Site icon SumutPos

Ditarget Rampung 2022, PLTA Batang Toru Saat Ini Bangun Jalan & Camp

†

Foto: Idealisa Masyrafina/Republika
SITE: PT NSHE sedang meninjau site pembangunan PLTA Batang Toru, Sitandiang, Tapsel, Kamis (2/5).

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Proyek pembangunan PLTA Batang Toru ditargetkan selesai pada 2022 mendatang. Saat ini, pembangunan proyek sudah memasuki  tahap awal.

“Di tahap awal, pengembang mengutamakan pembangunan sarana bekerja. Progress konstruksi saat ini sudah 11 persen. Yang dibangun antara lain jalan, camp, dan fasilitas penghancur batu,” ujar Senior Advisor Lingkungan PT North Sumatera Hydro Energy (NSHE) Agus Djoko Ismanto, belum lama ini.

Agus memaparkan, lahan yang disediakan untuk membangun PLTA Batang Toru ini seluas 669 hektare. Namun, tidak semuanya akan dibuka. Dari total tersebut, lahan yang sudah dibuka mencapai 80 persen. Sementara sisa lahan sebesar 20 persen akan digunakan sebagai cadangan apabila terjadi perubahan.

Selama masa konstruksi, Agus memperkirakan pembangunan proyek ini dapat menyerap tenaga kerja hingga 2.000 orang. Dari sisi investasi, pembangunan proyek PLTA Batang Toru ini membutuhkan biaya mencapai 1,68 miliar dolar AS.

PLTA Batang Toru berkapasitas 510 MW ini diklaim dapat mengurangi emisi karbondioksida minimal 1,6 juta metrik ton. Menurut Agus, angka tersebut setara dengan penyerapan karbon dari hutan seluas 120 ribu hektare.

Revisi Amdal Segera Diselesaikan

PT NHSE selaku pengembang proyek PLTA Batang Toru memastikan akan segera menyelesaikan revisi analisa mengenai dampak lingkungan (Amdal) dari pembangunan proyek tersebut. Revisi Amdal tersebut disarankan langsung oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).

“Pada dasarnya revisi Amdal merupakan bagian dari kebutuhan proses konstruksi. Setiap ada perubahan itu kan kami harus memperbaiki, misal ada perubahan letak fasilifas yang dibangun itu harus diperbaiki,” ujar Agus.

Salah satu poin Amdal yang diminta untuk direvisi yaitu mempertajam kajian mengenai orangutan. Agus menyebut, pendalaman kajian ini bertujuan untuk memastikan langkah mitigasi yang tepat apabila terjadi hal-hal yang membahayakan orangutan.

Setelah melakukan sejumlah kajian, Agus menjelaskan, kajian masih menunjukkan hasil yang konsisten. Area pembangunan proyek bukan merupakan habitat utama dari orangutan. Dalam pengamatannya, orangutan selalu bergerak dan berpindah di luar area proyek, terutama di lahan-lahan masyarakat.

Agus mengakui jalur pembangunan proyek memang melewati sejumlah titik pergerakan orangutan. Namun, hal tersebut dinilai wajar karena orangutan selalu bergerak dalam kisaran 2.000 sampai 3.000 hektare. Agus memastikan tidak ada orangutan yang terisolasi dalam pembangunan proyek PLTA ini.

“Dari monitoring kita mereka tidak menetap, ritmenya datang dan pergi seperti biasa,” kata Agus.

Meski demikian, Agus belum bisa memastikan kapan tepatnya revisi Amdal ini bisa diselesaikan. Pasalnya, proses Amdal ini tidak sepenuhnya ada dalam kontrol perusahaan. Menurut Agus, Amdal juga harus mendapat persetujuan dari pemerintah. (rc/net)

Exit mobile version