Site icon SumutPos

Mendongeng, Cara Ibu Guru Ini Latih Murid Cintai Dunia Literasi

Foto: Istimewa
MENDONGENG: Lili Gusni, mengajar mendongeng kepada anak-anak didiknya di kelas 1V UPTD SDN 28 Indrapura, Kabupaten Batubara, Sumatera Utara. Tujuannya berinisiatif menumbuhkan minat baca anak-anak didiknya lewat dongeng.

INDRAPURA, SUMUTPOS.CO – Melihat minat baca di Indonesia relatif memprihatinkan, seorang guru UPTD SDN 28 Indrapura, Kabupaten Batubara, Sumatera Utara, berinisiatif menumbuhkan minat baca anak-anak didiknya lewat dongeng.

Lili Gusni, nama ibu guru yang mengajar di kelas 1V SD itu, mengatakan ingin anak-anak didiknya merasa senang dan berbahagia dalam belajar. “Caranya, saya menampilkan dan membacakan dongeng di depan anak didik. Setelah itu, saya melatih anak-anak didik saya mendongeng di depan kelas dan semua teman-temannya, secara bergiliran. Jadwalnya saya pilih setiap hari Jumat,” kata Lili Gusni, ibu guru yang juga fasilitator nasional Program Pintar Tanoto Foundation, Senin (28/9).

Mengapa ia memilih membacakan dongeng?

Alasan Lili, kemajuan teknologi semakin canggih zaman sekarang menyebabkan cara mendongeng agak terlupakan. Padahal, mendongeng banyak sekali manfaatnya untuk anak-anak didik. Antara lain, membangkitkan minat baca, perkembangan kognitf, perkembangan sosial dan emosional, mengembangkan daya imajinasi, meningkatkan keterampilan berbahasa, dan tentunya berani tampil dan percaya diri.

“Dengan latihan menceriterakan dongeng, sudah tentu mereka harus membaca buku terlebih dulu agar dapat ditampilkan. Dongeng yang dipilih disesuaikan dengan tema dan kebutuhan anak didik. Dengan demikian, otomatis membudidayakan gerakan literasi,” kata ibu guru yang telah dibekali pelatihan Pengembangan Budaya Baca Tanoto Foundation ini seraya tersenyum.

Foto: Istimewa
MENDONGENG: Aanak-anak kelas 1V UPTD SDN 28 Indrapura, Kabupaten Batubara, Sumatera Utara, bergiliran membacakan dongeng di depan kelas.

Saat memberi contoh cara membacakan dongeng, dirinya mempersiapkan beberapa alat peraga. Misalnya buku bergambar, boneka tangan, yang disesuaikan dengan tokoh yang ada dalam buku bergambar.

Yang tak kalah penting harus diperhatikan, menurutnya, adalah posisi duduk. “Berikan sapaan yang hangat plus senyum yang termanis. Lalu arahkan buku bergambar kepada anak didik  agar dapat mendengar dan merasa terlibat langsung saat kita menampilkan dongeng tersebut. Sesekali, lempar pertanyaan kepada anak didik agar terjadi feedback (umpan balik),” katanya.

Contoh yang ditampilkannya itu menjadi role model bagi anak didik. Selain rajin membaca dan menulis, anak didik juga dilatih membuat tulisan. “Karena itu, saya membuat buku Dongeng Fabel Ramadhan bersama Pejuang Literasi, yang diterbitkan oleh Wonderland Publisher. Saya rasa, isinya sangat mendidik dan penuh makna,” ujar Lili.

Dengan melihat langsung contoh karya ibu gurunya, anak didik diharapkan lebih menyukai dan giat belajar tulis menulis dan membaca buku. Karena membaca buku dinilai dapat membuka jendela dunia. “Menulis itu bukan tentang bakat, tetapi tentang kemauan. Makanya, belajarlah menulis setiap hari,” tukasnya lagi.

Pengalamannya, selama latihan mendongeng tersebut, anak-anak didiknya terlihat senang dan antusias. (rel/me)

Exit mobile version