Site icon SumutPos

Komisi VII Dorong Pemerintah Kembangkan Energi Terbarukan

Energi terbarukan – Ilustrasi

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Komisi VII DPR-RI meminta pemerintah mengembangkan energi terbarukan (renewable energy). Sebab, dalam roadmap ketahan energi Indonesia hingga 2025, harus ada energi baru terbarukan (EBT) sebagai solusi mengatasi tingkat kebutuhan masyarakat yang semakin tinggi.

Hal ini ditegaskan Ketua Komisi VII DPR-RI yang membidangi energi dan lingkungan hidup, Gus Irawan Pasaribu. “Selama orde baru Indonesia sudah menghabiskan/memboroskan penggunaan energi. Kita lihat kondisinya, kendaraan bermotor yang kita gunakan menggunakan energi dari minyak mentah. Lantas mesin pembangkit listrik yang dibangun pun dulunya mengutamakan bahan bakar minyak sebagai energi utama,” kata Gus, Rabu (17/5).

Gus mengatakan, energi yang bersumber dari minyak akan habis sekitar 20 hingga 25 tahun lagi. Negara-negara maju pun sudah mencoba berbagai cara memanfaatkan energi alternatif. “Itu jugalah yang harus kita lakukan. Yaitu mencari alternatif energi selain yang kita peroleh sekarang. Lalu apa saja energi alternatif yang memungkinkan dikembangkan. Dari berbagai referensi yang saya dapatkan. Ada beberapa sumber energi terbarukan,” jelasnya.

Gus mengatakan, pernah ada penelitian BPPT mengupas tuntas tentang potensi energi terbarukan. Sebagai daerah vulkanik, wilayah Indonesia sebagian besar kaya akan sumber energi panas bumi. Jalur gunung berapi membentang di Indonesia dari ujung Pulau Sumatera sepanjang Pulau Jawa, Bali, NTT, NTB menuju Kepulauan Banda, Halmahera, dan Pulau Sulawesi. Panjang jalur itu lebih dari 7.500 km dengan lebar berkisar 50-200 km dengan jumlah gunung api baik yang aktif maupun yang sudah tidak aktif berjumlah 150 buah. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di sepanjang jalur itu, terdapat  217 daerah prospek panas bumi.

Gus mengungkapkan, potensi energi panas bumi total adalah 19.658 MW dengan rincian di Pulau Jawa 8.100 MW, Pulau Sumatera 4.885 MW, dan sisanya tersebar di Pulau Sulawesi dan kepulauan lainnya. Sumber panas bumi yang sudah dimanfaatkan saat ini adalah 803 MW. “Biasanya data energi panas bumi dapat dikelompokkan ke dalam data energi cadangan dan energi sumber,” bilang Gus.

Kedua, kata Gus,  Indonesia juga memiliki potensi besar untuk pengembangan pembangkit listrik tenaga air. Itu disebabkan kondisi topografi Indonesia bergunung dan berbukit serta dialiri oleh banyak sungai dan daerah daerah tertentu mempunyai danau/waduk yang cukup potensial sebagai sumber energi air. Besar potensi energi air di Indonesia adalah 74.976 MW, sebanyak 70.776 MW ada di luar Jawa, yang sudah termanfaatkan adalah sebesar 3.105,76 MW sebagian besar berada di Pulau Jawa.

“Pembangunan setiap jenis pembangkit listrik didasarkan pada kelayakan teknis dan ekonomis dari pusat listrik serta hasil studi analisis mengenai dampak lingkungan,” tambahnya.

Menururt Gus, mengatakan energi terbarukan yang ketiga adalah dari tumbuhan (biofuel) atau bio energi.  Tahun 2025  menargetkan penggunaan bahar bakar alternatif biofuel sebesar dua puluh lima persen. “Target lima persen dicapai tahun 2010,  meningkat menjadi 20 persen pada tahun 2020, dan 25 persen pada tahun 2025,” papar Gus.

Gus mengatakan, dari biofuel energi ini yang menjadi sumbernya salah satu adalah alkohol. Pada 1995 Departemen Pertambangan dan Energi melaporkan dalam Rencana Umum Pengembangan Energi Baru dan Terbarukan bahwa produksi etanol sebagai bahan baku tetes mencapai 35-42 juta liter per tahun.“Jumlah itu akan mencapai 81 juta liter per tahun bila seluruh produksi tetes digunakan untuk membuat etanol. Saat ini sebagian dari produksi tetes tebu Indonesia diekspor ke luar negeri dan sebagian lagi dimanfaatkan untuk keperluan industri selain etanol,” tuturnya.

Dia bilang, energi alternatif biofuel ini juga bisa didapatkan dari biodiesel. Terutama dari minyak sawit. Karena luas total perkebunan kelapa sawit di Indonesia telah mencapai 5,3 juta hektare (ha) dengan produksi minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO) sebesar 11 juta ton. “Perkembangan perkebunan sawit ini masih terus berlanjut dan diperkirakan dalam lima tahun mendatang Indonesia akan menjadi produsen CPO terbesar di dunia dengan total produksi sebesar 15 juta ton per tahun,” pungkas Gus. (ila/ram)

 

Exit mobile version