MEDAN, SUMUTPOS.CO – Kantor Wilayah Kemenkuham Sumut tidak mempermasalahkan temuan dasilitas Karaoke dan Salon di Lapas Lubukpakam. Menurut Humas Kantor Kemenkuham Wilayah Sumut, Josua Ginting, KTV itu digunakan oleh petugas sipir Lapas tersebut.
“Kalau di luar boleh, petugas juga perlu hiburan. Jadi, tidak keluar kemana-mana,” ungkap Josua Ginting saat dikonfirmasi Sumut Pos, Jumat (25/3) siang.
Dia menyebutkan, yang tidak diperbolehkan adalah bila fasilitas KTV itu, berada di dalam sel atau kamar warga binaan. “Kalau di dalam sel baru tidak boleh. Kalau di luar ada batasannya itu,” jelasnya.
Ditanyakan fasilitas berlebihan itu akan menciptakan citra buruk bagi pihak Lapas, Josua tak menjawabnya. “Untuk pastinya, coba konfirmasi Kelapa lapasnya,” sebutnya.
Tak lama berselang, Josua memberikan tanggapan prihal itu. Dia mengungkapkan, fasilitas KTV berupa loudspeaker merupakan peralatan untuk senam pagi di lapas itu. “Itu penguat suara untuk senam pagi. Untuk karoke itu, loudspeakernya bisa diangkut keluar juga,” tuturnya.
Disinggung KTV akan disalahgunakan seperti disewakan kepada warga binaan. Dia mengajak media untuk melakukan pengawasan dan pemantauan bersama-sama.
“Dipantau bersamalah. Guna peruntukan karoke itu untuk petugas sipir. Kalau disalahgunakan, Sama-sama kita pantau lah,” tandasnya.
Menanggapi hal ini, Wakil Ketua Komisi III DPR RI, Mulfachri Harahap menilai, ada ruangan khusus yang ditemukan dalam Lapas, merupakan hal yang lumrah terjadi. Oleh karena itu, kata Mulfachri, setiap elemen bangsa harus perang terhadap narkoba. Baik itu dari pemerintah maupun masyarakat.
“Negara enggak boleh kalah sama narkoba. Apabila kalah, eksistensi kita akan terancam. Pemakai sebagian besar generasi muda. Tak ada kelompok yang bebas dari narkoba, semua kalangan rentan,” kata Mulfachri di Lubukpakam.
Ketua Fraksi PAN DPR RI ini menambahkan, untuk menumpas narkoba, kita harus duduk bersama. Agar jangan keluar dapat ditemukan.
“Saya kira itu gejala umum di Lapas ada narkoba. Kunker kemarin di Sumbar, hal sama terjadi. Nusakambangan saja yang terisolir, tetap ada bandar besar, jaringan besar mereka masih bisa mengendalikan dari dalam tahanan,” sebutnya. (gus)