Site icon SumutPos

RSUD Adam Malik Siapkan Dokter Membedah Anus Fadli

Foto: jon/PM Fadli, bocah 4 tahun yang lahir tanpa anus dan buah zakar, hingga perutnya membuncit.
Foto: jon/PM
Fadli, bocah 4 tahun yang lahir tanpa anus dan buah zakar, hingga perutnya membuncit.

DELITUA, SUMUTPOS.CO – Setelah dirawat di RSUP H Adam Malik Medan, kondisi Fadli, bocah 4 tahun yang terlahir tanpa anus dan zakar, belum juga stabil. Apalagi bocah asal Dusun III Banyu Urip, Desa Litur Tasik, Kec. Sawit Seberang, Kab. Langkat itu ternyata menderita gizi buruk.

“Fadli menderita gizi buruk. Kondisi kesehatannya tidak stabil dan daya tahan tubuhnya juga sangat rendah dan sangat kurus,” kata Humas RSUP H. Adam Malik Medan, Sairi Saragih, Rabu (27/5).

Fadli tiba di RS sekira pukul 11.30 WIB. Dan langsung mendapat perawatan di IGD. ”Sekarang masih dalam tahap observasi atau di bawah pengawasan dan akan selalu dikontrol. Untuk saat ini, Fadli harus dibiarkan untuk menenangkan diri, belum bisa diganggu,” tambah Sairi.

Hasil pemeriksaan sementara, belum ditemukan penyakit lain diderita Fadli, selain gizi buruk. Untuk itu pihak RS menyiapkan ahli gizi khusus memperbaiki gizi Fadli.

Lalu bagaimana dengan kondisi Fadli yang tak punya anus sebagai tempat pembuangan akhir proses pencernaan? “Masalah anus Fadli, pihak rumah sakit juga sudah menyiapkan tim dokter ahli bedah. Hanya saja, operasi menunggu kondisi Fadli benar-benar baik,” urai Sairi.

Setelah kondisi kesehatan Fadli baik, akan dikordinasikan dengan pihak keluarga dan dokter ahli bedah untuk mengoperasi anus. Sairi mengaku, Fadli pernah menjalani operasi di rumah sakit lain pada 2011 lalu.

Terpisah, menurut pakar kandungan dan janin, Khairani Sukatendel, secara medis, penyebab kondisi Fadli belum bisa dipastikan. “Sampai sekarang belum pasti apa penyebabnya. Biasanya karena proses embrio genetis atau tahapan janinnya yang tidak sempurna. Yang pasti itu bawaan lahir, cuma belum bisa dipastikan apakah karena faktor keturunan apa tidak,” jelasnya.

Agar pasien dapat buang air, pasien harus dibuatkan saluran dari dinding perutnya atau lewat mulut.

Disinggung tentang operasi pasien, Khairani mengatakan, harus dilakukan bertahap. Tahap pertama, operasi pembuatan saluran untuk buang air di bagian anus. Kedua, lubang atau mulut di dinding perut yang digunakan sebagai saluran buang air ditutup, kemudian disambungkan ke bagian anusnya.

“Kedua tahapan dilakukan dengan memperhatikan kesehatan pasien. Karena jika dioperasi saat kondisi pasien tidak sehat, bisa berbahaya bagi pasien itu sendiri,” ujarnya.(mag3/cr6/trg)

Exit mobile version