Site icon SumutPos

Larikan Gadis SMA, Duda Tewas Digebukin di Tapsel

Foto: Oryza/Metro Tabagsel/PM Keluarga menangisi jenazah Hasan Daulay, duda yang tewas digebukin di Tapsel karena melarikan seorang gadis SMA hingga 3 minggu.
Foto: Oryza/Metro Tabagsel/PM
Keluarga menangisi jenazah Hasan Daulay, duda yang tewas digebukin di Tapsel karena melarikan seorang gadis SMA hingga 3 minggu.

TAPSEL, SUMUTPOS.CO – Pacari dan bawa lari siswi kelas 2 SMA hingga 3 minggu, seorang duda satu anak tewas dihakimi warga. Peristiwa ini terjadi di Desa Pangaribuan, Kecamatan Batang Angkola, Tapanuli Selatan, Sabtu (22/8) sekira pukul 14.00 WIB. Hasan Basri Daulay (24) warga Kelurahan Pintu Padang, Kecamatan Batang Angkola, Tapanuli Selatan ini menghembuskan nafas terakhirnya di RSUD Kota Padangsidimpuan, Minggu (23/8) sekitar pukul 08.45 WIB
Kapolres Tapsel AKBP Parluatan Siregar melalui Wakapolres Kompol Irwan Jaya saat menyerahkan jenazah korban kepada pihak keluarganya di rumah sakit menjelaskan, sebelumnya korban diserahkan warga Desa Pangaribuan, Kecamatan Batang Angkola. Menurut keterangan yang ia terima dari anggotanya, saat diserahkan kepada petugas, kondisi korban memang sudah dalam keadaan kritis dan mengalami luka yang cukup parah.

“Saat diserahkan ke kita kondisinya juga sudah cukup parah dan tidak sadarkan diri dan selanjutnya kita bawa ke rumah sakit untuk mendapat perawatan,” ujar Wakapolres yang turut melihat jenazah korban dan menyerahkannya kepada pihak keluarganya.

Menurutnya, korban sebelumnya sempat dilaporkan ke Mapolres Tapsel oleh pihak keluarga DY (18), gadis yang dilarikannya. Rupanya, ketika korban ingin mengembalikan DY ke rumahnya, ternyata korban sudah disambut oleh sejumlah warga. Tiba-tiba warga yang emosi langsung mengejar dan menganiaya korban yang berusaha melarikan diri.

“Begitu korban da DY datang, masyarakat langsung mengejar korbanyang kabur. Saat ketangkap, sejumlah warga yang sudah emosi langsung menganiayanya beramai-ramai,” jelas Wakapolres yang tidak tahu pasti berapa jumlah warga yang menganiaya korban.

“Yang pasti, saat korban diserahkan masyarakat kepada kita pada Sabtu (22/8) kemarin, kondisinya cukup parah dan langsung kita bawa ke rumah sakit. Namun, Minggu sekitar lewat pukul delapan pagi korban akhirnya meninggal dunia dan disaksikan langsung oleh pihak keluarganya,” sambungnya.

Saat ditanya apakah pihak keluarga korban merasa keberatan terkait penganiayaan yang berujung kematian itu? Wakapolres mengatakan, pihak keluarga belum melaporkan dan menyampaikan rasa keberatannya. “Kalau untuk jenazahnya sudah kita serahkan langsung kepada keluarganya, dan sampai saat ini kita belum ada menerima laporan atau rasa keberatan terkait meninggalnya korban diakibatkan penganiayaan tersebut,” pungkasnya.

ANAKKU DIPUKULI SAMPAI MATI
Lomsari Boru Tanjung (57), Ibu korban mengakui, sekitar dua minggu sebelum kejadian ia mengetahui putra ketiganya itu telah membawa lari seorang gadis, putri dari warga Desa Pangaribuan yang masih di bawah umur. Namun ia tidak menyangka, akibat perbuatan anaknya itu sampai membuat korban tewas akibat dipukuli masyarakat.

“Memang ada dilarikannya anak gadis orang warga Pangaribuan, bahkan sebelumnya ia sempat menelepon kami, kalau ia dan anak gadis yang dilarikannya itu sedang berada di daerah Dolok Sanggul. Dan tanpa sepengtahuan kami ia pulang bersama gadis itu, tapi tidak ke rumah kami,” ungkap wanita yang memiliki 5 orang anak itu.

Rupanya, jelas Lomsari, Sabtu siang kemarin, ia mendapat kabar anaknya sudah dipukuli warga di Desa Pangaribuan dan dibawa ke rumah sakit. “Tiba-tiba saja kami dapat kabar kalau anak kami sudah sekarat dipukulin orang lalu kami pun melihatnya ke rumah sakit,” tukasnya yang saat itu khawatir mendatangi anaknya di tempat kejadian karena takut ikut terimbas.

Diceritakannya, korban sehari-hari ikut membantu orang lain bekerja di kebun sawit di sekitar tempat tinggalnya. Namun belakangan ini, korban memang terlihat aneh, apalagi semenjak ditinggal lari istrinya sendiri.

“Anaknya juga sudah ada 1 orang perempuan,dan ikut tinggal bersama kami. Memang sejak istrinya meninggalkannya, sifat dan kelakuannya juga terlihat berbeda. Tapi kalau bekerja dia enggak milih-milih, apa yang bisa dikerjakan pasti dilakukannya,” ungkapnya sedih mengenang masa hidup anaknya.

Namun saat ditanya mengenai kejadian yang menyebabkan anaknya sampai meninggal tersebut, Lomsari pun hanya bisa pasrah. Ia menyerahkan hal itu kepada suaminya, Ruslan Daulay (60).

“Kalau soal itu saya kurang tahu, tanyakan saja sama suami saya langsung. Apalagi anak saya ini sudah ada niat baik membawa gadis yang dilarikannya itu pulang untuk diserahkan ke keluarganya, tapi kenapalah dia sampai dipukuli hingga meninggal,” sebutnya sambil terus meratapi jenajah anaknya.

MINTA UANG TEBUSAN
Kepala Desa Pangaribuan, Rijal Simanjuntak mengaku, selama melarikan DY yang berstatus anak salah satu warganya itu, Hasan kerap meminta uang tebusan pada orangtua DY. Dan setelah dijanjikan dengan membawa anak gadis itu pulang, warga yang mengetahuinya pun emosi. “Saya yang menghubungi polisi waktu itu dan membawa korban ke kantor kepala desa. Karena saya lihat kondisinya juga sangat parah, lalu setelah polisi datang langsung dibawa ke rumah sakit,” ungkap Rijal.

Saat kejadian itu lanjut Rijal, dirinya sedang pangkas dan tidak mengetahui bagaimana aksi main hakim sendiri itu terjadi.

Begitupun, ia mengakui sebelum pihak keluarga DY berkali-kali dihubungi Hasan untuk minta uang tebusan. “Sewaktu ditanya lewat telepon, keberadaan mereka tidak tentu, nanti di Batam, tiba-tiba sudah di Pekanbaru terus entah dimana lagi katanya. Yang buat keluarga gadis yang dilarikannya itu emosi, korban malah sempat meminta uang tebusan sebesar Rp15 juta,” kata Rijal.

Ia menuturkan, Hasan sudah 3 minggu melarikan DY. Ia juga sempat beberapa kali mencari keberadaan DY, bahkan ikut melapor ke Polres Tapsel pada 7 Agustus lalu. Makanya, setelah korban diketahui datang dan sudah dalam kondisi babak belur dihakimi massa, ia langsung mengabarkannya pada pihak yang berwajib.

“Kita juga tidak mau hal seperti ini terjadi, tapi karena emosi warga yang sudah memuncak dan tidak dapat dikontrol lagi hingga menyebabkan hal ini sampai terjadi,” ucapnya.

Mengantisipasi terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan, Rijal juga sudah memberikan keterangan pada pihak Polres Tapsel dan pihak kepling ditempat tinggal korban. “Kita sudah berkordinasi dengan pihak polres dan juga pihak kepling tempat korban. Dan kita mengimbau agar permasalahan ini jangan sampai mengundang keributan dan hal-hal yang diinginkan lainnya,” pungkas pria yang ikut membantu biaya perobatan korban sewaktu di rumah sakit.

Selama ini lanjut Ijal, korban dan DY memang pacaran, tapi tak mendapat restu dari orangtua si cewek. (yza/smg/deo)

Exit mobile version