Site icon SumutPos

2011, Laba PTPN 3 Rp1,6 Triliun

MEDAN- Hingga akhir 2011, PTPN 3 mendapatkan laba sebesar Rp1,6 triliun (belum pajak). Perolehan laba yang diterima perusahaan BUMN yang bergerak dalam bidang perkebunan kelapa sawit dan karet ini, karena harga pasaran sawit dan karet yang tinggi dan produktivitas mencapai target.

“Tahun ini, laba kita sekitar Rp1,6 T sebelum dipotong pajak. Dan ini merupakan kebanggaan bagi kita, karena produktivitas mencapai target,” ujar Direktur Utama PTPN3 Amri Siregar, baru-baru ini.
Pencapaian laba tersebut, paling besar disumbang oleh sawit, dari 73.000 ha menghasilkan 23.000 ton/ha pertahun. Sedangkan dari karet, dengan lahan 24.000 ha, menghasilkan 1620 kg/ha. “Perkebunan PTPN3 mayoritas dari sawit, dengan presentasi 70 persen untuk sawit dan 30 persen untuk karet,” ujar Direktur Perencanaan dan Pengembangan, Khairul Muluk.

Dengan pendapatan laba tersebut, untuk tahun 2012 ini, PTPN3 akan menambah target hasil perkebunan, baik untuk sawit maupun karet. Untuk sawit, dengan lahan 73.000 ribu, ditargetkan dapat menghasilkan tandan buah segara (TBS) sebanyak 23.200 kg/ha. Sedangkan untuk karet, dengan luas lahan yang sama pada 2011, dapat menghasilkan karet sebanyak 1650 kg/ha.

Diakui Khairul Muluk, tidak mudah menambah produktivitas dengan luas lahan yang sama, tetapi PTPN3 optimis akan tercapai. “Kita akan memperbaiki tekhnik sadap karet, sementara untuk sawit, akan pada tahun ini (2011) kan sudah mulai ada pohon yang berbunga, jadi dipastikan menambah produksi tahun 2012,” ungkap Khairul.

Diakuinya, pendapatan laba yang diterima PTPN3 termasuk tinggi, bila dibandingkan dengan PTPN lainnya, hal ini dikarenakan harga sawit dipasaran yang stabil, didorong dengan produktifitas yang terus meningkat.
Dalam penjualanannya, PTPN3 menggunakan jasa Kantor Pemasaran Bersama (KPB) di Jakarta. Hal ini, untuk menghindari persaingan harga antara PTPN yang menanam sawit. “Kalau kita jual secara individu, nanti kita dibilang kanibal, jadi kita jual melalui jasa lelang di KPB Jakarta,” ungkap Muluk.

Selain itu, dengan sistem lelang, penjualan sawit akan lebih fair dan transparan, sehingga tidak ada monopoli harga dipasaran nasional.(ram)

Exit mobile version