Site icon SumutPos

2019, Karyawan Perempuan Tambang Emas Martabe Capai 25 Persen

Foto: Martabe for Sumut Pos
Puncak perayaan Hari Kartini 2017 di Tambang Emas Martabe, digelar pada 26 April 2017, dengan mengundang Tika Bisono, psikolog dan aktivis pertemuan sebagai pembicara pada acara ‘talk show’ bertema keberagaman gender di lingkungan kerja di Tambang Emas Martabe.

BATANGTORU, SUMUTPOS.CO  – Tahun ini, PT Agincourt Resources menggunakan momentum perayaan Hari Kartini 2017 untuk memperkokoh kepedulian serta mengintegrasikan keberagaman gender dalam seluruh aspek operasional Tambang Emas Martabe. Berbagai kegiatan yang melibatkan partisipasi seluruh manajemen, karyawan dan kontraktor digelar selama 21-26 April 2017.

Berbagai lomba seperti stand up comedy, lomba mereview film, lomba drama, serta lomba tari daerah tersebut mencerminkan  komitmen kuat PT Agincourt Resources untuk meningkatkan partisipasi wanita di berbagai level tingkat pekerjaan dengan terus meningkatkan jumlah wanita di lingkungan perusahaan melalui proses rekrutmen sebagai bagian dari penerapan budaya kesetaraan gender.

Presiden Direktur PT Agincourt Resources, Tim Duffy menyatakan melalui momen Hari Kartini ini, perusahaan kembali meneguhkan target di 2019  untuk memiliki sedikitnya 25 % karyawan perempuan termasuk 40 % menjalani peran di tingkat Superintendant dan Manager. Menurut Tim, peran perempuan di Martabe saat ini telah menunjukkan kemampuan nyata untuk bekerja dan berkontribusi secara signifikan bagi kemajuan perusahaan. Menurutnya, Kartini-Kartini di Martabe telah menjadi contoh terbaik bagaimana Kartini berjuang untuk emansipasi. “Dunia tambang yang lebih identik dengan dunianya laki laki juga bisa dinikmati oleh para Kartini di Martabe, di mana para Kartini ini menunjukkan bahwa mereka bisa,” kata Tim dalam acara puncak perayaan Hari Kartini di Tambang Emas Martabe, Rabu (26/4).

Tim menuturkan, selama bertahun-tahun memperingati Hari Kartini dengan sebuah pemahaman bahwa peringatan Hari Kartini bukanlah tentang memakai kebaya atau batik dan bersanggul. “Melalui peringatan Hari Kartini ini kita selalu mengingat ide-ide Kartini dan tentang apa yang dia perjuangkan,” kata Tim.

Dalam pandangannya, beberapa wanita termasuk sejumlah staf wanita di Tambang Emas Martabe telah menghidupkan spirit Kartini dengan memaksimalkan potensi masing-masing yang diberikan Tuhan untuk terus bekerja melampaui batas kemampuan demi mencapai kesuksesan.

Foto: Martabe for Sumut Pos
Puncak perayaan Hari Kartini 2017 di Tambang Emas Martabe, digelar pada 26 April 2017, dengan mengundang Tika Bisono, psikolog dan aktivis pertemuan sebagai pembicara pada acara ‘talk show’ bertema keberagaman gender di lingkungan kerja di Tambang Emas Martabe.

Menurut Tim, peningkatan partisipasi perempuan akan memberikan momentum dan peluang meningkatnya budaya keseragaman gender. Tetapi lanjut Tim, meski diingat target 25 % karyawan perempuan bukan ukuran akhir dari keberhasilan, karena Tambang Emas Martabe tidak mendefinisikan keberhasilan dengan kesamaan jumlah gender dalam organisasi dan di setiap level pekerjaan.

“Akan tetapi tujuan utamanya adalah menciptakan budaya positif dan terbuka di dalam organisasi bahwa keberagaman menjadi sebuah nilai di mana perempuan dan laki-laki merasakan bahwa mereka bersama-sama dapat berkontribusi dengan sejajar sehingga fungsi organisasi perusahaan lebih efektif,” kata Tim.

Menurut Tim, peran perempuan di Martabe saat ini telah menunjukkan kemampuan nyata untuk bekerja dan berkontribusi secara signifikan bagi kemajuan perusahaan. Menurutnya, para karyawan perempuan di Tambang Emas Martabe merupakan contoh terbaik bagaimana perjuangan Kartini untuk emansipasi telah terwujud. “Dunia tambang yang lebih identik dengan dunianya laki laki juga bisa dinikmati oleh para Kartini di Martabe, di mana para Kartini ini telah menunjukkan bahwa mereka mampu bersaing dan berkontribusi dalam karya nyata,” kata Tim.

Tim menuturkan, selama bertahun-tahun Tambang Emas Martabe memperingati Hari Kartini dengan sebuah pemahaman bahwa peringatan Hari Kartini bukanlah tentang memakai kebaya atau batik dan bersanggul. “Peringatan Hari Kartini ini mengingatkan selalu ide-ide yang Kartini perjuangkan,” kata Tim. Dalam pandangannya, Tambang Emas Martabe telah memberikan peluang bagi, bahkan mendorong karyawan perempuan, untuk selalu menghidupkan spirit Kartini dengan mengoptimalkan potensi masing-masing yang telah diberikan Tuhan untuk bekerja mengaktualisasikan kemampuan diri.

Menurut Tim, peningkatan partisipasi perempuan akan memberikan momentum dan peluang meningkatnya budaya keberagaman gender. Tetapi lanjut Tim, meski diingat target 25 % karyawan perempuan bukan ukuran akhir dari keberhasilan, karena Tambang Emas Martabe tidak mendefinisikan keberhasilan dengan kesamaan jumlah gender dalam organisasi dan di setiap level pekerjaan. “Akan tetapi tujuan utamanya adalah menciptakan budaya positif dan terbuka di dalam organisasi dimana keberagaman menjadi sebuah nilai yang menyatukan dan memotivasi semua karyawan, perempuan dan laki-laki, untuk bersama merasa dapat berkontribusi sebaik-baiknya sehingga fungsi organisasi perusahaan lebih efektif,” kata Tim.

Foto: Martabe for Sumut Pos
Seorang karyawan sedang bekerja di pabrik produksi Tambang Emas Martabe. Manajemen Tambang Emas Martabe memberikan sertifikat kepada 58 karyawan lokal yang bekerja di Pabrik Pengolahan Emas. Terhitung April 2016, ke-58 karyawan lokal ini telah dipromosikan sebagai tenaga operator Tingkat 1.

Tim menambahkan saat ini Tambang Emas Martabe tengah menapaki langkah bersama untuk menciptakan lingkungan tempat kerja di mana orang dapat bekerja dengan energik serta menciptakan nilai baru untuk menciptakan kesejahteraan bersama. “Dan tentunya mengembangkan Tambang Emas Martabe menjadi perusahaan yang lebih baik lagi,” kata Tim.

Sementara itu Tika Bisono, psikolog kenamaan yang menjadi pembicara khusus dalam perayaan puncak Hari Kartini di Tambang Emas Martabe, pada Rabu (26/6), menyatakan ide-ide pemikiran Kartini bisa terlihat di lingkungan Tambang Emas Martabe. Tika mengaku kagum dengan keberagaman gender yang diterapkan Tambang Emas Martabe dalam  segenap aspek operasionalnya. Menurutnya dalam perspektif ini perusahaan bukan sekadar mengejar pencapaian jumlah berapa persen karyawan perempuan yang bergabung dalam angkatan kerja, tetapi terutama menciptakan budaya perusahaan yang secara bersama-sama menjadikan Martabe sebagai tempat berkarya produktif bagi pekerja kompeten laki-laki dan perempuan.

“Dengan angkatan kerja yang beragam, perusahaan dapat menyerap segenap kekuatan dari berbagai latar belakang karyawan sehingga memperkaya pemikiran dan upaya setiap karyawan, baik laki-laki maupun perempuan untuk bisa semakin produktif serta menghadirkan solusi dan inovasi,” kata Tika. “Keragaman ini seharusnya dipandang sebagai kekuatan untuk bekerja semakin baik dan bukan sumber masalah,” kata dia.

Menurut Tika, terobosan yang dihadirkan oleh Kartini adalah memperjuangkan keadilan bukan sekadar kesetaraan bagi perempuan untuk bisa mempunyai pilihan dan kesempatan untuk belajar atau menuntut ilmu. Karena, lanjut Tika, Kartini yakin bahwa dengan memiliki ilmu, manusia menjadi semakin mampu menemukan apa yang hendak dilakukannya dengan kehidupan dan kemampuan yang dimilikinya.

“Bersyukur sekali di zaman sekarang perempuan sudah semakin diberikan peluang dan akses yang sama dengan yang diberikan kepada laki-laki, terutama bagi mereka yang memiliki talenta dan kompetensi,” kata Tika. Menurutnya persaingan positif antara laki-laki dan perempuan dalam dunia kerja harus didasari sepenuhnya oleh kompetensi dan kemampuan dan bukan karena gender semata.

Tika mengungkapkan, berbagai studi membuktikan perusahaan-perusahaan yang telah bersikap terbuka dan menerapkan keragaman gender lebih sukses. Inilah yang terus dilakukan oleh Tambang Emas Martabe dengan dorongan konsisten dari Presiden Direktur Tim Duffy dan semua manajemen.

Hingga saat ini jumlah karyawan perempuan di Tambang emas Martabe telah mencapai 18 % dari total 761 karyawan. Sementara dari seluruh perusahaan dan kontraktor jumlahnya adalah 16% dari 2.376 karyawan. Jumlah tenaga kerja perempuan ini cukup signifikan jika dibanding dengan perusahaan tambang lain. Dan ini merupakan prestasi tersendiri mengingat bahwa sebagian besar tenaga kerja tersebut tidak memiliki pengalaman sebelumnya bekerja di lokasi tambang. (rel/mea)

Exit mobile version