Site icon SumutPos

Debu Vulkanik Sinabung Ganggu Ekonomi Warga Karo

Pedagang Pasar Buah dan jagung rebus Berastagi memilih menutup kiosnya  mereka akibat tebalnya debu vulkanik Gunung Sinabung, Rabu (8/10/2014).
Pedagang Pasar Buah dan jagung rebus Berastagi memilih menutup kiosnya mereka akibat tebalnya debu vulkanik Gunung Sinabung, Rabu (8/10/2014).

BERASTAGI, SUMUTPOS.CO – Abu vulkanik gunung Sinabung yang menyelimuti Kota Berastagi dan sejumlah desa mengganggu ekonomi warga. Abu setebal 1 cm membuat pedagang enggan jualan, petani memanen dini hasil tanamannya, dan infeksi saluran pernapasan menjadi momok bagi warga di Kabupaten Karo. Dinas Kesehatan Karo belum membagikan masker pada warga.

Pantauan METRO KARO (grup SUMUTPOS.CO), Rabu (8/10) siang, tidak hanya Berastagi, sejumlah desa di Kecamatan Merdeka seperti Jaranguda, Semangat Gunung, Cinta Rayat juga dihujani debu vulkanik dengan ketebalan lebih kurang 1 cm.

“Tanpa diperintah pun, Dinkes seharusnya peka dan langsung turun membagikan masker kepada masyarakat. Tapi hingga saat ini tidak ada. Yang ada hanya para relawan-relawan yang turun ke jalan membagikan masker,” keluh warga Berastagi, Iwan Sembiring.

Sementara itu untuk aktivitas guguran awan panas Sinabung sesuai informasi yang dihimpun dari Pos Pengamatan Gunung Api (PPGA) Sinabung, sejak pukul 00.00 – 18.00 WIB tercatat sebanyak 6 kali kejadian dengan luncuran terjauh 3 km ke arah Tenggara – Selatan (Desa Gurukinayan, Sukameriah, Sibintun, Berastepu) dan arah angin bergerak ke timur (kota Berastagi).

Sedangkan pada Selasa (7/10) sekira pukul 22.29 WIB terjadi guguran awan panas sejauh 4,7 km ke arah Tenggara Selatan dan arah angin bergerak ke Timur. Guguran awan panas ini lah yang menyebabkan Kota Berastagi sekitar dihujani debu vulkanik dengan intensitas tinggi.

“Himbauan kepada masyarakat agar tetap menjauhi zona rekomendasi kita yakni, 5 km sektor Selatan Tenggara dan radius 3 km untuk arah timur. Selain itu yang paling penting dengan meningkatnya intensitas debu yang dimuntahkan Sinabung, masyarakat diharapkan menggunakan masker untuk melindungi saluran pernafasan,” ujar petugas PPGA, Arif yang dihubungi via seluler.

Lebih lanjut dikatakan Arif, hingga saat ini status gunung Sinabung masih berada pada Siaga (Level III). Belum ada tanda–tanda akan peningkatan status menjadi awas (Level IV).

Foto: Riza/Metro Karo/Pm
Masyarakat Berastagi gotong-royong menyewa mobil tangki air untuk membersihkan material debu vulkanik Gunung Sinabung yang menyelimuti kota itu, Rabu (8/10).

Sementara itu, hujan debu vulkanik dari Gunung Api Sinabung telah menyebabkan sebahagian aktifitas penduduk Berastagi, khususnya di sektor perdagangan terkendala. Para pedagang di Pasar Buah memilih untuk tidak membuka kios karena ketebalan dan meratanya material gunung di sekeliling lokasi berjualan mereka.

Pemandangan ini dapat dilihat Rabu (8/10), dimana mayoritas pelaku usaha wisata di Pasar Buah dan Jagung Rebus khas Berastagi enggan membuka kiosnya karena kuatir barang dagangannya baik buah, sayur maupun aneka aksesoris serta pakaian rusak dan kotor akibat debu yang tak terhalang. Apalagi di depannya berada jalan dengan kenderaan hilir mudik yang menerbangkan debu tanpa dapat dicegah.

“Lebih baik kami tutup daripada menanggung kerugian tambahan, dengan tidak ada tamu saja kami sudah kewalahan, apalagi nanti kalau bahan dagangan ini kotor dan rusak , mau kemana lagi kami cari gantinya. Sementara yang ini saja tidak tau kapan terjual, “ ujar Br Karo, pedagang yang memperhatikan situasi terakhir di Pasar Buah.

Gencarnya aktifitas Sinabung yang banyak terpublikasi lewat media cetak dan elektronik mainstream maupun sosial media harus diakui menurunkan tingkat kunjungan wisata ke Berastagi. Meski belum terjadi di masa libur panjang, namun butuh waktu mengembalikan suasana jika kondisi Sinabung belum beralih normal kembali.

Selain bagi pedagang, debu yang memang menyerang arah timur dan timur laut Sinabung, diantaranya Kecamatan Merdeka dan Berastagi telah mengakibatkan penduduk yang menggantungkan hidup dari sektor pertanian menemui masalah. Karena dengan tebalnya debu telah membuat tanaman di lahan pertanian mereka tidak dapat dimanfaatkan.

Mencermati ini, para petani pun memilih berhati hati mengurus tanaman, apalagi bagi yang dalam waktu waktu terakhir akan dipanen. Selain dibutuhkan kejelian, petani harus mengeluarkan energi lebih mengolah hasil panennya sebelum dijual ke pasar jual beli sayur.

“Harus steril kita jual, bahkan kita dituntut untuk lebih besih lagi menyiram hasil panen karena debunya tak gampang hilang,” terang pria bermarga Surbakti dari Kecamatan Merdeka.

Selain mengganggu aktifitas ekonomi dan wisata, debu yang cukup tebal di Berastagi juga sudah membuat distribusi air bersih di beberapa tempat yang merupakan pelanggan PDAM Tirtanadi Cabang Berastagi tersendat, sebagaimana yang terlihat di sekitar Desa Jaranguda Kecamatan Merdeka. Begitupun, bagi pelajar , debu yang tebal telah mengakibatkan orang tua sebahagian mengambil keputusan untuk meliburkan sendiri anak anak mereka karena takut sang anak sakit. (nang/deo)

Exit mobile version