Site icon SumutPos

Lebih Untung dan Gampang Memantau Tikus

Kelurahan Aekpaing, Kecamatan Rantau Utara, Kabupaten Labuhanbatu merupakan satu wilayah di antara sepuluh kelurahan di kecamatan itu. Dengan jumlah penduduk berkisar 7000-an, warga yang mayoritas suku Jawa itu berpenghasilan sebagai petani, pedagang, PNS maupun pekerja bangunan.
Lingkungan Aekpaing Bawah II, adalah areal terdapat hampir keseluruhan hamparan persawahan yang menghijau. Puluhan bahkan ratusan warga menggantungkan harapannya dengan menanam padi yang dahulunya dilegendakan berasal dari jelmaan seorang putri.

Perbaikan jalan usaha tani, drainase yang berada di sekitaran areal tanaman padi baru saja selesai dibangun tahun lalu. Baiknya sejumlah fasilitas pendukung dengan tujuan percepatan peningkatan ekonomi petani ternyata tidak mampu menghempang pengalihfungsian areal persawahan menjadi perkebunan sawit.

Namun begitu, saat Sumut Pos berkunjung, Senin (25/3) ke sana diketahui bahwa sebagian besar petani masih terus mempertahankan areal tersebut untuk persawahan. Terlebih, setelah dilakukan penyuluhan oleh petugas agar warga menggunakan sistem Jajar Legowo dalam menanam bibit padi. Penghasilan pun terbilang bertambah jika dibanding dengan sistem terdahulu.

Syahputra (37) misalnya, ilmu yang diperolehnya dari Petugas Penyuluh Lapangan (PPL), Kantor Informasi Penyuluhan dan Pertanian (KIPP) untuk memperbaiki produktifitas lahan khususnya sawah tadah hujan dengan penerapan teknologi pengelolaan tanaman terpadu (PTT) memperoleh penghasilan hampir mencapai 50 persen dari sebelumnya.

Disebutkannya, cara tanam sistem Jajar Legowo adalah cara tanam padi sawah yang memiliki beberapa barisan tanaman. Kemudian diselingi oleh 1 baris kosong di mana jarak tanam pada barisan pinggir setengah kali jarak tanaman pada baris tengah, serta jarak tanam 20X20 centimeter. “Perkiraannya sistem ini mencapai 4,5-5,3 ton perhektare sekali panen, atau meningkat sampai 33 persen,” ujarnya.

Melalui sistem tanam Jajar Legowo tambahnya, produktifitas lahan akan meningkat serta itu yang menjadi motivasi petani lainnya untuk mempertahankan kegiatannya berusahatani padi disana serta penyediaan bahan pangan padi dapat dipertahankan.

“Total biaya untuk sistem Legowo sekitar Rp6.4 juta, cara biasa Rp5,3 juta. Sementara hasil untuk sistem Legowo perhektar sekitar 5,3 ton dengan harga jual Rp18,5 juta. Cara biasa 3,5 ton harga jual Rp12,2 juta. Jadi pendapatan bersih bedanya dari Rp12 juta sekian dengan 6,9 juta, kan sangat berbeda,” terang Syahputra lagi.

Selain keuntungan materi lebih banyak penanaman padi dengan sistem Jajar Legowo ini hama tikus lebih gampang diawasi. (jok)

Exit mobile version