Site icon SumutPos

Medan jadi Kota Inflasi Tertinggi

Inflasi – Ilustrasi

MEDAN, SUMUTPOS.CO -Kantor Perwakilan Wilayah  Bank Indonesia (KPW BI) Sumatera Utara (Sumut) menyampaikan, pertumbuhan laju inflasi Sumatera Utara (Sumut) pada tahun 2017 diklaim masih terkendali dan sesuai sasaran. Oleh karenanya, laju inflasi pada 2018 diprediksi masih moderat atau cenderung tidak ekstrem.

Kepala KPW BI Sumut, Arief Budi Santoso mengungkapkan, menutup tahun 2017 inflasi Sumut terkendali pada level di bawah pola historisnya 0,94 persen (mtm), rata-rata inflasi Desember 5 tahun terakhir. Sesuai pola musimannya, inflasi di bulan Desember tercatat sebesar 0,70% (mtm), meningkat dibanding bulan sebelumnya (0,42% mtm).

Ia menuturkan, secara spasial, disparitas inflasi kembali terlihat di 4 kota Sumatera Utara. Di satu sisi, Kota Medan dan Padangsidimpuan menjadi kota dengan inflasi tertinggi (0,87 pesen) dan 0,73 persen, mtm. Sedangkan, Pematangsiantar dan Sibolga mencatat inflasi yang relatif rendah (0,46 persen dan 0,38 persen, mtm).

Arief mengatakan, ke depan risiko peningkatan tekanan inflasi diperkirakan masih moderat. Potensi peningkatan inflasi di awal tahun 2018 diperkirakan berasal dari sisi volatile food.

Menurut Arief, terkendalinya inflasi 2017 didorong oleh rendahnya inflasi volatile food yang tercatat 2,43 persen (yoy), terendah dalam 4 tahun terakhir. Ini seiring upaya Pemerintah untuk menjaga pasokan dan kelancaran distribusi bahan pangan.

“Inflasi inti juga tercatat rendah sebesar 2,27 persen (yoy), sejalan dengan konsistensi kebijakan Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas nilai tukar dan mengarahkan ekspektasi inflasi di samping daya beli masyarakat yang masih lemah. Sementara itu, tekanan inflasi terutama dampak dari kenaikan tarif listrik, cukai rokok dan STNK sehingga inflasi administered prices di akhir tahun 2017 tercatat 6,70 persen (yoy),” paparnya.

Tak hanya itu, sebut Arief, inflasi Desember 2017 juga dipengaruhi oleh gangguan produksi khususnya beras, karena banjir besar yang melanda sebagian wilayah Sumatera Utara. Dengan kondisi tersebut, komoditas beras memberikan andil inflasi bulanan sebesar 0,16 persen.

Sedangkan, harga komoditas bumbu-bumbuan utama, seperti cabai merah dan bawang merah relatif terkendali seiring dengan intensifnya operasi pasar yang dilakukan oleh TPID Sumatera Utara yang bekerja sama dengan Bulog dalam menjaga pasokan di akhir tahun.

“Dengan perkembangan tersebut, sambung Arief, inflasi volatile food sebesar 2,55 persen (mtm), meningkat dari bulan sebelumnya (1,22 persen),” ucapnya.

Diutarakan dia, tekanan inflasi 2017 juga dipengaruhi dari kelompok lainnya yaitu kelompok administered prices (AP) dan kelompok inti yang relatif terkendali. Inflasi AP sedikit meningkat dari 0,08% (mtm) di bulan sebelumnya menjadi 0,27 persen (mtm).

Peningkatan tersebut terutama didorong oleh kenaikan tarif angkutan udara yang memberikan andil inflasi sebesar 0,04 persen, seiring dengan perayaan Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) dan masa liburan sekolah. Di sisi lain, tekanan inflasi kelompok bahan bakar rumah tangga cenderung mereda seiring dengan pasokan gas elpiji 3 kg yang sudah normal.

“Relatif minimalnya dampak faktor musiman tercermin pada inflasi inti yang tercatat menurun dari 0,10 persen (mtm) pada bulan sebelumnya menjadi 0,04% (mtm). Tekanan inflasi dari sisi permintaan belum kuat terkait dengan masih lemahnya daya beli masyarakat sejalan dengan perkembangan harga komoditas yang masih fluktuatif. Kondisi tersebut didukung oleh ekspektasi inflasi yang terpelihara dan nilai tukar yang stabil,” bebernya. (ris/ila)

Exit mobile version