Site icon SumutPos

Ariyanto Diam, Khairul Gembira, Khaidir Mau Pangkas

Dua orang korban semasa hidup, Arianto (tengah) dan Khairul (paling kiri).
Dua orang korban semasa hidup, Ariyanto (tengah) dan Khairul (paling kiri).

SUMUTPOS.CO – Jika pihak keluarga Arianto dan Khairul tak merasakan firasat buruk terhadap paman dan keponakan itu, berbeda dengan para anak buah kapal (ABK) yang melaut bersama keduanya.

Menurut penuturan Prayitno, ABK yang selamat saat kapal terguling menyebut, Arianto sudah menunjukkan keanehan. Pasalnya, selama berlayar tekong kapal tersebut jarang bicara. Padahal sepengetahuan mereka, Arianto adalah orang yang humoris dan selalu asik diajak bicara.

“Arianto yang biasanya mudah diajak bicara dan bercanda lebih banyak diam dan menyendiri. Karena dia tekong (Nakhoda,red) kami pun diam saja, tak berani ambil pusing,” kata Prayitno mengenai kondisi saat kapal belum tenggelam.

Begitu pula dengan keponakannya, Khairul yang teramat senang selama pelayaran sepekan. Pasalnya, Khairul mengaku dijanjikan pamannya akan dibelikan sepeda motor.

“Kata Pak Lek, kalau dapat omzet di atas Rp50 juta, aku mau dibelikan sepeda motor,” ujar Prayitno menirukan ucapan Khairul beberapa jam sebelum kapal tenggelam.

Sedangkan Khaidir sendiri, dua hari sebelum malam naas itu terjadi, sering berkata ingin pangkas. “Pulang aku nanti ke kampung, aku mau pangkas. Asik itu-itu saja yang dikatakan kepada rekan-rekannya sehingga mengundang tawa,” tandas Prayitno sembari menegaskan ketiga rekan kerjanya itu hari-hari terakhir memperlihatkan kejanggalan seperti buang tabiat saja.

Lain soal prilaku ketiga rekannya, lain pula mengenai hasil tangkapan mereka yang melimpah. “Ya, tidak seperti biasanya dan memang tangkapan kami sedang banyak–banyaknya,” kata Prayitno. (sus/bd)

Exit mobile version