Site icon SumutPos

Bibit Ayam Mati Mendadak, Warga Desa Dahan Tabaloho Gunungsitoli Berharap Dana Desa Diaudit

PENYAKIT: Bibit Ayam Kampung milik Ama Defi penerima manfaat di Desa Dahana Tabaloho, mati mendadak. Diduga karena penyakit.

GUNUNGSITOLI, SUMUTPOS.CO – Bibit ayam kampung yang disalurkan kepada warga desa Dahana Tabaloho Kecamatan Gunungsitoli Kota Gunungsitoli Provinsi Sumatera Utara pada minggu lalu, mendadak mati diduga karena penyakit.

Tidak hanya itu, menurut beberapa warga pengadaan bibit ayam kampung bantuan yang anggarannya bersumber dari Dana Desa Dahana Tabaloho itu, disinyalir telah di mark-up.

Pasalnya, berdasarkan hasil musyawarah desa Dahana Tabaloho beberapa waktu lalu, harga bibit ayam dimaksud ukuran berat 1 kilo gram dengan harga sebesar Rp90 ribu per ekor. Namun yang dibagikan kepada warga harganya ditaksir berkisar antara Rp30 ribu ke Rp40 ribu per ekor.

Ama Defi Harefa warga Desa Dahana Tabaloho mengaku sebanyak empat ekor bibit ayam bantuan yang ia terima pada hari Selasa (17/10/2023) minggu lalu, kini sudah mati semua.

Ia menduga penyebab bibit ayam kampung bantuan yang dibagikan Pemdes Dahana Tabaloho itu, mati secara mendadak dikarenakan telah terjangkit penyakit dari tempat asal pengadaan bibit.

“Waktu dibagi di kantor desa minggu lalu ada empat ekor bibit ayam kampung saya terima, dan sekarang sudah mati semua pak,” ungkap Ama Defi dengan nada kecewa kepada Sumut Pos (Senin, 23/10/2023).

“Ternak ayam milik saya yang lain sekarang jadi penyakitan. Saya menduga bibit ayam kampung yang dibagikan itu sudah terjangkit penyakit dari tempat asal, sehingga menular ke ternak ayam saya yang lain,” sambungnya.

Ama Defi membeberkan sewaktu ia terima bibit ayam kampung bantuan itu kondisinya sudah loyo. Tak mau makan, dan esok harinya mulai mati satu per satu hingga tak bersisa.

“Saya kecewa dan dirugikan. Harap-harap dapat bantuan malah ayam saya yang lain jadi penyakitan. Pengadaannya tidak teliti dan asal-asalan, mereka hanya mementingkan keuntungan pribadi,” keluhnya.

“Apa lagi saya dengar harga satu bibit ayam kampung bantuan itu yang sudah diputuskan dalam rapat Rp 90 ribu per ekor. Namun yang dibagikan kepada kami harganya paling berkisar Rp30 ribu per ekor,”sambungnya.

Sementara, Ama Rais Harefa yang juga warga Desa Dahana Tabaloho mengaku menolak dan tidak mau menerima bibit ayam kampung bantuan itu. Ia beralasan ukuran tidak sesuai hasil musyawarah desa beberapa waktu lalu.

“Yang sudah diputuskan saat musyawarah desa ukuran beratnya 1 kg, dengan harga Rp90 ribu per ekor. Tapi saya lihat yang dibagikan itu ukurannya kecil, saya taksir harganya berkisar Rp30-40 ribu. Makanya saya tolak,” ungkapnya.

“Dan beruntung tidak saya terima, toh juga tidak bermanfaat, sia-sia dan pemborosan anggaran. Saya dengar dari warga hampir rata-rata bibit ayam kampung bantuan itu sudah mati semua karena penyakit,” tambahnya.

Menurut Ama Rais, dirinya sempat menanyakan kepada Kasi Pelayanan Desa Dahana Tabaloho terkait ukuran bibit yang tidak sesuai, namun ia mendapat jawaban yang bernada menggertak.

“Kata Kasi Pelayanan kepada saya, apa urusan penerima manfaat tanya-tanya anggaran?,” kata Ama Rais menirukan Kasi Pelayanan Desa Dahana Tabaloho.

Ama Rais pun berharap kepada aparat penegak hukum, untuk memeriksa serta mengaudit pengadaan bibit ayam kampung di Desa Dahana Tabaloho tahun anggaran 2023, karena patut diduga pengadaan bibit ayam kampung itu telah di mark-up.

“Dimohon kepada Pemerintah Kota Gunungsitoli, untuk mengaudit setiap anggaran dana desa di Desa Dahana Tabaloho. Karena patut kita duga di setiap pelaksanaan kegiatan, terjadi mark-up dan penyelewengan,’ pungkasnya.

Untuk diketahui, Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa bertujuan melaksanakan fungsi-fungsi pelayanan publik dan kesejahteraan umum, maka masyarakat berhak mengawasi pelayanan publik di desa termasuk pengelolaan keuangan desa.

Sementara, saat pada Sumut Pos mendatangi kantor desa Dahana Tabaloho pada Selasa (24/10/2023) sekira pukul 14.40 Wib untuk konfirmasi, meski pun masih jam kantor namun kantor desa Dahana Tabaloho dalam kondisi pintu tertutup, dan tak satu pun pegawai dapat ditemui.

Begitu juga saat Sumut Pos mencoba menghubungi Kades Dahana Tabaloho Elpiter Harefa, nada telfon selularnya tidak tersambung. Sedangkan Kasi Pelayanan Fiktor Harefa meski nada telfonnya tersambung namun tidak dijawab. Bahkan pesan singkat (whatsapp) yang di kirim Sumut Pos, juga tidak dibalas. (adl/ram)

Exit mobile version