery indoor, sepulang dari Bogor, PT. NSHE membangun hatchery indoor, fasilitas pembenihan teknik modern di sekitar kolam budidaya, jadi kami tetap berkomitmen mendukung berbagai upaya dalam pemberdayaan masyarakat lokal,” ujar Public Relation (PR) PT NSHE, Dede Wafiza Aisa kepada wartawan, belum lama ini.

Anton mengakui, dirinya memulai budidaya ikan jurung sejak belasan tahun lalu. “Awalnya saya menyiapkan kolam di kampung dengan sumber air dari Gunung Lubuk Raya, kerikil dan batu kecil dihampar di dasar kolam, selanjutnya air dialirkan dengan deras ke setiap kolam, enceng gondok menjadi filter alami di pintu masuk air kolam,” ujarnya.

Menurut Anton, berkat ketekunannya akhirnya dia sukses mengelola ikan jurung tersebut. “Saat upaya untuk memaksimalkan keberhasilan budidaya ikan jurung mulai menghadapi tantangan berat, PLTA Batangtoru memberikan dukungan penuh dengan memfasilitasi saya berangkat mengikuti pelatihan ke Bogor, setelah saya pulang dari pelatihan, selanjutnya PLTA Batangtoru membangun hatchery indoor atau fasilitas pembenihan teknik modern di sekitar kolam budidaya,” ujarnya.

Dikatakan, pemijahan alami yang dia lakukan selama ini keberhasilannya hanya 30 persen, namun dengan hatchery indoor bisa mencapai 90-95 persen.

“Saya optimis, kata-kata punah terhadap ikan jurung akan jauh, dengan tingginya tingkat keberhasilan pemijahan ini,” ujarnya.

Lebih lanjut Anton mengatakan, tingginya mortalitas dengan pemijahan alami karena banyak faktor, seperti hujan (pengaruhnya terhadap suhu air), kekeruhan air, predator dan lain sebagainya, sementara pemijahan di akuarium relatif lebih terjamin.

Dalam metode hatchery indoor, tambah Anton masa pemeliharaan benih di akuarium sekitar 2 bulan dengan ukuran 2-3 cm, setelah itu ditebar di kolam, masa pemeliharaan bibit di hatchery indoor, suhu yang diperlukan 20-24 derajat Celsius dengan pergantian air akan dilakukan sekali setahun. Untuk meng hasilkan ikan konsumsi, dibutuhkan waktu sekitar setahun. Bila pemeliharaannya intensif, bobot yang dihasilkan bisa mencapai 0,5-1 kilogram dengan panjang ikan rata-rata 25-30 centimeter.

“Dengan dukungan PT. NSHE, pada periode pertama ini, saya sukses memijahkan benih di dalam 20 akuarium dari 45 akuarium yang tersedia dengan isi sekitar 1.000 benih tiap akuarium,” ujarnya seraya mengatakan 1 siklus pemijahan memakan waktu 3 bulan. (bbs)

Exit mobile version