Site icon SumutPos

Debu Sinabung Terus Hujani Berastagi

Foto: ANDRI GINTING/SUMUT POS Gunung Sinabung memuntahkan abu vulkanik saat terjadi erupsi di Karo, Sumut, Rabu (24/6/2015).  Ribuan warga dievakuasi menyusul letusan pekan Gunung Sinabung di provinsi Sumatera Utara Indonesia. Gunung Sinabung telah meletus sebentar-sebentar sejak akhir 2013.
Foto: ANDRI GINTING/SUMUT POS
Gunung Sinabung memuntahkan abu vulkanik saat terjadi erupsi di Karo, Sumut, Rabu (24/6/2015). Ribuan warga dievakuasi menyusul letusan pekan Gunung Sinabung di provinsi Sumatera Utara Indonesia. Gunung Sinabung telah meletus sebentar-sebentar sejak akhir 2013.

KARO, SUMUTPOS.CO – Status Gunung Sinabung hingga saat ini masih Awas ( Level IV). Dan tak henti-hentinya menyita perhatian publik. Aktivitas Sinabung tertanggal 24 Juni sudah meluncurkan awan panas sebanyak Sembilan kali dengan jarak luncur 3,2 Km ke arah Timur.

Hal tersebut disampaiakan Kepala Pos Pemantau Gunung Api BVMPG Kabupaten Karo Armen Putra yang dikonfirmasi Sumut Pos, Rabu (24/6) di Pendopo Rumah Dinas Bupati Karo Kabanjahe.

Dijelaskannya bahwa sampai saat ini kondisi Sinabung masih sangat aktif. Namun pihaknya tidak dapat memprediksi apakah akan ada letusan yang besar. Sebagaimana saat ini pembentukan kubah lava meningkat dari 3,2 Juta m kubik menjadi 3,5 juta meter kubik tanpa gempa tektonik dan hanya gempa guguran saja.

Disinggung mengenai desa- desa mana saja yang akan diungsikan jika Sinabung semakin meningkat, Armen menyampaikan bahwa sesuai arah kawah bukaan dan arah awan panas ke arah Tenggara dan Timur, maka sampai saat ini belum ada tambahan desa. “Dan jika pun ada, tidak ada lagi desa yang dekat dengan Kecamatan Namanteran karena sudah kita rekomendasikan untuk diungsikan,” jelasnya.

Armen juga menyampaikan bahwa setelah diteliti, Sinabung tersebut memiliki kesamaan dengan Gunung Hunsen di Jepang yang berakhir meletus setelah 5 tahun mengevakuasi sekitar seperti halnya Sinabung tersebut. “Hanya saja karena ini alam, jadi tidak bisa diprediksi dengan pasti,” paparnya.

Sementara itu Dansatgas Tanggap Darurat Lelkol Inf Asep Sukarna yang dikonfirmasi masalah data pengungsi, sampai saat ini terdata di 10 titik posko ada sebanyak 10.505 jiwa/3121 KK dan yang menetap di Huntara sebanyak 6179 jiwa/2053 KK.

“Mengingat perubahan yang tidak menentu tersebut maka kami akan mengunci jumlah pengungsi yang ada pada Sabtu mendatang. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kerja sama dari kepala posko dan kepala desa agar benar-benar melakukan pendataan yang valid. Hal ini untuk mencegah terjadinya keributan pada saat pembagian bantuan,” akhirnya.

Dampak dari erupsi Sinabung hujan material debu vulkanik menutupi kota wisata Berastagi, sejumlah rumah toko (ruko) di sepanjang jalan Veteran mulai dari tugu perjuangan hingga tugu kol terpaksa ditutup sampai kota dinyatakan aman dari terbangan debu yang masuk ke dalam toko,sedangkan beberapa lokasi objek wisata masih terlihat sepi pengunjung Rabu(24/6).

Hal ini sebelumnya pernah terjadi, namun hanya dalam beberpa hari saja lalu butiran debu vulkanik segera menghilang dalam sekejap akibat di guyur hujan deras, selain itu sejumlah ruko yang tutup diantaranya tempat makan, warung kopi dan grosir alasanya karena para pengunjung enggan untuk keluar rumah sebab material debu vulkanik yang berterbangan terlalu menyengat bila terkena mata dan kulit.

Foto: Dessy br Tarigan/Sumut Pos
Debu vulkanik Gunung Sinabung menyelimuti kota Berastagi di Kabupaten Karo, Sumut, Rabu (24/6/2015).

Amin Gambela BBA seorang pengusaha di Berastagi yang ditanya mengaku, sejumlah mobil pemadam kebakaran dari Pemkab Karo, Dairi dan Phak pak Barat telah melakukan penyiraman di sepanjang kota wisata Berastagi namun tidak membuat efek perubahan, sebab setelah dilakukan penyiraman hujan material debu vulkanik kembali memenuhi kota tersebut hingga di perkirakan perekonomian di Berastagi mengalami penurunan hingga 30 persen, jelasnya.

Di sisi lain, kritik terhadap pemerintah terhadap penanggulangan bencana Sinabung mengalir dari DPR RI. Apalagi kalau bukan soal status bencana yang masing dianggap sebagai kelas lokal. “Itu menunjukkan pemerintah setengah hati menangani pengungsi Sinabung. Ini malapetaka sudah lama terjadi, tapi pemerintah masih gamang terus,” ujar anggota DPR dari dapil yang mencakup Tanah Karo, Martin Hutabarat, kepada koran ini di Jakarta, kemarin (24/6).

Kegamangan pemerintah, lanjut Martin, terlihat dari lambatnya proses relokasi. Mestinya, relokasi sudah dilakukan sejak awal, secara cepat, sehingga tidak menumpuk seperti sekarang ini.

“Jika yang dikeluhkan soal lahan, apa nggak bisa ambil sedikit hutan untuk lahan relokasi? Luas hutan kita yang dibiarkan rusak saja mencapai 50 juta hektar,” cetus Martin.

Jadi, menurutnya, sangat tidak masuk akal jika BNPB mengeluhkan soal lahan, termasuk lahan untuk pertanian yang baru. Begitu pun soal pendanaan, menurut Martin, uang pemerintah saat ini melimpah sebagai dampak menurunnya harga minyak dunia. “Untuk subsidi BBM diplot Rp400 triliun tapi harga minyak dunia turun. Ada uang saat ini sekitar Rp200 triliun, masa dibilang kurang dana?” cetusnya.(des/sam/rbb)

Exit mobile version