Site icon SumutPos

Romi, Penderita Gizi Buruk di Asahan Meninggal Dunia

Foto semasa hidup Romi, penderita gizi buruk di Asahan.

ASAHAN, SUMUTPOS.CO – Masih ingat dua bocah abang beradik di Asahan yang menderita kurang gizi Romi (14) dan Bayu (10). Romi meninggal dunia di RSU HAMS Kisaran akibat penyakit yang dideritanya.

Informasi yang diperoleh, dari orangtua Romi yakni Sugianto (36) dan Masliana (34) warga Desa Buntu Maraja, Kecamatan Bandar Pulau, Asahan, Romi meninggal di rumah sakit. Kedua anaknya sudah lebih dari satu bulan dirawat di RSU HAMS Kisaran. Namun Allah berkehendak lain, Rabu 19 April 2017 lalu, Romi menghembuskan nafasnya yang terakhir.Sugianto mengatakan, saat ini anaknya Bayu yang juga menderita kurang gizi masih dari rawat di RSU HAMS Kisaran. Sugianto sangat mengharapkan agar Bayu bisa sehat.

“Ya Romi anak kami sudah meninggal karena sakit yang dideritanya, saat ini tinggal Bayu yang dirawat. Saya berharap anak saya bisa sembuh secepatnya,” katanya.

Masih dari Sugianto, menurutnya ia tidak memiliki biaya untuk membawa kedua anaknya berobat. Bahkan akibat ketiadaan biaya warga menggelar patungan (mengumpulkan dana) untuk membantu mereka Pengutipan dana dilakukan dari rumah ke rumah.

Sementara Kepala Desa Buntu Maraja Sahzen membenarkan jika warga melakukan patungan untuk membantu biaya perobatan Romi dan Bayu.

“Kami rumbuk dengan warga guna mencari solusi kesembuhan dan memenuhi kebutuhan nutrisi, gizi terhadap kedua anak dari Sugianto. Lalu kami melakukan pengutipan bantuan dari pintu ke pintu agar kami bisa membantu keluarga mereka. Ada juga kami membuat surat untuk Pak Bupati Asahan, DPRD, dan beberapa SKPD memohon bantuan,” kata kepala desa saat menjenguk kedua bocah malang itu di ruang Asoka Rumah Sakit Umum Daerah Haji Abdul Manan Simatupang  (RSUD HAMS)  baru-baru ini.

“Dalam proposal buat pemerintah kami menjelaskan bahwa dua orang putra di kampung kami membutuhkan uluran bantuan. Keduanya dari keluarga yang tidak mampu sedang dirawat di rumah sakit. Kiranya ada yang sudi memberikan bantuan untuk meringankan kesulitan ekonomi keluarga mereka,” katanya.

Disebutkan Sahzen, pekerjaan dari Sugianto sebagai juru langsir sawit tidak lah mencukupi untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga. Apa lagi untuk biaya berobat kedua anaknya.

“Benar orang tua Romi dan Bayu berpenghasilan rendah, sebulan Rp500.000. Sugianto juga mendapatkan Balsem dari pemerintah pusat. Makanya kami gotong royong meringankan beban Sugianto,” kata Sahzen.

“Saya baru lagi menjabat sebagai kepala desa, informasi tentang warga saya Sugianto menyebar luas waktu ada pesta didekat rumahnya. Di foto Sudirman Marpaung dan diletaknya di facebook, besoknya terbit lah di surat kabar. Langsung malamnya kami kumpul di rumah Sugianto sama istri camat dan dan warga. Besoknya, berebutlah mengkasihkan mobil untuk mengantarkan Romi dan Bayu ke rumah sakit,” jelasnya.

Disayangkan kepala desa, seharusnya mobil dinas ambulans Puskesmas Bandar Pulau yang mengantar kedua bocah.

Masih kata Sahzen, pada malam pertemuan di rumah Sugianto warga mengumpulkan dana untuk biaya makan yang menjaga.

“Ada kami tinggalkan uang sama istri Sugianto (Masliana). Karena alasan Sugianto takut yang jaga tidak makan, bila membawa anaknya berobat ke rumah sakit.

Sementara di media sosial facebook, meninggalnya Romi menjadi pembicaraan hangat. Ada yang menyalahkan Dinas Kesehatan dan Pemkab Asahan yang dianggap kurang peduli terhadap warga.

Akun atas nama Guber Jaya Bakti Prioritas Amri Simanjuntak Kopi Dan Senja Jepri Parhusip menanyakan, gimana kalian menyikapi kinerja ASN Dinkes Asahan terkhusus Puskesmas Bandar Pulau, Bidan Desa Buntu Marja, pustu dan puskesdes.

Sementara akun atas nama Edward Banjarnahor dalam komentarnya mengatakan: Beginilah contoh akhir perjalanan hidup masyarakat Asahan yang diacuhkan oleh penguasa di Asahan. Beberapa waktu lalu Gibran si penderita kanker meninggal, ini si penderita gizi buruk. Kita tidak tahu apa sebenarnya tupoksi dari Dinas Kesehatan.

Sementara akun atas nama Sopian Erna mengatakan: satu lagi saya melihat dan membaca di posting masih ada anak-anak kita belajar memakai senter dan lampu minyak tanah. Padahal kita (Asahan pemosak listrik terbesar di Sumut) kenapa masih ada daerah belum masuk listrik. Gimana itu bisa terjadi.

Sedangkan akun Sopian Erna mengatakan: Kita tak perlu saling menyalahkan. Mari kita saling memperbaiki diri. Mari lihat di sekitar kita lingkungan. Rt, Rw. Supaya kita pro aktif melihat di lingkungan kita yang membutukan. Supaya tak terulang lagi kejadian ini. Saya turut berduka. Semoga keluarga yang ditingalkan diberi ketabahan. Salam dari keluarga di Rantau. Semoga kita saling memperbaiki. (syaf/ma/smg/azw)

Exit mobile version