Site icon SumutPos

Bayi Kembar Siam Fahira dan Sahira Sulit Dipisahkan

Foto: Parlindungan/Sumut Pos
Bayi kembar siam, Fahira dan Sahira saat berada di ruang inkubator RSUP H Adam Malik medan, beberapa waktu lalu.

ASAHAN, SUMUTPOS.CO -Tim dokter masih terus berupaya menjaga kesehatan bayi kembar siam dari Asahan, Fahira dan Sahira. Bayi yang lahir pada 24 Maret 2017 lalu di Rumah Sakit Umum (RSU) HAMS Kisaran yang dempet perut dan dada itu diperkirakan bakal menjalani operasi pemisahan saat menjalani usia 3 bulan.

Sekretaris Tim Medis dr Rizki Adriansyah mengatakan, kedua pasang bayi kembar siam tersebut akan tetap berada di RSUP H Adam Malik, Medan hingga kondisi mereka benar-benar normal, sembari menunggu jadwal operasi.

Menurutnya, hal itu dilakukan agar kedua pasang bayi kembar itu mendapat pelayanan optimal dengan nutrisi yang cukup, sehingga kondisi kesehatan mereka benar-benar membaik. “Jadi tidak harus segera dioperasi. Setelah usia 3 bulan sampai 1 tahun, baru kita jadwalkan operasi,” jelas dr Rizki ketika dihubungi wartawan, Sabtu (22/4).

Disebutkannya, saat ini mereka terus melakukan pemantauan terhadap kondisi kesehatan bayi kembar siam  melalui berat badannya. “Karena saat lahir, berat badan bayi kembar itu juga belum membaik,” tambah Rizki.

Selain itu Rizki juga mengaku, setiap minggu mereka akan melakukan pertemuan guna membahas dan menentukan langkah-langkah yang akan diambil. Mereka juga akan mengundang dokter dari Jakarta dan Surabaya untuk meminta masukkan guna memisahkan bayi kembar siam yang hanya memiliki satu badan, dua kepala, serta dua tangan dan dua kaki. “Untuk tindakan tetap kita yang lakukan,” tegasnya.

Untuk saat ini, kata Rizki, bayi kembar siam, Fahira dan Sahira sulit untuk dilakukan operasi pemisahan. Selain memiliki kelainan jantung, bayi malang yang dilahirkan oleh Agustina warga Teluk Dalam, Asahan Sumatera Utara itu memiliki penyakit bawaan yang kompleks.  “Untuk bayi dengan kondisi normal saja, harus menginjak usia tiga sampai enam bulan atau satu tahun baru bisa jantungnya dioperasi, “ beber Rizki.

Ditanya apa bayi kembar asal Sunggal itu akan tetap berada di RSUP Adam Malik Medan hingga kondisinya benar-benar membaik, dr Rizki membenarkannya. Namun, kata Rizki, ruang perinatologi hanya untuk bayi berusia 28 hari ke bawah. Setelah kondisi Fahira dan Sahira benar-benar membaik maka akan dipindahkan ke ICU ataupun ruang rawat inap bayi biasa. Namun jika dilakukan observasi, kedua pasang bayi kembar siam itu akan ditempatkan di ruangan khusus, terpisah dari yang lain.

“Apabila kondisinya terus membaik, kita akan sarankan agar rawat jalan. Ada juga yang bertahan hidupa sampai dewasa dengan kondisi seperti itu, ” terang Rizki.

Sedangkan kondisinya saat ini masih stabil. Bahkan bayi kembar dari pasangan Kadarusman dan Agustina itu sudah tak lagi memakai infus dan pengobatan juga sudah melalui mulut, yakni memasukkan obat dan nutrisi melalui mulut.

Rizki mengaku optimis kalau operasi terhadap bayi kembar siam bernama Sahira Afrizi dan Fahira Afriza ini akan berhasil jika kondisi stabil itu terus bertahan bahkan meningkat. “Kalau untuk lubang di jantung, tidak terlalu parah sepertinya. Jadi sepertinya tidak menghalangi untuk pemisahan. Secara teori, bayi kembar itu masih bisa dipisahkan dan tingkat keberhasilannya 80 persen,” tandasnya. (syaf/int/smg/azw)

 

Exit mobile version