Site icon SumutPos

10 Jam Tertimbun Longsor, Aisyah Susul Ibu ke Liang Lahat

Foto: Samman Pohan/Metro Tabagsel/JPNN Petugas dan warga mengevakuasi Aisyah yang masih hidup, Selasa (28/7) sekitar pukul 04.30 WIB. Ia langsung dilarikan ke RSUD Kota Psp, Sumut, Selasa (28/7). Namun tak lama kemudian, Aisyah meninggal.
Foto: Samman Pohan/Metro Tabagsel/JPNN
Petugas dan warga mengevakuasi Aisyah yang masih hidup, Selasa (28/7) sekitar pukul 04.30 WIB. Ia langsung dilarikan ke RSUD Kota Psp, Sumut, Selasa (28/7). Namun tak lama kemudian, Aisyah meninggal.

SIDIMPUAN, SUMUTPOS.CO – “OMPUNG, ompung (kakek/nenek)!,” terdengar teriakan dari dalam reruntuhan. Suara bocah yang semakin mengecil itu membangkitkan semangat dan harapan seluruh relawan yang turun mencari korban di reruntuhan puing rumah milik Bisri di Silayanglayang, Lingkungan IV, Kelurahan Wek II, Kecamatan Padangsidimpuan Utara, Selasa (28/7) menjelang subuh.

Sontak semua relawan mencari asal suara dan berusaha mencari celah dari balik rumah yang runtuh akibat ditimba longsoran tebing, Senin (27/6) sore. Ya, itu adalah suara Aisyah. Semua bergerak cepat, hingga akhirnya semakin dekat dengan suara korban yang terperangkap reruntuhan bangunan.

“Aisyah sabar ya nak, sudah dekat ini, berdoalah dulu,” ucap seorang prajuit TNI memberi semangat.

Ada sekira satu jam pra relawan mencari celah dan membuka lubang dari tiang dan lantai bangunan beton itu. Hingga akhirnya, tubuh Aisyah pun terlihat jelas. Ia ditemukan selamat di balik kerasnya beton dan tanah, serta pijakan para relawan. Saat itu di atasnya terdapat sebuah kulkas dan sebuah dispenser. Itu pulalah yang menahan beton hingga tak menimpanya. Namun saat itu Aisyah belum bisa dikeluarkan. Masih ada besi beton yang harus dipotong terlebih dulu.

“Haus pak, haus…” ucapnya parau saat celah terbuka. “Air, air minum. Cepat beri air minum!” pinta relawan yang langsung memberikannya air mineral kemasan beserta sedotan plastik lewat celah-celah besi beton. Aisyah begitu kehausan, hingga menghabiskan beberapa gelas air mineral. Akhirnya, setelah memperlebar celah dengan memotong besi beton dengan menggunakan, gunting besi dan mesin gerinda. Aisyah berhasil diangkat dengan kondisi lemas tak berdaya.

“Subbahallah, Allahu Akbar, Ya Allah,” teriak ratusan warga yang menyaksikan proses evakuasi. Tangis haru pun terdengar menyertainya, tak dari satu dua orang, ada banyak warga yang meneteskan air mata.

Setelah mampu bertahan hampir 10 jam di apit puing-puing bangunan, Aisyah kemudian dilarikan ke RSUD Padangsidimpuan. Di sana, sebagian tubuh gadis kecil itu tampak mulai kaku. Namun ia masih bisa berteriak: Ompung… Ompung…! “Lama lagi pulang ompung? Ompung… Sakit…” tangis manja Aisyah saat melihat kakeknya Suhaimi menghampirinya di ruang IGD.

“Mana yang sakit Syah? Ompung di sini,” tanya Suhaimi memberi semangat sembari berharap cucunya bisa sehat. “Mau muntah aku ompung, tapi sakit perutku. Gak bisa kuapakan,” sahut Aisyah menjelaskan keluhannya yang kala itu diberi bantuan oksigen.

Kembali ke lokasi kejadian, setengah jam kemudian, atau tepatnya pukul 05.00 WIB, Adik Aisyah, Muhammad Al Iman yang merupakan anak keempat pasangan Bisri dengan Almarhummah Nuraini juga ditemukan. Namun saat ditemukan, Al Iman sudah meninggal dunia.

Sementara itu Aisyah, satu-satunya korban yang selamat, terus dipantau perkembangannya. Sanak keluarga beserta keluarga melihatnya bergantian, meski dari kejauhan. Doa pun terus terucap dari keluarga dan warga di rumah sakit. Namun hingga kemarin pukul 17.30 WIB, duka kembali merundung. Di ruangan tempat Aisyah dirawat, isak tangis kembali membahana.

Ya, Aisyah yang semula selamat setelah berjuang di antara reruntuhan hampir sepuluh jam, akhirnya menghembuskan nafas terakhir. Ia menyusul ibunya Nurmini (29) dan ketiga adiknya; Maryam Lubis (5), Muhammad Al Iman (2) dan Ibrohim (29 Hari).

“Aisyah… nak, Aisyah… Astagfirullah! Aisyah!” pekik ayahnya Bisri.

Sesekali ia terduduk dan kembali bangkit. Tak sanggup lagi, ia pun tumbang dan harus terbaring di ruangan itu. Semua keluarga menangis dan tersedu. Bahkan, warga yang menyaksikan pun turut menangis. Kini tinggal kakak Aisyah bernama Annisah (9) yang selamat. Sebelumnya ia ditemukan warga tak berapa lama usai kejadian.

Kemarin, Annisah juga berada di ruang perawatan adiknya, Aisyah. Ia hanya terdiam menyaksikan kepergian adiknya yang terakhir selamat itu. “Tinggal kamu bou satu-satunya, sabar kamu bou, tinggal kamu,” peluk tangis histeris anggota keluarga korban sembari membawa Annisah dari sisi Aisyah.

Sementara Bisri masih berjuang untuk bangkit. Namun kedukaan mendalam itu membuatnya tak berdaya. Ia pun dibopong dan dibantu sejumlah wartawan yang hadir di sana.

Sonjia mei, ia madung tenang doi, na ias dope ia, ita ikhlaskon ma aha na dilehen ni Tuhan. Ita do na dewasa on, karejonta dope angkon na ita karejoon (Bagaimanalah nak, sudah tenang dia di sana. Dia masih suci, mari kita ikhlaskan apa kehendak Tuhan. Kita yang dewasa ini masih banyak tanggung jawab yang harus diselesaikan),” tabah kekek Aisyah bernama Suhaimi kepada anaknya Bisri. Meski tak kuasa menahan tangis, Suhaimi tampak lebih tegar. Ia tak henti-hentinya membujuk Bisri untuk tegar dan merelakan kepergian Aisyah. “Tadi pagi masih tegar, ini sudah drop. Entah bagaimana bisa begini,” ucap anggota keluarga lain menyaksikan Aisyah.

KORBAN TEWAS JADI 7 ORANG
Korban tertimbun reruntuhan bangunan akibat longsor di Silayanglayang, Kelurahan Wek II, Psp Utara, bertambah jadi 7 orang. Selasa (28/7), enam jenazah sudah dimakamkan berdampingan. Termasuk Nurmini (29) dan bayinya dimakamkan satu liang. Sementara jenazah Aisyah yang meninggal kemarin sore, hingga tadi malam masih disemayamkan di kediaman keluarga.

Sekira pukul 13.00 WIB kemarin, ratusan warga tampak mengiringi jenazah ke Masjid Raya Lama Kota Padangsidimpuan. Usai melaksanakan fardhu kifayah dan keenam jenazah disholatkan, keluarga beserta warga pun mengantarkan jenazah ke pemakaman Silayanglayang Kota Psp. Di pekuburan yang berbukit-bukit itu, 5 liang sudah disiapkan untuk keenam jenazah. Semua jenazah dimakamkan berdampingan. Khusus Nurmini yang merupakan istri dari pemilik rumah Bisri Lubis, dimakamkan satu liang bersama bayinya Ibrahim yang masih berusia 29 hari.

“Atas mufakat kedua keluarga korban, disepakati keenam jenazah dimakamkan secara berdampingan di pekuburan yang sama di Silayanglayang,” ungkap Lurah Wek II Dahyar Nasution. Terangnya lagi, enam korban tersebut terdiri dari dua keluarga. Satu keluarga berasal dari Kelurahan Tano Bato, yakni keluarga Nelly Sari. Nelly sendiri selamat saat peristiwa itu. Namun anaknya Zainab (8) dan Maryam Piliang (5) meninggal dunia.

Sementara korban tewas dari Keluarga Bisri Lubis yang tinggal di Kelurahan Silayanglayang, masing-masing Nurmini (29) (sebelumnya tertulis Nuraini). Kemudian Maryam Lubis (5), Muhammad (2) dan Ibrahim yang masih berusia 29 hari.

“Empat jenazah dimakamkan pada empat liang secara berdampingan, dan jenazah Nurmini dimakamkan satu liang bersama bayinya. Semua makan berdampingan,” ungkapnya.

Foto: Oryza Pasaribu/Metro Tabagsel/JPNN
Puluhan warga melihat lokasi kejadian rumah yang tertimbun longsor dan memakan korban jiwa di Lingkungan IV Silayanglayang, Kelurahan Wek II, Psp Utara Kota Psp, Sumut, Selasa (28/7).

Saat ditanya bagaimana kronologis musibah itu terjadi, Lurah mengaku tidak mengetahuinya secara pasti. Namun ia menyatakan, saat itu rumah korban memang didatangi oleh keluarga Nelly Sari. Selain bersilaturahmi, mereka juga ingin melihat bayi korban yang baru lahir. “Kebetulan saat itu suami korban (Bisri Lubis, red) sedang tidak di rumah dan bekerja menarik betor. Bisri juga tidak mengetahui kalau saat itu rumahnya didatangi tamu yang tak lain saudara mereka,” terang lurah yang terus mendampingi mulai proses evakuasi hingga pemakaman ini.

Ia mewakili seluruh warga Kelurahan Wek II, khususnya Lingkungan IV Silayanglayang, mengucapkan turut berduka cita yang sedalam-dalamnya atas musibah tersebut. “Ini memang sebuah musibah yang datangnya tidak pernah kita ketahui, dan kami cukup merasakan duka yang sedalam-dalamnya,” tukasnya. Untuk membantu keluarga korban, ia bersama warga juga meyiapkan seluruh hal-hal yang dibutuhkan, mulai dari proses fardhu kifayah sampai pemakamam.

“Kami berusaha membantu keluarga korban, mulai datang dari rumah sakit sampai proses pemakamamnya. Dan semua ini kami lakukan atas rasa simpati dan bentuk sosial kami antar sesama warga,” lanjutnya.

Jalannya Evakuasi
Sejak bencana longsor yang membuat runtuh tebing dan menimpa kediaman Bisri Lubis itu, relawan yang terdiri dari warga sekitar, personil TNI-Polri, BPBD, Dinsos, Satpol PP, dan instansi terkait, terus melakukan pencarian korban.

Beberapa menit setelah terjadi longsor, warga melihat ada orang terhimpit dan berusaha minta tolong dari reruntuhan bangunan yang menimpanya. Dia adalah Nelly Sari (33) bersama anaknya Umar Piliang (2) dan Annisa Lubis (8) anak dari Nurmini.

Ketiga korban tersebut berhasil diselamatkan warga dan secepatnya dibawa ke RSUD Kota Psp untuk diselamatkan.

Foto: Oriza Pasaribu/Metro Tabagsel/JPNN
Petugas dan warga mengevakuasi Aisyah yang masih hidup, Selasa (28/7) sekitar pukul 04.30 WIB. Ia langsung dilarikan ke RSUD Kota Psp, Sumut, Selasa (28/7). Namun tak lama kemudian, Aisyah meninggal.

Selanjutnya, jajaran personil TNI-Polri dan instansi Pemko Psp bergerak cepat mengevakuasi reruntuhan bangunan dan terus mencari korban yang tertimbun. Suhaimi Lubis (60) orangtua dari Bisri Lubis, saat itu meyakinkan warga dan relawan bahwa cucunya masih tertimbun di lokasi. Beberapa jam pencarian atau tepatnya sekira pukul 21.00 WIB, Senin (27/7), proses evakuasi pun membuahkan hasil. Saat itu ada tubuh yang terlihat.

“Tolong kain, tolong lemparkan kain,” sebut petugas yang melakukan proses evakuasi.

Saat itu, para petugas mendapatkan seorang korban tertimbun longsor dengan kondisi badan kaku dan tidak bernyawa. Setelah itu, petugas langsung membawa korban ke RSUD. Beberapa menit korban yang pertama diangkat dari timbunan longsor tiba di rumah sakit, selanjutnya mobil ambulance RSUD Kota Psp yang disiapkan terus membawa jenazah. “Sekarang sudah ada 3 jenazah, ketiganya perempuan. Datangnya hanya berselang waktu beberapa menit saja,” ujar Dirut RSUD dr Aminuddin di ruang IGD.

Sesuai dengan identitas korban, ketiga jenazah yang berhasil dievakuasi tersebut ialah Zainab Piliang (4), Maryam Lubis (5), Maryam Piliang (5). “Iya , itu sesuai identitas korban, yang kita peroleh dari keluarga korban,” tambah Dirut RSUD. Setengah jam kemudian, mobil ambulance RSUD kembali membawa jenazah. Adalah Nurmini (29) bersama bayinya Ibrahim Lubis berumur 29 hari. “Iya, betul, ini keluarga kami. Nurmini dan Ibrahim,” kata Suhami Lubis (60) menangis. Tepatnya pukul 23.00 WIB, jenazah yang terkumpul sudah 5 orang, namun informasi yang disampaikan keluarga korban masih ada 2 lagi tertimbun di reruntuhan rumah tersebut.

Petugas yang melakukan evakuasi dan dipantau langsung Dandim 0212 TS Letkol Inf Uyat Harahap SIP, Kapolres Psp AKBP M Helmi Lubis Sik, dan jajaran Pemko lainnnya, terus mencari 2 korban lagi. Hingga akhirnya Aisyah ditemukan masih hidup setelah tertimbun hampir 10 jam. Berselang beberapa menit kemudian, korban terakhir yang diketahui bernama Muhammad Al Iman Lubis (2) berhasil dievakuasi dengan kondisi tidak bernyawa. (yza/bsl/smg/deo)

Exit mobile version