Site icon SumutPos

Kenaikan BBM Non Subsidi Tidak Pengaruhi Kenaikan Harga Pangan

SUTAN SIREGAR/SUMUT POS
ISI: Seorang petugas mengisi bahan bakar jenis pertamax ke kendaraan pelanggan yang antri di SPBU Jalan Mustang Medan, Rabu (10/10). Pemerintah resmi menaikan harga BBM nonsubsidi seperti Pertamax dan lainnya.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Kenaikan Harga Bahan Bakar Minyak (BBM) non subsidi dilakukan PT Pertamina (Persero) diperkirakan tidak akan mempengaruhi kenaikan pangan. Hal itu, diungkapkan oleh Pengamat Ekonomi, Gunawan Benjamin kepada Sumut Pos, Minggu (14/10) siang.

“Terkait dengan harga pangan, saya melihat kebijakan kenaikan harga BBM tersebut tidak memberikan andil besar bagi kenaikan harga pangan baik secara nasional maupun di Sumatera Utara,” ucap Gunawan.

Gunawan mengungkapkan dalam pemantau harga pangan masih dalam kondisi stabil. Namun, ada yang mengalami penurunan seperti Cabai. Bila bicara cabai yang harganya naik lebih dikarenakan oleh faktor cuaca. Karena, belakangan hari ini di Sumut sedang dilanda hujan dengan intensitas tinggi.

Termasuk, untuk kenaikan komiditi pangan lainnya. Gunawan menyebutkan harga BBM non subsidi tersebut juga sangat kecil sekali mempengaruhi. Namun begitu, tidak ada yang perlu dikuatirkan terkait bila terjadi kenaikan harga pangan disebabkan harga BBM naik baru baru ini.

“Yang perlu dikuatirkan adalah membaiknya kinerja mata uang US Dolar yang menekan rupiah sehingga berpeluang menambah beban pengendalian harga pangan. Mengingat rupiah pada hari ini sudah menyentuh diatas Rp 15 ribu per US Dolar. Lagi-lagi Rupiah terpukul oleh pernyataan Trump terkait dengan kebijakan bank Sentralnya. Ini menambah ketidakpastian di pasar,” tutur Dosen Unversitas Islam Negeri Sumatera Utara (UINSU) itu.

Dia pun, menilai kenaikan harga BBM saat ini seharusnya bisa menghemat pengeluaran untuk konsumsi BBM oleh masyakarat. Bukan sebaliknya, menambah beban bagi permintaan akan valuta asing khususnya US Dolar di tanah air.

“Kebijakan Presiden yang membatalkan kenaikan harga Premium memang patut disayangkan. Padahal kebijakan tersebut bisa meringankan beban defisit neraca yang berbuntut pada pelemahan Rupiah belakangan ini,” sebut Gunawan.

Disamping itu, Gunawan melihat batalnya kenaikan harga Premium dilakukan oleh Presiden Jokowi pada tahun politik dinilai akan mempengaruhi elaktabilitas Jokowi yang maju dalam Pemilihan Presiden 2019, mendatang.

“Saya menilai ada kepentingan lain dibalik kepentingan ekonomi dari kebijakan Presiden tersebut. Dan saya yakin lebih dikarenakan musim Pemilu dalam waktu dekat, Ini terkait dengan elektabilitas. Padahal kita juga mengetahui bahwa ada sejumlah resiko besar jika kita tetap bertahan pada kebijakan sekarang,” jelas Gunawan.

Untuk diketahui, Kenaikan BBM tersebut, dilakukan Pertamina dengan penyesuaian BBM di Sarana Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU), yakni Pertamax, Pertamax Turbo, Dexlite, Pertamina Dex, dan Biosolar Non PSO. Keseluruhannya, merupakan BBM non subsidi
Penyusuaian mengacu pada Permen ESDM No. 34 tahun 2018 Perubahan Kelima Atas Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 39 Tahun 2014, Tentang Perhitungan Harga Jual Eceran BBM. Hal ini, merupakan dampak dari harga minyak mentah dunia yang terus merangkak naik dimana saat ini harga minyak dunia rata-rata menembus 80 dolar per barel.

Dimana, harga Pertamax Rp 10.400/liter, Pertamax Turbo Rp 12.250/ liter, Pertamina Dex Rp 11.850/liter, Dexlite Rp 10.500/liter, dan Biosolar Non PSO Rp.9.800/liter. Harga yang ditetapkan ini masih lebih kompetitif dibandingkan dengan harga jual di SPBU lain. Harga yang ditetapkan untuk wilayah lainnya bisa dilihat pada website Pertaminahttps://www.pertamina.com/id/news-room/announcement/daftar-harga-bbk-tmt-10-oktober-2018.(gus/ram)

Exit mobile version