Site icon SumutPos

Dua Karyawan PTPN II Dipanah Penggarap

Konflik Lahan di Kwala Bingei Langkat Ricuh

BINJAI- Belum lenyap dari ingatan peristiwa pembakaran lima unit mobil milik PTPN II di areal Sei Semayang, Desa Salang Paku, Kecamatan Kutalimbaru, Deliserdang beberapa waktu lalu, konflik lahan antara warga dengan PTPN II kembali terjadi.

PANAH: Jainuddin, terbaring di ruang bedah RS Bangkatan dengan anak panah masih menembus dada. kanannya. kakaknya (1)//affandi/sumut pos

Kali ini, bentrok antardua kubu tersebut pecah di areal kebun Kwala Bingei, Kecamatan Stabat, Langkat, Selasa (23/10) sekira pukul 10.00 WIB. Korban berjatuhan, termasuk empat karyawan PTPN II yang kena panah.

Peristiwa itu diawali hadirnya ratusan karyawan ke lokasi dengan diangkut empat truk. Bagaikan tamu tidak diundang, beberapa butir batu pun melayang sebagai tanda penyambutan oleh warga penggarap. Bahkan, di antara warga disebut-sebut menggunakan ketapel sehingga empat karyawan terluka  dan mendapat perawatan.

Tak ingin konyol begitu saja, giliran karyawan melakukan counter attack sehingga warga penggarap tunggang langgang menyelamatkan diri kemungkinan karena jumlah yang tidak berimbang.

Sebelum aksi saling lempar liar dan mengganas, sepasukan polisi dari Polres Langkat dipimpin Kapolres AKBP L Eric Bhismo mengambil alih keadaan. Bahkan, terpaksa melepaskan tembakan peringatan ke udara dan memaksa kedua kubu menahan diri jika tidak ingin berurusan dengan hukum.
Manajer lapangan PTPN II, Ir Hadi Riyatman menjelaskan pihaknya datang ke kebun guna membersihkan lahan yang semak dan berdirinya posko serta tanaman lain selain kelapa sawit. “Kehadiran kita hanya untuk membersihkan lahan, namun mendapatkan serangan dari warga. Memang lahan 72 hektar ini bekas HGU PTPN II. Tapi 34 hektar di antaranya ada sawit kita. Karena belum adanya kejelasan status apakah dilepas atau tidak maka wajar kalau aset (sawit) yang ada kita amankan,” kata Hadi seraya menyebutkan 554 pohon sawit telah dirusak warga.

Hadi bersikukuh kedatangan mereka bukan untuk okupasi melainkan pembersihan lahan saja, mengingat masih adanya aset (kelapa sawit) milik PTPN II perlu di jaga. Pun demikian, diakui sedikitnya tiga kali pertemuan dengan warga difasilitasi Polres maupun DPRD Kab Langkat dalam persoalan tersebut.
Akibat insiden itu, empat karyawan kebun mengalami luka serius terkena panah dan lemparan batu. Kini keempatnya dirawat di RSU Bangkatan Binjai, Jalan Sultan Hasanuddin, Kecamatan Binjai Kota.

Seorang karyawan Kebun Kwala Bingei ketika ditemui di RSU Bangkatan, Sukirmanto (47)  menuturkan, setibanya di lokasi, warga langsung menyerang mereka. Jumlah karyawan adalah 300 orang berasal dari enam perkebunan (Kwala Bingei, Tandam Hulu, Bulu Cina, Tandam Hilir, Sei Semayang, dan Tanjung Jati) dengan menggunakan panah dan batu.

Adapun karyawan kebun yang terluka adalah Jainuddin (52) karyawan kebun Kwala Bingei, terkena panah di dada kanan. Lalu, Surianto (37) karyawan kebun Sei Semayang, terkena panah di lengan kiri. Sementara dua korban lainnya adalah Sutrisno (42) karyawan kebun Sei Semayang, terkena lemparan batu di kepala dan Surianto (47) karyawan kebun Kwala Bingei, terkena lemparan batu di lutut kiri.

“Begitu mereka terluka, kami langsung membawa korban ke RS Bangkatan. Ternyata, sampai di sini (RS Bangkatan, Red), korban terkena panah harus menjalani operasi,” kata Sukirmanto.

Pantauan di RS Bangkatan Binjai, puluhan karyawan perkebunan dan keluarga korban, memadati ruang tunggu di kamar bedah. Raut wajah panik dan sedih terpancar dari beberapa ibu yang menunggu di ruang bedah tersebut. Bahkan, seorang ibu terlihat syok dan terbaring lemas di ruang perawat jaga kamar bedah rumah sakit tersebut.

Setelah hampir dua jam menjalani oprasi pencabutan anak panah di ruang bedah, akhirnya dua pasien dipindahkan ke ruang Anyelir I RS Bangkatan Binjai. Baik korban maupun pihak keluarga, belum mau komentar soal peristiwa berdarah ini.

Terkait empat karyawan yang sedang dirawat di RS Bangkatan, Manajer kebun, Hadi Riatman mengatakan, akan menanggung sepenuhnya biaya perobatan keempat karyawan. “Ya, semua biaya perobatan korban ditanggung perusahaan,” tegasnya.

Sementara itu, Kapolres Langkat, AKBP L Eric Bhismo, melalui sambungan telepon mengisyaratkan pihaknya tidak dapat berbuat banyak dalam permasalahan itu apalagi terkait luka dialami karyawan. Pasalnya, pascakejadian penyerangan belum ada laporan pengaduan PTPN II diterima kepolisian.

“Memang benar ada yang teluka dalam aksi tadi, namun kita belum dapat mengambil sikap (tegas) mungkin disebabkan pihak PTPN II atau karyawannya yang terluka sebagai pihak yang dirugikan belum ada membuat pengaduan,” sebut Kapolres.

Diingatkan dia, untuk persoalan itu tercatat sedikitnya tiga kali pertemuan antara warga dengan PTPN II diperbuat. Nah, karena sampai sekarang belum ada penegasan dari BUMN terkait diperpanjang atau tidaknya HGU lahan maka masing-masing pihak saling klaim kepemilikan. “Jika disebutkan peristiwanya akumulasi, sepertinya kita sependapat. Namun persoalannya sekarang, kita hanya mengantisipasi agar hal tidak diinginkan jangan sampai terjadi,” pungkas Kapolres. (ndi/mag-4)

Exit mobile version