Site icon SumutPos

Terowongan PLTA Meledak, 6 Pekerja Tewas 7 Luka Bakar

Foto" Anita/PM Proyek pembangunan PLTA di Desa Rih Tengah, Kecamatan Kuta Buluh, Kabupaten Karo. Enam pekerja tewas melepuh, dan 7 luka bakar setelah ada ledakan di terowongan, Rabu (24/2) pagi.
Foto” Anita/PM
Proyek pembangunan PLTA di Desa Rih Tengah, Kecamatan Kuta Buluh, Kabupaten Karo. Enam pekerja tewas melepuh, dan 7 luka bakar setelah ada ledakan di terowongan, Rabu (24/2) pagi.

KARO, SUMUTPOS.CO – Terjebak dalam terowongan yang tiba-tiba meledak, 6 orang pekerja proyek pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) di Desa Rih Tengah, Kecamatan Kuta Buluh, Kabupaten Karo, tewas dengan kondisi tubuh melepuh. Selain korban meninggal, 7 pekerja lain juga menderita luka bakar serius, Rabu (24/2) pagi.

Info dihimpun dari lokasi, kecelakaan kerja di proyek milik PT Wampu Elektic Power (WEP) yang bergerak di bidang Hydro Power bersama dua perusahan asal dari Korea, salah satunya PT. Posco Engineering Indonesia (PEN) itu terjadi begitu cepat. Lima pekerja tewas di tempat kejadian perkara (TKP). Satu pekerja lagi menghembuskan nafas terakhirnya di perjalanan menuju RS Efarina Etaham Kabanjahe.

Sementara tujuh orang lagi mengalami luka bakar serius pada sekujur tubuh akibat terjebak dalam terowongan yang diduga dipenuhi api. Kini para pekerja malang itu masih mendapat perawatan di rumah sakit.

Keenam korban meninggal yakni, Cibro, Jali Bako, Ruben Manurung, Hendra Sanjaya, Putra dan Hamzah Haz alias Amar. Sedangkan ketujuh korban yang masih dirawat bernama Dame Saputra, Mahrizal Yunus, Doli F Sialagan, Erwin Saputra, Dirmansyah Tanjung, Ramadhan Berutu dan Panjang.

Mr. Im Sung Hun selaku Civil Engineering PT.PEN yang ditemui di lokasi mengatakan, peristiwa itu terjadi sekira pukul 08.40 WIB. “Awalnya ada asap dari genset. Lalu saya suruh operator matikan genset tersebut. Selang beberapa menit kemudian, tiba-tiba keluar empat orang pekerja dari terowongan dengan luka bakar dan meminta tolong. Dari situ saya dan pekerja lainnya langsung turun ke terowongan untuk menolong pekerja lain yang masih terjebak,” bebernya terbata-bata.

Lebih lanjut pria berkebangsaan Korea yang belum begitu fasih bicara bahasa Indonesia itu menuturkan, pekerja terowongan itu berjumlah 17 orang dengan rincian 4 orang berada di atas dan 13 orang dalam.

Foto: Pardi/PM
Korban tewas akibat ledakan di terowongan pembangunan PLTA PT WEP di Tanah Karo, saat tiba di RS Efarina Etaham, Rabu (24/2/2016).

Mereka ditugaskan untuk memasang mal (persiapan plagging) terowongan. Sementara lampu di dalam terowongan hanya satu, kabel listrik dipasang di dinding dengan cara dipaku.

“Kondisi di dalam terowongan memang basah. Ada air setinggi lutut orang dewasa. Kami belum tahu apa penyebab ledakan itu. Yang saya tau korslet karena ada asap dari kabel genset,” terangnya di hadapan Kapolres Karo AKBP Viktor Togi Tambunan, Kapolsek Kutabuluh, AKP E. Sembiring dan Tim Identifikasi yang melakukan olah TKP.

Jenazah tidak sempat diidentifikasi, sebab polisi dan wartawan baru tiba di lokasi kejadian sekira pukul 13.00 WIB. Sementara para korban sudah dilarikan ke RS Efarina Kabanjahe tak lama setelah kejadian.

Iring-iringan mobil yang membawa para korban juga sempat berpapasan dengan mobil polisi yang sedang menuju lokasi kejadian. Info tambahan yang dirangkum dari lokasi, evakuasi jenazah dan korban lainnya hanya bisa dilakukan dengan menggunakan crane dan backet pengangkut sampah.

Sebab lokasi kejadian berada di kemiringan 360 derajat di atas permukaan tanah dengan kedalaman sekitar 40 hingga 46 meter atau sekitar 77 meter dari DAM (bendungan). Sedangkan luas (diameter) terowongan sekitar 4 meter. “Terowongannya bisa masuk mobil, sekitar segitulah luasnya. Sedangkan ledakan yang terjadi suaranya terdengar hingga 500 meter dari bawah terowongan sampai di atas (permukaan jalan),” papar Danil (29), salah seorang pekerja yang mengaku sebagai operator genset.

Salah seorang security yang tak ingin namanya disebut mengaku peristiwa itu begitu cepat terjadi. Tiba-tiba pekerja yang di atas terkejut karena beberapa korban luka terbakar di sekujur tubuh keluar dari bawah terowongan. Mereka menaiki anak tangga yang terbuat dari besi untuk meminta pertolongan.

“Dari situlah kami langsung menolong mereka. Kalau gak salah Tommy salah satu anak korban meninggal (Cibro) yang pertama datang meminta tolong. Sebab bapaknya yang menjadi mandor di terowongan ikut jadi korban. Semua korban berasal dari luar daerah yaitu Tebing, Sidikalang dan Binjai,”ceritanya.

Foto: Anita/PM
Staff PLTA milik PT WEP asal Korea, tak mau berkomentar mengenai ledakan di terowongan pembangunan PLTA yang menewaskan 6 pekerja, Rabu (24/2/2016).

Sementara Direktur PT PEN ketika akan dikonfirmasi di kantornya tidak bersedia berkomentar. Wartawan juga sempat adu mulut dengan staf-nya yang semuanya berstatus warga negara Korea. “I cant speak Indonesia and English,” ketusnya singkat sembari menyuruh salah satu staf asal Indonesia untuk melarang wartawan mengambil gambarnya.

“No, no not in photo,” bentaknya sembari ikut memfoto wartawan juga yang ingin mengambil gambar wajahnya.

Data lengkap atau identitas alamat korban belum diketahui sebab perusahan tersebut terkesan menutup-nutupi kejadian. Hingga berita ini dilansir, penyebab ledakan masih simpang siur. Kapolres Karo dan anggotanya masih melakukan penyelidikan di lokasi sembari menunggu anggota DPRD, Kadis Sosial dan Ketenagakerjaan serta Camat Kutabuluh. (cr7/deo)

Exit mobile version